Adventure

Senin, 01 November 2010

Perjalanan ke Bromo (bagian pertama)

Salah satu taman nasional nan elok Bromo Tengger. Keinginan tuk membalas kunjungan yang kedua ke tempat ini akhirnya terbalaskan juga. Satu bulan sebelumnya, temen-temenku pada bersemangat untuk ikut dalam perjalanan ini.Mungkin ada sekitar 9 orang yang terdiri dari cowok dan cewek. Tapi sekian hari mendekati hari keberangkatan tgl 01 oct 2010 satu persatu mereka mengundurkan diri karena berbagai sebab, ada yang dana plafon belum turun, ada yang terbentur dengan pekerjaan masing-masing. Yah mungkin lain kali kita bisa bareng-bareng kesana.

"siap"


"@stasiun purwosari solo"

Akhirnya yang berangkat Cuma dua orang saja, me and jack. Dalam catatan sejarah jack, dia terkenal dengan orang yang “ringkih”. Pernah dia mengikuti “diklat” teater di bumi perkemahan Ngargoyoso baru dapat satu hari aja dah masuk rumah sakit karena penyakit lambung. Yah maklumlah dia dulu @#$#^%&$%#!%$#&# gitu deh. Tapi lihatlah sekarang dengan pola hidup sehat dia bisa bangkit dari masa lalu. Sebelumnya dia saya tes dulu backpackeran ke jogja dengan full track (jalan kaki.red) dari stasiun tugu ke malioboro (muter-muter dulu.red) pentok kantor pos djogja kearah timur sampai Djogja Ekspo Center, huft 2 setengah jam perjalanan kurang lebih. Nyatanya dia baik-baik aja, Cuma ngeluh pegel selama 3hari (lumrah.red).

"@kreta"


"alun-alun probolinggo"


"break n pray in probolinggo mosque"


"ready to bromo"

Sebelumnya aku sempet bingung tuk menentukan perlengkapan yang harus dibawa. Antara bawa tenda atau tidak. Karena moto kita “ngirit dan menyatu dengan alam” so kita sepakat bawa tenda.

Perlengkapan yang dibawa :

Tenda, matras, sleeping bag, pakaian 3stel (kebanyakan sebenere.red), obat pribadi, senter, camdit, hp, sepatu boat n sendal jepit (sendal jepit jarang digunakan.red), kompor gas mini, tabung gas mini, gelas n rengkot (panci kcil.red), mie instan 6 bungkus (yg termakan cukup 4 bungkus.red), botol air mineral, cemilan serba kalori n karbo, jaket, kaos tangan, slayer.

Perlengkapan yang kurang :

Kacamata, penutup kepala atau syal, getter (pelindung kaki).

Tanggal 01 oct 2010 kita berangkat menuju stasiun Purwosari. Jadwal keberangkatan semula 08.34 dan 10.08 WIB tapi kereta “delay” sejam...hahaha kereta kok delay... kereta logawa jurusan Purwokerto Banyuwangi. Solo - Probolinggo 26 ribu. Sesampainya di probolinggo pukul 19.30 WIB.

Sampai di probolinggo kita muter alun-alun dulu sambil lihat sikon disekitar situ sebelum akhirnya kita bongkar muat, mandi dan menginap di masjid Agung Probolinggo. Baru keesokan paginya kita berangkat keterminal “bison” (angkutan umum khusus ke ngadisari bromo.red).

"neng angkot"


"hihihi yogi 'thx cemilannya yak'"


"bareng ma bulek n paklek"


"ehm siapakah ini?"


Karena kita baru pertama ke bromo lewat jalur ini, ternyata keberangkatan ke bromo tidak setiap saat. So kita harus menunggu penumpang penuh dulu baru berangkat. Weee... kita dateng ke situ pagi jam 07.00 berharap bisa segera kebromo dan berdiam disana seharian, e malah kita nunggu pe jam 12.00 baru berangkat. Huft.......

"lagi pada buat FTV"


"penginapannya temen-temen BPI"

O iya lupa. Sebenernya kita kebromo tidak sendirian tapi ada temen-temen dari BPI (backpackerindonesia.com).monique maharani dari surabaya, pandu, biru langit, n satu lagi sapa aku belum kenal dari jakarta (aku namakan tim bravo.red). Mereka berempat berangkat dari surabaya tapi sayang kita gak sempet ketemuan, padahal Cuma selisih waktu beberapa menit aj. Tapi kita selalu contact selama 3 hari itu.

Kita berangkat dari probolinggo bersama yogi n ceweknya (kenal di terminal bison.red), 6 bule dan satu bocah tengger.Tim bravo selisih sejam dibelakang kita. Setelah sampai di ngadisari kita dianter sama pak sopir ke homestay murah disekitar situ. Tim bravo aku carikan tempat menginap disitu juga bersama yogi n bule-bule yang lain. Namanya wisma YOG 120 ribu perkamar tapi masih bisa dinego kok. Didepan wisma ini kebetulan lagi dibuat shoting sama “dsx studio” yang biasa buat film FTV ato cookies gitu. Menurut info yang saya terima mereka shoting disini 3 bulan untuk 10 episode.

Setelah lobi homestay tersepakati buat tim bravo, aku titipkan tim bravo sama yogi buat “ancer-ancer”. Sedangkan kita melanjutkan perjalanan ke pananjakan (full track.red). Cuaca kali ini kurang mendukung, berkabut dan gerimis tipis, cukup untuk membuat permukaan tas kita basah.Aku baru pertama ini melewati jalan ini, sepi, berkabut, jarak pandangan minim, tapi sebelumnya aku sudah melihat letak geografis daerah ini melalui google earth, sayang foto udara itu ketinggalan dirumah.

