Adventure

Senin, 06 Januari 2014

Padang Pintu Sumatera Barat


Sudah lama kami tidak mbolang, dan mungkin ini series mbolang terlama kami yaitu 15 hari dimulai dari kota Padang (Sumatera Barat.red) dan berakhir di kota Medan (Sumatera Utara.red). Kami kira dengan waktu segitu akan cukup untuk mengubek-ubek tempat-tempat menarik secara umum di kedua propinsi yang berada di pulau Sumatera ini. Ternyata kami salah dan kami merasa masih kurang puas, karena masih banyak tempat yang belum bisa kami datangi sepenuhnya. Sumatera Barat dan Sumatera Utara bisa kami sebut sebagai laluan awal untuk bener-bener ber-Backpacking di pulau Sumatera. Rute yang kami gunakan untuk memulakan perjalanan ini bermula dari Padang, Sawahlunto, Batu Sangkar, Bukittinggi, Padang Sidempuan, Gunung Tua, Parapat (Toba.red), dan berakhir di Medan. Kami akan memulainya dari awal perjalanan kami dari bandara LCCT Kuala lumpur, karena kami dapat tiket murahnya dari sana. 

Perjalanan ini dimulai dengan kesemrawutan kita saat di bandara LCCT KL, karena kami salah memperhitungkan waktu chek in yang ternyata kami telat masukkan bagasi 5 menit setelah masa chek in bagasi ditutup. Kamipun kalang kabut gak jelas, disuruh ke loket aduan, dan ternyata disana "Oh my God" banyak sekali orang yang antri untuk aduan. Ternyata banyak juga orang yang ketinggalan pesawat karena telat chek in, meskipun hanya telat beberapa menit saja. Ya kami tau itu kesalahan kami tapi pokoknya dan bagaimanapun masalah ini harus bisa kami atasi. Alhasil setelah adu argument dengan beberapa "korban" (termasuk saiya.red) akhirnya bagasi kamipun diperbolehkan masuk. Masalah bukannya udah selesai tapi masih ada lagi masalah yang lain. Kamipun bergegas lari menuju Gate kami, sebelum masuk Gate, boarding pass kamipun dichek dulu ama petugas, ternyata belum ada stempel waktu chek in bagasi, kami disuruh ke loket "Dokument Chek", busyeeeettt antrinya mengular kayak anak tangga, puanjang bener. Fiuh kamipun makin risau karena waktu terus berjalan dan bisa-bisa kami ketinggalan pesawat, padahal bagasi kami udah masuk pesawat, "waduh kepiye iki". Akhirnya dengan kesabaran ekstra dan berpikir jernih sampailah kepada giliran kita dan "chek" kamipun boleh masuk. Lariiiiiii, di eskalatorpun pada berjubel, naik dan turun tangga serta lari adalah hal wajib saat posisi genting seperti ini. Semua orang pada liat ke kita kayak pecuri yang dikejar polisi, dan penjaga Gate pun dengan serta merta menyambut kita seperti digaris finish perlombaan lari marathon, sambil berlari boarding pass kami serahkan dan kamipun harus mengejar pesawat di peron 71. Jauh rek, pokoknya lari dan lari, sampailah kami kepada seorang pramugari yang dengan santainya bilang "padang?" sambil tersenyum, dan ternyata kami bukanlah yang terakhir masih ada bapak-bapak, ibu-ibu dan mbah-mbah yang kami lampaui saat lari tadi. Fiuh...alamat syukur deh, dalam bayangan kami semua penumpang pesawat sudah duduk manis dan menunggu kita masuk pesawat dan abislah kita di bully rame-rame.
Pelajaran berharga dari peristiwa ini adalah :
1.    Baca dan amati benar-benar waktu chek in, alangkah baiknya chek in seawal mungkin.
2.    Bandara LCCT KL itu crowded banget makanya jangan menyepelekan waktu chek in.

"bekal penting"
Kamipun terbang sesuai jadwal dan tiba di Bandara International Minangkabau juga sesuai jadwal yaitu jam 08.30. Tapi, kebiasaan bandara Interational yang di daerah pasti loket imigrasinya mengular panjang dan butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk bisa keluar dari bandara. Was-was tentu iya, ingat saat kami susah payah memasukkan bagasi ke dalam pesawat? ya kamipun deg-degan jangan-jangan tas carier kami kagak masuk pesawat, fiuh alhamdulillah selamat. Pengalaman setahun yang lalu bagasi ortu gak sampai ditempat tujuan dan baru seminggu sampai dirumah

"Bandara Internasional Minangkabau Padang"

Keluar dari pintu kedatangan kami disambut oleh puluhan penggemar yang memanggil nama kami "mas-mas mau kemana mas???" hehehe... Para penjaja jasa transportasi alias travel yang menawarkan pengangkutan ke kota Padang dan sekitarnya, mahal juga dari bandara ke padang sekitar Rp 30rb. Disini disebutnya travel, yaitu kendaraan plat hitam yang dijadikan angkutan menuju destinasi yang di inginkan, bisa juga disebut taksi gelap, mungkin karena kacanya gelap-gelap kali ye?

Banyak orang yang menawarkan perkhikmatannya kepada kami, tapi kami tetap bersikukuh dengan setia akan menunggu sampai Bus Damri ini berjalan. Yup disini ada bus bandara yang biasa kita sebut bus Damri. Dan satu lagi Bus Tranex, yang masing-masing mempunyai rute yang berbeda-beda. Sebelumnya kami sudah menanyakan pada temen-temen Backpacker Padang tentang aturan dan cara main angkutan umum di kota ini. Makasih temen-temen backpacker Padang. Ternyat benar apa yang dikatakan pemilik sebuah warung di bandara dan beberapa teman Backpacker kalo bus Damri ini menunggunya lama sampai penumpang penuh, apalagi kita ini bukan di hari libur jadi ya harus sabar.


"rute perjalanan kita di padang"
Keterangan peta :
A : Bandara International Minang Kabau Padang (terpotong.red)
B : Taman Imam Bonjol
C : Rumah makan Beringin
D : Ice Cream Durian Ganti Nan Lamo
E : Jembatan Siti Nurbaya
F : Kripik Balado Christine Hakim
G : Pantai Padang 
H : Taman Imam Bonjol
I : Simpang Haru (pool bus Jasa Malindo.red) 

"bus yang akan mengantarkan kita ke padang, tinggal pilih yang mana"

Selama kurang lebih 1jam akhirnya bus inipun bergerak menyusuri jalanan menuju kota padang. Ditempuh dengan waktu kurang lebih 40 menit bus ini meliuk-liuk dijalan yang lurus menuju kota, "lurus kok meliuk-liuk??" hehe karena disini banyak sekali angkot merah imut-imut, ceper dan gaul berhenti sembarangan dan semrawut. Maklum. 

"cisss"

Semua sudah pada turun tinggal kita berdua dalam bus, kamipun turun diperhentian terakhir yaitu di taman Imam Bonjol. Taman Imam Bonjol adalah pos strategis bagi kami untuk datang dan pergi dari kota padang. Taman ini seperti halnya alun-alun di setiap kota, selain sebagai ruang hijau juga sebagai taman hiburan bagi warga sekitar. Di taman ini terdapat beraneka macam permainan anak-anak, mulai dari video game, biang lala dan mobil-mobilan untuk anak-anak yang bisa disewa sesuai kesenangan. :). Disini juga terdapat bangunan besar Rumah Gadang yang ternyata adalah sebuah tribun penonton.

Taman Imam Bonjol ini juga dekat dengan Pasar Raya padang, tempat jual belinya orang Padang sejak jaman nenek-moyang. Disamping Pasar Raya ini terdapat bangunan tua yang sampai sekarang masih difungsikan sebagai Kantor Balaikota Padang. Gedung ini dibangun pada tahun 1948 untuk kantor pemerintahan Hindia-Belanda. Gak heran kalau pasar ini sebenernya juga udah tua, tapi kenapa kok semakin tua tinggalan penjajah itu semakin semrawut sampai saat ini (januari 2014.red), "jadi ngebayangin jalur pantura!!!!??". Tapi tidak semuanya kok nanti ada liputannya tentang peninggalan penjajah yang dilestarikan, Sawahlunto. Pasar ini semakin semrawut karena juga dijadikan sebagai terminal angkutan kota atau angkot. Catatan : angkotnya gaul-gaul, mobilnya bokap mah kalah...hehehe 


"Taman Imam Bonjol"

"kanopi yang tercabik oleh waktu"

"Sirkuit Internasional taman Imam Bonjol"

Di depan taman Imam Bonjol tepatnya di sebelah selatan atau di depan lahan parkir taman terdapat banyak kios-kios kecil yang terbuat dari triplek dan bunyi teng-teng teng-teng, tak lain adalah para pengrajin panci dan peralatan dapur. Konon pemerintah pasar padang sudah membangun kembali pasar raya setelah terjadi gempa pada tahun 2009, tapi dengan alasan klasik pedagang lebih banyak menggelar daganganya ditempat yang strategis seperti dipinggir jalan ini dari pada harus masuk ke dalam pasar.


"pengrajin panci"

"keramaian Pasar Raya Padang"

"Balaikota Padang"

"kabau"

"moda tradisional"

Ini masih di Indonesia dan ini masih di padang tidaklah susah untuk menemukan tempat makan disini. Siapa juga yang gak kenal masakan padang, dimana-mana kalo bingung mau makan apa ya udah cari aja Rumah makan padang. Hari semakin siang dan waktunya mengisi amunisi sebelum melanjutkan perjalanan. Atas sugest salah satu teman Backpack yang sudah kami catat sebelumnya rumah Makan dan Ampera Beringin menjadi pilihan kita siang itu. Rp 23rb untuk berdua dengan menu ikan lele dan es teh saja, mahal? sayapun nggak tau, hehhee nanti waktu ending cerita sepenuhnya akan kami simpulkan.


"kenyang di ampera Beringin"

"Masjid Nurul Iman Padang"

Setelah makan kenyang kami menunaikan sholat jamak dan qasar di masjid Nurul Iman, 3 menit jalan dari taman Imam Bonjol kearah selatan. Mesjidnya gede tapi kurang terjaga kebersihannya. Kami lanjutkan perjalanan kearah selatan dengan jalan kaki menuju ke salah satu ikon kota Padang, Jembatan Siti Nurbaya. Tak lupa kami membuka map dan mencari tempat jajanan istimewa yang sebelumnya telah kami incar. Ice Cream Durian Ganti Nan Lamo, meleh liur saat melihat es Cream Durian Float yang kami pesan. Warung ini merupakan pelopor wrung es durian lho, warung ini telah berdiri lebih dari 50 tahun sejak tahun 1960. Terbayangkan keawetan racikan yang sudah turun temurun ini. Jangan salah pilih yang asli hanya di Jl. Pulau Karam no 103B, Padang.

"Ice cream Durian Ganti Nan Lamo"

Puas menikmati lezatnya ice cream durian kita lanjutkan perjalanan ke Jembatan Siti Nurbaya, tentu saja masih dengan jalan kaki. Kurang lebih 6menit kita dah sampai di jembatan yang tersohor itu. Belumlah ke Padang jika belum singgah ke Jembatan Siti Nurbaya, makanya meski bawaan tas carier kami berat hal inilah yang membuat wajib bagi kita datang ke sini. Jembatan sepanjang 60 meter ini membentang diatas Muara Batang menghubungkan kota tua padang dengan Bukit Gunung Padang. Pemandangan yang bisa kita nikmati disini adalah kapal-kapal yang teronggok lemas karena air surut dan terlihat kumuh dan kotor. Mungkin akan lain ceritanya kalo airnya lagi banyak. Serta bangunan-bangunan tua disepanjang tepi sungai. Bangunan-bangunan tua ini adalah peninggalan Belanda. Konon dahulu Belanda sempat menjadikan kawasan ini sebagai pusat kekuasaan untuk wilayah Sumatera. Karena kawasan ini sangat strategis yaitu berada di sisi Sungai Btang Arau dan pelabuhan Muara yang berhadapan langsung dengan laut Indonesia. Pelabuhan Muara dulunya sangatlah ramai dan padat karena sebagai pusat perekonomian dan perdagangan masyarakat Minang (dari berbagai sumber.red).



"Jembatan Siti Nurbaya"

"sisi pelabuhan muara"

"kawasan pusat pemerintahan Belanda untuk Sumatera"

"under Siti Nurbaya Bridge"

"Terkulai"

"Jembatan Siti Nurbaya"

"pemukiman muara"

"bank Indonesia yang selalu jadul"

"masih tegak berdiri Benderaku"

"tanpa tuan"

Siapa yang gak kenal dengan makanan ini, Kripik Balado. Namanya juga balado itu ya Padang. Salah satu penghasil jajanan khas padang adalah ini Christine Hakim. Bukan nama bintang film idola saya tapi kebetulan ownernya namanya christine hakim. Toko kripik balado ini buka sejak tahun 1990 dan dipenuhi dengan cemilan khas sumatera seperti kripik balado, rendang telur, dakak-dakak, rendang suir, bareh randang dll. Butik makanannya saja diresmikan oleh Menteri Perdagangan dan Gubernur Sumatera Barat pada waktu itu. Pantes, makanan ringan tapi harganya kagak ringan bro.



"Kripik Balado Christine Hakim"

Setelah meringankan isi dompet dengan membeli makanan ringan khas Padang kami melanjutkan perjalanan (lagi-lagi dengan jalan kaki.red) keujung jalan, tepatnya ke arah barat laut dari jembatan Siti Nurbaya. Tepatnya di pantai padang. Sebenernya kami gak sengaja ke tempat ini karena tujuan kami adalah naik angkot dari ujung jalan ini menuju ke taman Imam Bonjol lagi untuk memulai perjalanan kami selanjutnya. Kamipun mampir ke bibir pantai yang jaraknya cuma beberapa meter aja dari bibir jalan. Tapi sayang lagi pantainya kotor dipenuhi dengan sampah. Kami tak berlama-lama disini dan segera naik angkot merah kearah taman Imam Bonjol. Tujuan kami sebenarnya adalah Simpang haru. Karena tidak ada angkot yang langsung maka kami harus transit di Taman Imam Bonjol untuk berganti angkot yang menuju ke Simpang Haru.

"pantai padang"

"ada monster di dalam angkot"

Kata temen-temen angkot di padang itu tidak jujur, maksutnya yang seharusnya cuma Rp 2500 klo bayar pake uang Rp 3000 ya kagak dikembaliin, apalagi klo mereka tau kita ini pelancong. Tapi kita harus pandai menyiasati hal itu dengan cara menanyakan tarif angkutan kepada sesama penumpang, alhasil kita tidak akan ketipu apalagi ditipu. Cara inilah yang akan kita gunakan selama perjalanan ini. Kitapun juga harus tau gimana to wujud dari Simpang Haru itu? kalo kita nggak tau ya alhasil kita bisa kesasar, dan belum tentu lho sopir akan menurukan kita ditempat yang sudah kita janjikan sebelumya. Caranya dengan melihat google earth dan kita akan sedikit tau gimana wujud dari tempat yang akan kita tuju. Atau dengan tanya sesama penumpang. Kami turun tepat di pangkalan Bus Jasa Malindo. Bus ini melayani jurusan Padang-Sawahlunto dengan tarif per-orang Rp 18rb. Disini meskipun bus kecil tapi punya pool masing-masing. Tidak menunggu terlalu lama bus kecil inipun sudah setengah terisi dan siap berangkat. Masuk dalam bus ini kesan pertama adalah teduh, maklum kacanya gelap banget dan sedikit ber-AC meskipun agak pengab. Mungkin kita akan terbiasa dengan transportasi seperti ini nanti selama perjalanan di Sumbar.

"bus Jasa Malindo yg siap mengantar ke Sawahlunto"

Catatan dan Akomodasi selama di Padang :

Jam
Tujuan
Akomodasi
Biaya
10.30
Bandara Int Minangkabau menuju kota padang
Rute bus Damri Bandara di kota Padang sebagai berikut : Bandara – Jalan Hamka – Jalan S Parman – Jalan Veteran – Jalan Diponegoro – Jalan Bundokanduang – Jalan Pasar Ambacang – Jalan Naga – Jalan Imam Bonjol – Alun alun kota di Jalan Imam Bonjol (pasar raya).
Rp 44rb
@Rp 22rb
11.00
Pasar raya padang (alun2 dan balai kota)
Jalan kaki

12.00
Rumah makan Beringin/sholat dhuhur di masjid Nurul Iman (sebelah utara)
Jalan kaki/makan berdua
Rp 23rb
13.00
Jembatan Siti Nurbaya/kawasan kota tua/nikmati es durian Ganti nan Lamo
jalan  kaki/pesan 1 ice cream
Rp 21rb
13.30
Beli kripik balado Kristin hakim
jalan kaki/beli makanan ringan
Rp 57

Pantai padang
Jalan kaki

14.45
Simpang haru/kejar bus Jasa Malindo ke Sawah lunto
Naik angkot ke taman Imam Bonjol Rp 5rb/2 orang
Naik angkot dari taman ke simpang haru Rp6rb/2 orang
Rp 11rb
15.30
Simpang haru-sawahlunto
Bus Jasa Malindo
Rp 36rb
@Rp 18rb


Air mineral 3x
Rp 12rb

 Total

Rp 204rb

  • selama menggunakan jasa angkutan umum jangan segan-segan untuk menanyakan tarif kepada sesama penumpang
  • mengunjungi kota padang kalo boleh jangan di hari Senin, sebab seluruh museum di Indonesia hari senin tutup, alhasil kami tidak bisa mengujungi Museum Adityawarman, hiks.
  • kota padang itu panas, maka jangan lupa sediakan lotion anti nyamuk...(lahhh apa hubungannya.red) 
  • enjoy padang, enjoy Indonesia.
**semua foto adalah koleksi pribadi