Cuaca hari ini tidak secerah hari kemaren sebelum kita mendaki lawu. Lebih cenderung banyak awan. Badan masih terasa patah-patah dan nyeri dibeberapa bagian siku. Ditambah lagi bibir pecah-pecah dan kering, efek dari perubahan cuaca yg ekstream, cos waktu dipuncak majapahit kemaren lupa bawa alat make up …(wahahaha emang mo mangkal jenk?)
Itinenary hari ini mengunjungi candi sukuh dan candi cetho yang berada dilereng gunung lawu tepatnya didaerah Ngargoyoso Karanganyar. Sebelum berangkat ak selalu cakap “dah sehat siti?”….”ehmmm, ya, sudah” sambil senyum manggut-manggut (manisnyeeee, padahal jalannya masih jinjang.red) ehehehe cos urat otot ketarik semua, sakit.
Breakfast kali ini ak ngikut ady n hesty. Dua sejoli ini biasa sarapan berdua. Kali ini mereka breakfast di “warung ndeso” rumah makan yg menyajikan masakan khas jawa. Hemmmmm ak dah membayangkan ni tan-tan bakalan gak minat. Ukeylah akhirnya tan-tan cuma pesan es buah saja atau es janggelan. Setelah selesai kita lanjut perjalanan ke tujuan pertama kita yaitu candi sukuh.
Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut. Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 36 kilometer dari Surakarta. Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir. (Wikipedia.red)
Disini aku tidak bisa menjelaskan secara panjang lebar mengenai arti candi itu selain kita baca di internet. Tapi disini juga ada guide local yg akan menjelaskan tentang candi, tapi ak tak tau berapa kira kita harus bayar. Guide “selamat pagi mas dari mana nih?” …. “pagi bapak, saking solo pak”… “solo ne pundi?wartawan nggih?”….”ehehe sanes bapak, saya dari Solo dan ni partner saya” …”buat tugas ato buat apa nih?”…”ah nggak bapak, saya mahasiswa teknik mesin, mana ada teknik mesin suruh buat tugas tentang sejarah”…..”ahahaha ya sudah, orang kalo kesini cuma sekedar berkunjung dan main-main, maka mereka pulang dengan tangan kosong, maksutnya mereka tidak akan mendapatkan apa-apa dari kunjungan ini”… “ehehehe iya pak klo kita emang hoby aj pak buat sekedar tau n share”…”yasudah nanti klo ada perlu tanya silahakan panggil saya dibawah itu ya”…”iya pak, mari” meringis sambil berjalan liat-liat batu candi.
Ada beberapa simbol yang membuat saya tertarik akan candi, yaitu hubungan antara masa itu dengan masa bangsa atau suku, di belahan dunia lain. Dan ada beribu pertanyaan muncul dikepala saya. Kenapa cenderung seperti piramida terpancung? Dan patung manusia bersayap dengan wajah menyerupai alien. Berarti ada kecenderungan bahwa itu mungkin adakan? karena ini murni pahatan manusia jaman dulu yang apa yang ia lihat ya ini yang mereka pahat (visualisasi.red).
Serta, pendidikan seks yang jelas nyata disampaikan pada candi ini. Bisa kita lihat di gapuro masuk terdapat “lingga dan yoni” yaitu gambar (maaf.red) alat kelamin pria dan alat kelamin wanita yang saling berhadapan, kemudian disekelilingnya terdapat relief rantai mengelilingi keduanya. Arti yang disampaikan disini adalah bahwa itu bagian yang sakral untuk tidak dimainkan, sedangkan rantai menyiratkan bahwa setelah bertemunya keduanya dalam ikatan yang suci dan sakral maka keduanya harus dijaga dalam satu kesatuan yang sakral. Dalam agama lebih dikenal dengan pernikahan yang suci. Maka di tempat itu juga sampai sekarang masih dibuat tempat untuk sesembahan.
Ada banyak pesan positif yang ingin disampaikan dalam arsitektur candi ini. Sekali lagi ini bukan candi erotis seperti banyak yang digemborkan oleh media. Semua agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Dan banyak pesan yang ingin disampaikan disini tetang kesadaran menjaga kesucian anggota tubuh kita.
Bisa dilihat pada salah satu relief candi yang menggambarkan bentuk rahim yang didalamnya terdapat 2 relief satu laki satu perempuan, serta dibawahnya terdapat relief ular dan dipintu masuk rahim terdapat malaikat penjaga. Sedangkan diatas terdapat relief makluk jahat. Maksud dari relief ini adalah rahim tempat terciptanya pria dan wanita yang dijaga kesuciannya serta rentang dari tindak penyalahgunaan yang digambarkan oleh setan. Dan juga lambang ini pun sering kita lihat di dunia kedokteran.
Candi ini merupakan peninggalan masa hindu majapahit. Banyak yang berpendapat bahwa yang menghancurkan candi-candi majapahit adalah para Sunan. Ada banyak versi mengenai hal ini. Kemunduran majapahit bertepatan dengan masuknya ajaran Islam ke pulau jawa yang dibawa oleh para Sunan. Huallahu....
Komplek candi sukuh didirikan pada abad ke 15 M, semasa pemerintaha Suhita, Ratu Majapahit yang memerintah pada tahun 1429-1446. Komplek candi menghadap kearah barat yang terdiri dari tiga teras halaman bertingkat. Ketiga teras tersebut melambangkan tingkatan menuju kesempurnaan. Relief yang terdapat di komplek ini melambangkan ketiga dunia, yaitu dunia bawah dilambangkan dengan relief Bima Suci, dunia tengah dilambangkan dengan relief Ramayana, Garudeya dan Sudhamala, dunia atas dilambangkan dengan relief Swargarohanaparwa. Penggambaran ketiga dunia pada relief-relief tersebut menunjukkan tahapan yang harus dilalui manusia untuk mencapai nirwana.
"simbol kesuburan"
"penjaga pintu masuk"
"jalan majapahit"
Kura-kura dengan punggung rata seperti meja, dalam upacara ini biasa digunakan sebagai tempat untuk menaruh "sesajen".... "ups, ngapain kamu tan duduk disitu?"... tapi dalam kepercayaan masyarakat barang siapa yg duduk di situ maka diberikan kesuburan baginya ... "hemmm padahal gak sengaja tan-tan duduk disitu, selain utk in action" ehehehe
"penjaga pintu masuk"
Seharusnya ada banyak yang menjaga pintu candi ini, tapi hanya satu yang kelihatan "ihihihihihi :p" hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat.
"jalan majapahit"
Candi ini masih digunakan sebagai tempat pemujaan bagi umat Hindu, apalagi dalam hari-hari besar agama Hindu. Jadi tidak heran kalo sikap ramah dan segan sangat dibutuhkan disini karena candi tak lain dari tempat untuk beribadah bagi umat Hindu dan Kejawen. Mayoritas yang beribadah disini adalah umat Hindu dari Bali. Akan tetapi mayoritas penduduk masyarakat daerah sekitar menganut agama Islam. Hemmm itu lah Indonesia "Bhineka Tunggal Ika" i love this.
Masih ada satu lagi komplek candi Hindu di daerah ini, yang mana desain dan arsitekturnya mirip Bali, seakan berada di pura di daerah Bali. Tapi itu nanti di penelusuran jejak langkah dofont selanjutnya.
Masih ada satu lagi komplek candi Hindu di daerah ini, yang mana desain dan arsitekturnya mirip Bali, seakan berada di pura di daerah Bali. Tapi itu nanti di penelusuran jejak langkah dofont selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar