Adventure

Minggu, 29 Januari 2012

Mengenang Kejayaan Raja Kertanegara di "Singosari"


"candi Singosari"
Perburuan candi dikota malang pun belum selesai tapi kita harus berpisah untuk sementara disini, di stasiun kota Malang. Hemmm ini akan jadi salah satu tempat nostalgia kita mengubek-ubek kota malang dan sekitarnya. Dengan muka cemberut karena berebut barang bawaan yang seabrek, hem gak mau ngalah juga rupanya travelmateku ini. Cewek kalo udah ngambek susah ngembaliin moody nya. “hemmm” berpikir cari cara. Kerna ak pernah taruhan coklat kerna Indonesia kalah bertanding sama Malaysia pada pertandingan yang lalu, so ak rela deh berlarian ke minimart hanya untuk coklat magnum itu. Cair deh suasana perpisahan itu “ekekekekeke”

"Singosari dalam landscap"

Sekarang sendirian dikota malang, sekalian pulang ke peraduan, ak sempatkan untuk berkunjung ke satu candi yang merupakan salah satu bukti kejayaan Kerajaan Singosari. Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, sekitar 10km dr kota Malang yang satu jalur sama peraduanku dikota Pasuruan. Untuk mencapai tempat ini dari kota Malang sangatlah mudah. Naik angkuta jurusan terminal Arjosari kemudian disambung dengan angkuta jurusan kota kecamatan Lawang, jangan lupa bilang sama bapak sopirnya turun di pertigaan Jl Kertanegara, tinggal jalan kaki atau naik kereta kuda sekitar 100meter sampai deh di Candi Singosari.

"Jln Kertanegara"

"kalo gak mau jalan kaki, naik andong juga boleh"

"areal candi"

Salah satu yang terbesar di Nusantara, demikianlah kerajaan Singosari mengukirkan namanya dalam catatan sejarah. Sedikit cerita tentang Ken Arok yang menjadi Raja pertama di Kerajaan Singosari. Ken Arok yang sebelumnya sebagai bupati di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya kerna tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung (hemmm ternyata begini yah kisah politik jaman doeloe.red). Selanjutnya Ken Arok menginginkan Tumapel lepas dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Raja Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kediri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222M Ken Arok menyerang Kadiri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai kekuasaan kerajaan Kadiri dan menyatakan dirinya menjadi raja pertama Singosari dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

"peta kekuasaan Singosari"
Kejayaan kerajaan Singosari yaitu pada masa Raja Kertanegara, dibawah kepemimpinannya kekuasaan Singosari meluas. Dan candi ini merupakan sisa-sisa dari kejayaan masa itu. Pertama kali ditemukan oleh belanda pada awal abad ke -19. Saat memasuki komplek candi yang tidak terlalu besar seperti juga Candi Jago sebelum ini. Kita harus melapor dulu sama petugas penjaga, tidak dipungut biaya sepeserpun untuk memasuki kompleks ini, tapi kita diminta untuk mengisi dana perawatan seiklasnya. Saat masuk kita disuguhi beberapa batu-batu arca yang diletakkan berjajar di sekitar candi yang bertempat teduh, enak banget buat duduk-duduk malah.

"teduh"

"arca-arca"

"Restauratie o. d. 1937."
Candi ini berbentuk segi empat dengan satu teras diatas kaki candi. Terdapat 6 ruangan, ruangan pertama yang merupakan ruangan utama candi. Ruangan utama ini memiliki ruang yang lebih luas dari 5 rung lainnya. Diruangan ini terdapat sebuah batu ato arca yang saya sendiri gak bisa menjelaskan, yang masih diberi sesaji-sesaji, hihiii ak pun gak berani masuk cuma di bibr pintu saja. Ruangan yang lain seharusnya ada arcanya juga, tapi hanya ada satu arca yang menempati sisi ruang bagian selatan yaitu arca siwa guru. Menurut informasi pada tahun 1819 arca-arca yang lain diangkut ke Belanda dan ditempatkan di Museum Leiden. “hemmmm, kalo Belanda hanya meminta maaf tentang pembantaian di Rawagawe pada masa penjajahan dulu seharusnya belanda juga minta maaf pada pencurian ini, tidak seharusnya arca itu dibawa ke Belanda, buat apa coba? Apa kerna bangsa “ini” kurang bisa menghargai sejarah lampau sehinga membiarkan saja itu terjadi?  Apa kita harus ke Belanda untuk menelusuri sejarah nenek moyang? Hem sayang seribu sayang”…”sabar-sabar font” lanjut. Diperkirakan candi ini tidaklah berdiri sendiri. Candi ini dibangun untuk pemujaan siwa dan sebagian untuk pemujaan budha seperti agama yang dianut pada masa Kertanegara yaitu agama Siwa-Budha.


"tampak depan"

"ruang utama"

"gak tau maksutnya apa"

"arca Siwa Guru"

Candi ini sempat mengalami pemugaran pada tahun 1934 oleh pemerintahan Hindia-Belanda dan selesai pada tahun 1937 seperti yang tergores pada kaki candi. Tapi usaha penyelamatan candi ini tidaklah bisa tuntas karena banyaknya bagian-bagian yang hilang terutama pada bagian atap candi. “hemmm, tapi terima kasih juga pada Belanda yang memang dari kesemua candi yang ada di Indonesia ini disempurnakan bentuknya oleh pemerintahan Hindia-Belanda pada waktu itu. Kayaknya saya makin penasaran deh ama kebudayaan Belanda dalam menghargai karya cipta manusia”…”ah itu nanti saja”.

"komposisi"

"BW yang amburadul"

Melihat dan mempelajari sejarah masa lalu ternyata mengasyikkan walau cuma dipermukaan saja. Kalo otak kita tahan silahkan deh pelajari lebih dalam “mumet aku”. Mari lanjutkan perburuan candi masa Singosari-Majapahit selanjutnya. Ambil rangselmu, bawa kameramu dan sediain uang receh untuk naik angkot. Hehehe

 Salam traveler

Sabtu, 28 Januari 2012

Candi Jajaghu yang berarti Suci

Malang_mungkin boleh ya dikatakan dengan sebutan kota seribu candi (berlebihan gak ya?.red). Abisnya di kota ini dan sekitarnya tersebar beberapa candi peninggalan masa kejayaan Kerajaan-kerajaan tempo doeloe. Peninggalan berupa candi-candi masih ada dan tersebar tapi yang menjadi misteri selama ini adalah dimana letak sebenarnya kerajaan-kerajaan itu, sebut saja kerajaan Singosari dan kerajaan Majapahit yang sampai saat ini masih menjadi perbincangan para arkeolog.


"candi Jajaghu"

"pintu masuk komplek candi"


"tangga candi samping"

Siang ini selepas makan siang kami berencana mengunjungi Candi Kidal. Dengan senjata buku petunjuk pengembaraan candi-candi. Untuk menuju ke daerah-daerah dikota malang kita dimanjakan dengan angkutan kota ato biasa disebut dengan “Lyn” (baca :Len) dengan hanya membayar Rp 2.500 kita bisa memilih ke jurusan manapun. Kita pun langsung menaiki Lyn dengan rute Tumpang-gadang, karena menurut info dari buku pengembaraan kita kita harus menumpang Lyn rute Arjosari-Tumpang dilanjutkan dengan rute Tumpang-Gadang. Ntah kenapa aku berpikir ringkas saja kerna didepan stasiun kota Malang banyak bertebara angkot dengan rute Arjosari-Gadang yang ak pikirkan adalah bahwa candi itu terletak di daerah Gadang sesuai dengan petunjuk terakhir rute angkutan itu.

"snap-snap candi"

Tanpa pikir lagi dengan PeDe nya kita naik angkutan dengan tulisan ABG (Arjosari, B?, Gadang.red). “Pak turun di candi kidal ya pak!”….sambil mikir dan senyum ramah bapaknya bilang “emm oh iya mas nanti saya turunkan dicandi kidal, masih lama kok teunang ae”…dalam hatiku bilang “syukur deh kalo bapaknya sudah tau”. Kurang lebih 30 menit dari awal start kita di station kota Malang ke tempat tujuan kita. “Mas sudah nyampai mas di candi kidal, nanti mas jalan aja lagi masuk gang itu trus aja nanti sampe ke candi kidal”…”oh iya pak matur suwun nggih pak”…kita pun mengikuti saran bapaknya tadi dan tidak lupa sambil Tanya-tanya warga sekitar. “Pak candi kidal niku pundi nggih pak?” (“pak candi kidal itu di sebelah mana ya pak?”)…”oh lurus aja mas tinggal dekat kok dari sini, tuh ntar lurus aja mentok sampai di gedung Telkom belok kanan dikit ya disitu candi kidal mas!” … sebelum sampai kita buka lagi buku petunjuk kita dan membaca tentang Candi Kidal biar nanti kita sampai disana langsung tau apa aja yang akan kita perhatikan. Sampailah kita di TKP yang tadi kita tanyakan, hemmm sempat heran juga c kita dah sampai juga kok candi nya gak kelihatan yah? (gumamku dalam hati.red) oh mungkin ada dibalik tembok besar ini tapi jalan masuknya mana… “bu mo Tanya bu, candi kidal itu mana ya bu ya?kok kita katanya sudah sampai kok belum lihat juga”…”hem??(terheran.red) ya ini candi kidal”…kita pun Cuma bisa bengong “hemmmm???mana bu?”… “ya disini candi kidal, tuh rumah saya dijalan candi kidal”….kita pun sontak bertampang “blow on” …”hah?????jalan candi kidal?erkkkkk maksut kita tuh candi bu candi kidal, bukan jalan candi kidal” …. “oewh itu kalo candinya sendiri di sono mas di daerah Tumpang bukan disini, masih sekitar 2 jam perjalanan kalo dari sini”….$@%#@&*^$#^$#*(#&$#^&(&#^%#!@$$^%&*&()(_0 gubraks…..ini nih gara-gara kita gak baca lagi dengan teliti (saran : lain kali kita harus baca dulu alamat lengkapnya, baru Tanya alternativenya.) huhuhuuuuu alhasil kita berkeliling kota malang deh.

"komplek candi"
Kurang lebih 1jam 30 menit kita merubah arah perjalanan dan sampai di daerah Tumpang. Sampai disana jam sudah menunjukan pukul 16.30 WIB, dan kalo mau melanjutkan ke Candi Kidal yang masih 7km dari sini kayaknya mustahil udah malam. Ya kita rubah destiny kita ke Candi Jajaguh ato sering disebut dengan Candi Jago yang berada di belakang pasar Tumpang ini. Cukup mudah akses menuju tempat ini, dari malang kita naik angkutan yang jurusan Tumpang trus turun dan tinggal jalan kaki 100 m dari pasar Tumpang. Sampai deh…”fiuh”.

Candi Jago secara administrasi terletak di Desa Tumpang, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang, jawa Timur. Candi ini diperkirakan sama dengan JAJAGHU (suci.red) di dalam kitab Negarakertagama sebagai tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana dari kerajaan Singosari yang wafat pada tahun 1268 M. Ketika kita memasuki areal candi tidak ada penjaga yang berjaga disana, dan candi itu sepi tapi berada di pinggir jalan dan sekitarnya perkampungan.

"dilihat dari atas candi"
Bangunan ini berdiri diatas batur berteras tiga semakin kecil keatas, sehingga dimasing-masing teras terdapat terdapat selasar untuk mengeliingi candi. Teras ketiga afak bergeser kebelakang merupakan teras tersuci. Susunan bangunannya yang berteras-teras dan bertitik sakral  dibelakang mengingatkan pada bangunan “punden berundak” zaman Megalithikum sebagai tempat pemujaan arwah leluhur. Kalo kita melihat candi ini dulu lumayan besar dan tinggi, karena yang tersisa sekarang hanyalah terlihat pintu masuk kedalam bagian utama candi yang berada di bagian paling atas candi ini. Sedangkan bagian atasnya sudah hancur dan gak bisa dilihat lagi, (menurut ak c gak jauh beda seperti candi-candi lainnya yang berbentuk meruncing keatas.ups tapi jangan percaya kerna aku bukan arkeolog.red)

"arca Amoghapaca"
"ornamen pintu candi"

"relief candi"

Sesuai dengan Agama Winuwardhana yaitu Siwa Budha, di Candi Jago dipahatkan relief cerita Siwaistis dan Budhustis. Relief Budhistis yang dipahatkan adalah relief cerita Tantric/Pancatantra dan Kunjarakarna. Sedangkan relief Hiduistis yaitu relief cerita Partayajna dan Arjunawiwaha serta relief tentang Krisna.



"teras paling atas"

"hanya terlihat pintu candi"

Relief cerita Tantric dipahatkan pada bingkai atas teras pertama berisi cerita-cerita binatang, dilanjutkan relief Kunjarakarna bersambung ke bingkai bawah teras kedua, menceritakan perjalanan Kunjarakarna murid Budha Wairocana ke neraka tempat penyiksanaan sahabatnya Purnawijaya. Setelah kembali kedunia mengajak Purnawijaya belajar agama budha sehingga dosa-dosanya diampuni. Mulai sudut tengah sampai utara terdapat relief yang belum diketahui jalan ceritanya.

"tampak depan"

"seperti reruntuhan"

Sedangkan relief Partayajna dipahatkan pada tubuh teras II berisi adegan pandawa kalah bermain dadu dan diusir ke hutan selama 15 tahun. Lalu Arjuna memisahkan diri sampai gunung Indrakila relief Arjunawiwaha dipahatkan cerita Partayajna mulai dari adegan Arjuna bertapa digoda bidadari sampai Arjuna memanah babi hutan bersama-sama Dewa Siwa yang menyamar sebagai pemburu. Akhirnya Arjuna diminta untuk membunuh Niwatakawaca yang mengganggu kayangan sampai arjuna kawin dengan Batari Supraba.

"tangga sisi kiri candi"

"samping candi"

"relief-relief candi jajaghu"

Dibilik candi tampaknya dulu pernah ada arca Budha Amoghapasa dan empat pengawalnya yaitu Sudhanakuma, Cyamatara, Hayagriwa dan Bhrekuti. Nama-nama itu dipahatkan dalam huruf Nagari pada masing-masing stellannya. Arca lain yg ditemukan direlung dan atap candi yaitu arca Dyani Budha Aksobnya dan Ratnasambhawa, serta arca Cacti/istri Dyani budha yaitu Locana dan Pandurawasini. Dihalaman candi pernah ditemukan arca Bhairawa, slah satu aspek Dewa Siwa. Maka berdasarkan relief cerita dan arca yang ditemukan, candi ini berlatar belakang agama Hindu-Budha. (sumber ak dapatkan dari keterangan yang berada di papan Informasi candi.red)



"tampak belakang candi"

"teduh"

Waktu sudah semakin petang dan kita pun mengakhiri perburuan candi ini dengan berharap bahwa candi ini tetap dijaga kelestariannya. Kerna dengan beberapa peninggalan candi-candi ini saja misteri tentang dimana letak kerajaan-kerajaan yang pernah Berjaya di Nusantara ini belum terpecahkan sampai sekarang dan masih menjadi penelitian para arkeolog. Mungkin sebagian orang akan berpendapat kenapa harus susah susah mencari masa yang sudah berlalu dan hilang itu kenapa kok gak mikir saja gimana kedepannya Negara ini. Satu hal yang ak salut sama mereka “arkeolog” mereka mencari jati diri bangsa sebenarnya melalui nenek moyang dan peninggalan-peninggalannya. Wisata sejarah? Why not? Jom! Ambil rangselmu dan segeralah melihat “Nusantara”.

Salam traveler

Minggu, 22 Januari 2012

Melihat Kerajaan Mataram "dari" Solo


Mengunjungi kota Surakarta (solo.red) tidak afdol rasanya kalo tidak mampir ke Keraton Surakarta Hadiningrat. Salah satu kerajaan Mataram selain Mataram Yogyakarta. Menurut pengalaman dofont yang masih teringat, mungkin sudah berkunjung ke keraton ini sebanyak 4 kali ato bahkan lebih (lupa.red) tapi baru sempat terpikirkan tuk menuangkannya dalam sebuah coretan gak jelas macem gini.

"tampak depan"

"bagian dari istana"

Awalnya kerna cuma mengisi liburan 2 hari di kota solo dan saat itu teman deket dofont dari Djogja sebut aja uswa (nama sebenarnya bukan samaran.red) yang juga mau melepas kepenatan di kota solo belum pernah yang namanya berkunjung ke Keraton Surakarta (padahal 4 tahun kuliah disolo.red). Mulailah kita melangkahkan kaki di Keraton Surakarta siang hari yang cerah itu.

"bangjo"
Keraton Surakarta adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadiSurakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun1749. SetelahPerjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta.

"ruang pertama"

"fragmen candi"

Selain itu ada legenda mengenai usia Nagari Surakarta. Ketika istana selesai dibangun muncul sebuah ramalan bahwa kerajaan Surakarta hanya akan berjaya selama dua ratus tahun. Setelah dua ratus tahun maka kekuasaan raja hanya akan selebar mekarnya sebuah payung (dalam bahasa jawa: kari sak megare payung). Legenda inipun seakan mendapat pengesahan dengan kenyataan yang terjadi. Apabila dihitung dari penempatan istana secara resmi pada 1745 maka dua ratus tahun kemudian pada 1945 Indonesia merdeka kekuasaan Kesusnanan benar-benar merosot. Setahun kemudian pada 1946 Kesunanan Surakarta benar-benar dihapus dan kekuasaan Susuhunan benar-benar habis dan hanya tinggal atas kerabat dekatnya saja. Pernah juga Solo menjadi Daerah Istimewa seperti Yogyakarta (lihat saja sejarah nasional Indonesia.red)

"cerita dalam perunggu"

"udah berumur banget nih wayang"

"jenis-jenis wayang"

Bangunan istana terdiri dari banyak sekali ruangan, tapi yang boleh dikunjungi oleh masyarakat biasanya adalah ruang museum serta halaman berpasir istana saja, selain itu tidak diperbolehkan karena alasan keamanan.

"relief permainan tradisional"
Terlebih dahulu parkirkan kendaraan anda di halaman depan keraton, setelah itu berjalalah kearah timur menelusuri jalan keraton yang memang dibuat satu arah kerna hanya cukup buat satu mobil. Karena pintu masuk museum keraton berada disebelah timur keraton. Harga tiket masuk sebesar Rp 10.000 dan jika membawa kamera harus nambah lagi Rp 3.500. Setelah membeli tiket silahkan memasuki keraton. Alur menjelajahi museum keraton adalah kesebelah kanan pintu masuk dan seterusnya sampai nanti berakhir di titik awal baru menuju ke area halaman Keraton Surakarta

"wayang beber"

"dalam gambaran perunggu"

Diruangan museum pun kalo iseng-iseng ak hitung terdapat sekitar 12 ruangan yang tiap ruangan menyimpan berbagai macam benda-benda bersejarah tentang Surakarta. Ruang 1 terdapat foto-foto raja Surakarta dari masa ke masa dan beberapa kursi pada masa itu. Ruang 2 terdapat beberapa fragmen candi-candi serta peninggalan benda-benda perunggu yang berbentuk dewa-dewa. Diruang 3 terdapat relief yang terbuat dari perunggu yang menggambarkan tentang acara adat di lingkungan keraton. Ruang 4 ada replica patung yang menggambarkan pakaian adat Jawa Surakarta. Ruang 5 terdapat satu set pertunjukan wayang purwo (wayang kulit.red) dan koleksi berbagai jenis wayang seperti wayang suket, wayang purwo, wayang madya, wayang gedog, wayang kitik/kayu dan wayang krucil kayu serta terdapat relief dari perunggu yang menggambarkan pertunjukan wayang dan kelengkapannya. Di ruang 6 terdapat banyak sekali contoh-contoh pertunjukan kesenian daerah di Jawa khususnya, beserta alat-alat yang digunakan dalam permainan tradisional. Serta terdapat replica pertunjukan wayang beber.


"arsip kuno Al Quran berbahasa jawa"
"kereta jenazah"
Berlanjut di ruang 7 terdapat benda-benda perabotan rumah tangga yang terbuat dari perunggu serta kegunaannya dalam upacara adat seperti “wilujengan” yaitu upacara selametan yang sudah mentradisi di masyarakat jawa, doa-doanya memakai lafal Islam tapi kelengkapannya memakai sesaji cara jawa (alkurturasi/pencampuran Islam dan budaya Jawa.red). Selepas ruang 7 ini kita keluar ke menyeberangi halaman untuk meneruskan ke ruang 8. Tapi sebelum itu kita bisa melihat kereta jenazah yang sudah tidak terpakai lagi. Kereta dengan gaya eropa, maklum sudah terkontaminasi dengan bangsa colonial jaman dulu. Di tengah halaman terdapat sumur songo yaitu sumur yang digunakan untuk pertapaan raja Paku Buwono IX karena tidak mempunyai keturunan putra buat penerus tahtanya, dan akhirnya setelah melalui pertapaan itu maka muncullah putra yang di idamkan itu. Dan ada kepercayaan bagi siapa yang meminum air dari sumur ini serta mengucap doa yang di inginkan akan terkabul (Huallahu.red)

"sumur songo"

"mo ngapain nih?"

"syarat?"

"hihihiii peace"
Setelah segar membasuh muka di sumur songo kita melanjutkan ke ruang 8 yaitu ruang yang menyimpan banyak sekali tandu (alat angkut.red) yang digunakan untuk alat angkut yang diangkat oleh beberapa abdi dalem keraton (ak ingat cuma di film-film kungfu aja, ternyata semua kerajaan dulu seperti ini.red). Ada beberapa macam tandu diantaranya tandu Joli Jempono yaitu alat tandu yang digunakan untuk mengangkut putri raja saat menjadi pengantin atau bepergian. Kremun yaitu alat untuk mengangkut peralatan seperti pakaian dan lain-lain. Jolen yaitu alat untuk mengangkut benda-benda yang sakral dan sesaji. Serta gawangan alat yang digunakan tunk menggantungkan sesaji. Lanjut ruang  9 terdapat beberapa koleksi kereta kencana yang masih terawat tetapi tidak dipergunakan lagi dan bahkan masih dikeramatkan diantaranya adalah Kyai Aorosebo tertulis 1770 serta satu lagi tapi ak lupa apa namanya hehe silahakan dikunjungi deh biar lebih tau sendiri. Lanjut ruang 10 masih terdapat tandu-tandu jolen lagi. Ruang 11 yaitu ruang senjata dan diorama pertempuran pangeran diponegoro. Serta terdapat juga satu meriam yang diskralkan yaitu Kyai Santri. Dan memasuki ruang terakhir museum adalah ruang 12 terdapat beberapa keramik serta benda-benda dari perunggu dan yang paling istimewa menurut ak adalah dayung perahu dan kyai Rojomolo yaitu hiasan di ujung kepala perahu yang juga dikeramatkan. Perlu diingat pula untuk tetap berlaku yang sopan terhadap terhadap apa saja yang ada disini.


"hiasan pada tandu"

"joli jempono"

"jolen"
Setelah selesai mengunjungi semua ruang museum inilah saatnya kita memasuki halaman dari keraton Surakarta. Yang patut diperhatikan disini adalah saat kita memasuki area ini haruslah bersikap yang sopan dan santun dari pakaian dan tindakan, alas kaki harap dilepas kecuali sepatu dan sandal bertali (sepatusendal.red), serta ada beberapa batasan yang tidak boleh dilanggar oleh pengunjung. Karena ak dah sering kesini maka jasa guide kurang ak butuhkan disini. Tapi kalo ingin penjelasan lebih dari tempat ini bisa minta ditemani sama abdi dalem dengan member imbalan seiklasnya.


"kyai Aorosebo"

"Kyai Santri"

"Kyai Rojomolo"

"keramik-keramik"

"dayung perahu rajamala"

Di area ini (lupa lagi apa namanya.red) halaman utama keraton ini semuanya berpasir pantai yang diambil dari Pantai Parangkusumo. Nah terbayangkan bagaimana cara membawanya kesini? Mana ada jaman dulu truck tronton buat bawa ini semua. Ada cerita menarik dari pasir ini, konon pasir ini didatangkan secara ghaib oleh raja, karena hubungan pantai selatan dengan kerajaan-kerajaan ditanah jawa sangatlah kuat (udah jangan terlalu dibahas ntar malah tambah pusing.red). Terdapat pula menara Sangga Buwana yaitu tempat semedi raja yang katanya bagi siapa saja yang pernah masuk kedalamnya setelah keluar dia akan lupa apa yang dilihatnya tadi didalam (kecuali orang yang berkepentingan.red) dan merupakan tempat yang disakralkan pula disini. Kadang kala tempat ini enak juga buat melepas penat, kerna bagaimana pun bisingnya suasana diluar istana sana tapi disini tetaplah tenang, sunyi dan syahdu (kalo ini kata uswa.red)

"suatu tempat"

"depan sesaji di halaman istana"

"bersemedi"

"bersama abdi dalem"

"menara Songgo Buwono"

"lepas alas kaki sebelum masuk halaman berpasir"

Nikmati suasana lingkungan sekitar keraton juga seperti Siti hinggil, alun -alun utara dan selatan keraton, mengunjungi kebo Kyai Slamet serta pasar Klewer dan masjid agung Surakarta. Lebih asyik lagi kalo mengunjungi solo sambil naik bus Wekudara, yaitu bus pariwisata bertingkat yang hanya ada satu ini di Indonesia. Jom! siapkan ranselmu dan corat-coret kalendermu kunjungi Solo The Spirit of Java.

Salam traveler