"go to pananjakan by track"


"to pananjakan"

Kita berjalan sampai jalan aspal itu habis tinggal jalan setapak menuju keatas. Rada takut juga sebenere karena menurut safety prosedur pendakian jumlah orang Cuma 2 orang tidaklah bagus untuk pendakian apalagi belum kenal medan. Setelah kurang lebih satu jam perjalanan kita bertemu dengan warga pribumi suku tengger. Namanya Agung. Dia sedang mencari kayu untuk dibuat arang, salah satu mata pencaharian warga tengger.Secara tidak sengaja kita bertemu dilereng gunung Pananjakan dijalan setapak menuju puncak Pananjakan yang terkenal dengan “view sunrice”nya.Tampak wajah muda yang polos dan lugu sedang memisahkan ranting-ranting dari pohon yang dia tebang.

"njero tendo"


"in action with agung"


"pejuang"


“permisi mas” sapa jack

“yak mari mas” jawab agung. “mo kemana mas?”

“ke atas mas, masih jauhkah?”

“hem ya lumayan sih mas, sekitar 2jam lah kurang lebih”

“hah 2jam lagi?” celetukku

“dari tadi kok 2jam trus, kpan nyampenya?”

“yah klo konstan jlan kurang lebih ya segitu mas, mending ngecame disini aja mas, dari pada diatas gak ada tempat untuk ngecame”

“kenapa mas?bukannya di atas pananjakan ada tempat lapang gitu?”

“ya ada mas, tapikan ini cuaca lagi rada gak bersahabat, mending naiknya besok pagi aja sekitar pukul 03.00 pagi nanti banyak juga kok yg keatas. Biasanya bule-bule itu juga naeknya pagi gitu mas”

“ow banyak juga yg naek tho? Tapi diatas sana ada yang jualan tho mas?”

“iya mas biasanya bnyak yg naek pagi gitu, disana juga ada yg jualan, tapi saya sarankan ngecame disini aja, ni ada terpal saya tinggal disini, buat came disni aj kan lebih aman dari pada diatas. Lagian juga kalo diatas rada sakral mas.”

“weeks” cletuk ku lagi

“yowes bang kita mending buat tenda disini ajalah”pinta jack

“okey deh, deal”

Kita dirikan tenda disini karena pertimbangan keamanan cuaca dan kondisi keamanan “ghaib” hehheheheee

Setelah 1 jam perjalanan dari wisma YOG, kita mantap ngecame disini. Dan melanjutkan perjalanan besok paginya kepananjakan. Setelah mendirikan tenda, si jack membantu agung menaikkan kayu keatas motor, sedangkan aku jalan-jalan melihat kondisi sekitar. Jaga – jaga aj bila ada sesuatu,e malah nemu view yang cocok buat liat sunrice.

"masak dalem tenda"


"tidur berdua, hihihihiiiii"

Gelap terasa cepat menyelimuti dari jam 5 pun kami sudah berada didalam tenda dan tidak keluar lagi sampe pagi, hanya kalau kepepet aja kita keluar (kebelet.red). Memasak untuk makan malem pun kita lakuin didalam tenda. Cuaca malam itu bener-bener ngueri, suara anjing menggonggong, duingin dan suara angin yang kedengeran nyaring karena kita ngecame di cekungan tebing. Sebenere rada takut juga tapi kita alihkan dengan ngobrol ngalor-ngidul sampai kita capek dan dengan sendirinya kita tertidur.

"cooking in paradise"


"sruput....gerrrrr"


"looking that!!!!"


"ceeeeeesss"


"subhannallah"


Pukul 04.30 WIB aku bangun dan masih kedengeran suara angin yang melengking disekitar kita. Kubuka sedikit pintu tenda untuk melihat keadaan diluar, masih rada gelap, yadah aku persiapkan aja logistic untuk dinikmati di “view sunrice” ujung jalan setapak ini.

"ckckckckck"


"nikmatnya ngopi disamping bromo"


"...dan bergaya"


"...karo jack"


"...trus dewe"


Pukul 05.00 WIB aku segera ke ujung dengan membawa logistic yang diperlukan, kompor beserta alat masaknya dan matras. Kami tinggalkan semua barang ditenda.

"tenda"


"tenda"


"packing"


"...dan bersiap"


Wow sebenere mang ini tempat yang cocok untuk melihat keindahan bromo tersirat sunrice. Tapi sayang cuaca kurang bersahabat alias berkabut lebat. Baru menjelang pukul 7an kabut agak sedikit berkurang. Banyak wisatawan yang tracking keatas lewat jalur ini dan kebanyakan dari mereka agak kecewa dengan cuaca pagi ini.

"turun gunung"


"lewati lembah"


"siiip"


"view bromo dari jalan menuju pananjakan"


"bertemu dengan ibu n kakak e agung"


"happy familly"


"background"

Setelah menikmati keindahan sunrice saatnya kembali ke tenda dan packing untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya ke kawah bromo. Waktu kita packing ada warga naek ke atas dengan sepeda motor, kami kira itu agung ternyata bapaknya agung namanya pak Wiyon. Sambil packing pak Wiyon bercerita tentang kesakralan lingkungan bromo. Yang memang salah satu tempat tersakral didunia ini. Banyak sekali yang diceritakan pak Wiyon sampe bulu kuduk kita berdiri (lebay.red).hehehe gak juga si tapi real. Seandainya pak Wiyon yang kita temui kemaren sore dan bukan agung, sudah dipastikan aku turun gunung langsung ajalah.

To be continues....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar