Adventure

Senin, 09 Januari 2012

Menilik budaya Jawa, Madura dan Bali

Udara pagi menyeruak dingin menyambut hari minggu yang sedikit mendung seperti hari sebelumnya. Tancap gas ke stasiun lempuyangan untuk mendapatkan tiket kepulangan ke Jakarta dengan kereta api Progo, tapi apa yang bisa dikata baru sampe saja antrian mengularpun ak jumpai.ckckckckckckkkkkk. beralih deh ke Stasiun Tugu. Tanpa Tanya-tanya dulu langsung deh ambil antrian, kertas sama pena menulis nama kereta dan jadwal keberangkatan. Antrian pun dipanggil. “maaf mas senja utama sudah penuh”…”hah?”…”tapi ni ada kereta gajah wong, mau?”….”iya-iya deh mau, yg penting dpt tiket”. Alhamdulillah dapat tiket. Itulah kenapa saat kita berpergian kita harus siap dengan segala kemungkinan gak bisa balik ke peradaban. Dengan sedia tiket PP kita akan terasa nyaman dan misi trip kita tidak berlebihan dan sesuai jadwal.


"depan pintu gerbang khas jawa"

"arca dewa brahma"


"seni bina khas Bali"

"badan meriam dengan tulisan jawa diatasnya"

Sepulang dari stasiun alangkah nikmatnya kalo kita menikmati jajanan pasar dipagi hari sambil buat sarapan. Tahu bakso, perkedel, risoles, hemmm khas pasar deh. Selepas sarapan kita pun bersiap ke tujuan selanjutnya yaitu museum Sonobudoyo, masih ingatkan tadi malam kita menonton wayang kulit di komplek museum Sonobudoyo? Nah kali ini kita akan mengunjungi museumnya. Ada apa saja disana? Cekidot!


"deretan koleksi set wayang kulit dengan tokoh punokawan ditengahnya"

"wayang golek khas jawa barat"

"wayang golek juga"

Sedikit informasi tentang museum yang berhasil kami korek dari petugas museum. Sebuah yayasan yang bergerak didalam bidang kebudayaan Jawa, Madura dan Bali berdiri di Surakarta (Solo.red) pada tahun 1919 bernama Java Instituut. Dalam kongresnya tahun 1924 Java instituut memutuskan akan mendirikan sebuah museum di Yogyakarta. Untuk mengumpulkan data kebudayaan dari daerah Jawa, Madura dan Bali pada tahun 1929 Java Instituut dibantu oleh “De Inheemsche Nijverheid op Java, Madura, Bali en Lombok”. Peresmian museum sendiri dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke VIII pada hari Rabu Wage tgl 9 Ruwah th 1866 Jawa dengan ditandai sengkala “kayu Winayang ing Brahmana Budha” yang berarti tahun 1866 Jawa atau tepatnya tanggal 6 bulan November 1935 tahun Masehi.


"beberapa macem koleksi museum"

"ruang yang nyaman"

"hiasan dinding dari kayu"


"mungil-mungil"

"macam topeng barongan Jawa Timur"

"barongan Jawa"

Dimasa kependudukan Jepang Museum Sonobudoyo dikelola oleh Bupati Paniradyopati Wijoto Projo (kantor Sosial bagian Pengajaran). Di zaman kemerdekaan kemudian dikelola oleh Bupati Utorodyapati Budaya Pratiwa yaitu jajaran Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang selanjutnya mulai akhir tahun 1974 Museum Sonobudoyo diserahkan ke Pemerintah Pusat/Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan secara langsung bertanggung jawab kepada Direktorat Jendral Kebudayaan sampai saat ini.

"naskah kuno di daun lontar"

"macam seni batik"

Begitu masuk area museum yang berada tepat di utara alun-alun utara keraton Yogyakarta ini kita disambut ama satpam penjaga museum kerna salah parkir, “erkkkk, maaf pak lha gd petunjuk parkir dimana je” selepas memarkir kendaraan dan membeli tiket masuk sebesar Rp 3.000 kita dihadapkan pada bangunan gapuro kecil  berarsitektur jawa yang biasa disebut dengan pintu gerbang “Semar Tinandu”menuju ke dalam komplek museum. Bangunan museum ini beratap “Joglo” khas Jawa.

"pakaian adat jawa"

"owh pilih yang ini?"

Memasuki komplek museum kita disambut dengan teras Joglo yang berisi seperangkat gamelan komplet dan meja kursi khas jawa, serta dibagian luar terdapat beberapa arca-arca dan masih banyak lagi. Masuk lagi kedalam kita disuguhkan meja altar dengan lampu lilin-lilin yang menyala terasa sedikit seram tapi gada bau dupa nya. Mungkin benar apa yang ditangkap oleh travelmate ku kalo museum ini adalah refleksi dari museum-museum budaya di tanah Jawa, kerna dari peningalan manusia purba, masa klasik, ethnografka, naskah dari  jaman kerajaan dan penjajahan semuanya ada. Dan tentunya budaya Jawa, Madura dan Bali tersaji disini.

"seni ukir halus dari Jepara"

"miniatur rumah adat jawa Joglo"

Seni kaligrafi dari tahun 1354 yang berbahan kayu jati masih terawatt baik dimuseum ini, serta “Genta”  yaitu sebauh bell yang biasa digunakan untuk kelengkapan upacara agama hindu yang berasalkan dari candi kalasan, naskah jawa kuno yang terdapat di daun lontar, serta prasasti-prasasti dari lempengan tembaga, jenis-jenis wayang, motif kain tradisional dan masih banyak lagi koleksi-koleksi museum yang mengagumkan kerna masih terawatt dengan baik dimuseum yang telah mendapat predikat museum negeri ini.


"borobudur"

"satu set gamelan diteras museum"

Museum ini buka tiap hari selasa sampai minggu, kecuali hari senin dan tanggal merah. Buka mulai pukul 08.00 sampai pukul 13.00. museum ini mungkin jarang diketahui orang meskipun terletak di area yang strategis dan ramai. Padahal belajar dari museum kita bisa mengetahui sejarah masa lampau Negara kita. Walaupun sekarang yang terjadi seperti ini. Hemmmm. Berbanggalah karena masih mempunyai museum bersejarah seperti ini.


Salam traveler

2 komentar: