Adventure

Minggu, 22 Januari 2012

Melihat Kerajaan Mataram "dari" Solo


Mengunjungi kota Surakarta (solo.red) tidak afdol rasanya kalo tidak mampir ke Keraton Surakarta Hadiningrat. Salah satu kerajaan Mataram selain Mataram Yogyakarta. Menurut pengalaman dofont yang masih teringat, mungkin sudah berkunjung ke keraton ini sebanyak 4 kali ato bahkan lebih (lupa.red) tapi baru sempat terpikirkan tuk menuangkannya dalam sebuah coretan gak jelas macem gini.

"tampak depan"

"bagian dari istana"

Awalnya kerna cuma mengisi liburan 2 hari di kota solo dan saat itu teman deket dofont dari Djogja sebut aja uswa (nama sebenarnya bukan samaran.red) yang juga mau melepas kepenatan di kota solo belum pernah yang namanya berkunjung ke Keraton Surakarta (padahal 4 tahun kuliah disolo.red). Mulailah kita melangkahkan kaki di Keraton Surakarta siang hari yang cerah itu.

"bangjo"
Keraton Surakarta adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadiSurakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun1749. SetelahPerjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta.

"ruang pertama"

"fragmen candi"

Selain itu ada legenda mengenai usia Nagari Surakarta. Ketika istana selesai dibangun muncul sebuah ramalan bahwa kerajaan Surakarta hanya akan berjaya selama dua ratus tahun. Setelah dua ratus tahun maka kekuasaan raja hanya akan selebar mekarnya sebuah payung (dalam bahasa jawa: kari sak megare payung). Legenda inipun seakan mendapat pengesahan dengan kenyataan yang terjadi. Apabila dihitung dari penempatan istana secara resmi pada 1745 maka dua ratus tahun kemudian pada 1945 Indonesia merdeka kekuasaan Kesusnanan benar-benar merosot. Setahun kemudian pada 1946 Kesunanan Surakarta benar-benar dihapus dan kekuasaan Susuhunan benar-benar habis dan hanya tinggal atas kerabat dekatnya saja. Pernah juga Solo menjadi Daerah Istimewa seperti Yogyakarta (lihat saja sejarah nasional Indonesia.red)

"cerita dalam perunggu"

"udah berumur banget nih wayang"

"jenis-jenis wayang"

Bangunan istana terdiri dari banyak sekali ruangan, tapi yang boleh dikunjungi oleh masyarakat biasanya adalah ruang museum serta halaman berpasir istana saja, selain itu tidak diperbolehkan karena alasan keamanan.

"relief permainan tradisional"
Terlebih dahulu parkirkan kendaraan anda di halaman depan keraton, setelah itu berjalalah kearah timur menelusuri jalan keraton yang memang dibuat satu arah kerna hanya cukup buat satu mobil. Karena pintu masuk museum keraton berada disebelah timur keraton. Harga tiket masuk sebesar Rp 10.000 dan jika membawa kamera harus nambah lagi Rp 3.500. Setelah membeli tiket silahkan memasuki keraton. Alur menjelajahi museum keraton adalah kesebelah kanan pintu masuk dan seterusnya sampai nanti berakhir di titik awal baru menuju ke area halaman Keraton Surakarta

"wayang beber"

"dalam gambaran perunggu"

Diruangan museum pun kalo iseng-iseng ak hitung terdapat sekitar 12 ruangan yang tiap ruangan menyimpan berbagai macam benda-benda bersejarah tentang Surakarta. Ruang 1 terdapat foto-foto raja Surakarta dari masa ke masa dan beberapa kursi pada masa itu. Ruang 2 terdapat beberapa fragmen candi-candi serta peninggalan benda-benda perunggu yang berbentuk dewa-dewa. Diruang 3 terdapat relief yang terbuat dari perunggu yang menggambarkan tentang acara adat di lingkungan keraton. Ruang 4 ada replica patung yang menggambarkan pakaian adat Jawa Surakarta. Ruang 5 terdapat satu set pertunjukan wayang purwo (wayang kulit.red) dan koleksi berbagai jenis wayang seperti wayang suket, wayang purwo, wayang madya, wayang gedog, wayang kitik/kayu dan wayang krucil kayu serta terdapat relief dari perunggu yang menggambarkan pertunjukan wayang dan kelengkapannya. Di ruang 6 terdapat banyak sekali contoh-contoh pertunjukan kesenian daerah di Jawa khususnya, beserta alat-alat yang digunakan dalam permainan tradisional. Serta terdapat replica pertunjukan wayang beber.


"arsip kuno Al Quran berbahasa jawa"
"kereta jenazah"
Berlanjut di ruang 7 terdapat benda-benda perabotan rumah tangga yang terbuat dari perunggu serta kegunaannya dalam upacara adat seperti “wilujengan” yaitu upacara selametan yang sudah mentradisi di masyarakat jawa, doa-doanya memakai lafal Islam tapi kelengkapannya memakai sesaji cara jawa (alkurturasi/pencampuran Islam dan budaya Jawa.red). Selepas ruang 7 ini kita keluar ke menyeberangi halaman untuk meneruskan ke ruang 8. Tapi sebelum itu kita bisa melihat kereta jenazah yang sudah tidak terpakai lagi. Kereta dengan gaya eropa, maklum sudah terkontaminasi dengan bangsa colonial jaman dulu. Di tengah halaman terdapat sumur songo yaitu sumur yang digunakan untuk pertapaan raja Paku Buwono IX karena tidak mempunyai keturunan putra buat penerus tahtanya, dan akhirnya setelah melalui pertapaan itu maka muncullah putra yang di idamkan itu. Dan ada kepercayaan bagi siapa yang meminum air dari sumur ini serta mengucap doa yang di inginkan akan terkabul (Huallahu.red)

"sumur songo"

"mo ngapain nih?"

"syarat?"

"hihihiii peace"
Setelah segar membasuh muka di sumur songo kita melanjutkan ke ruang 8 yaitu ruang yang menyimpan banyak sekali tandu (alat angkut.red) yang digunakan untuk alat angkut yang diangkat oleh beberapa abdi dalem keraton (ak ingat cuma di film-film kungfu aja, ternyata semua kerajaan dulu seperti ini.red). Ada beberapa macam tandu diantaranya tandu Joli Jempono yaitu alat tandu yang digunakan untuk mengangkut putri raja saat menjadi pengantin atau bepergian. Kremun yaitu alat untuk mengangkut peralatan seperti pakaian dan lain-lain. Jolen yaitu alat untuk mengangkut benda-benda yang sakral dan sesaji. Serta gawangan alat yang digunakan tunk menggantungkan sesaji. Lanjut ruang  9 terdapat beberapa koleksi kereta kencana yang masih terawat tetapi tidak dipergunakan lagi dan bahkan masih dikeramatkan diantaranya adalah Kyai Aorosebo tertulis 1770 serta satu lagi tapi ak lupa apa namanya hehe silahakan dikunjungi deh biar lebih tau sendiri. Lanjut ruang 10 masih terdapat tandu-tandu jolen lagi. Ruang 11 yaitu ruang senjata dan diorama pertempuran pangeran diponegoro. Serta terdapat juga satu meriam yang diskralkan yaitu Kyai Santri. Dan memasuki ruang terakhir museum adalah ruang 12 terdapat beberapa keramik serta benda-benda dari perunggu dan yang paling istimewa menurut ak adalah dayung perahu dan kyai Rojomolo yaitu hiasan di ujung kepala perahu yang juga dikeramatkan. Perlu diingat pula untuk tetap berlaku yang sopan terhadap terhadap apa saja yang ada disini.


"hiasan pada tandu"

"joli jempono"

"jolen"
Setelah selesai mengunjungi semua ruang museum inilah saatnya kita memasuki halaman dari keraton Surakarta. Yang patut diperhatikan disini adalah saat kita memasuki area ini haruslah bersikap yang sopan dan santun dari pakaian dan tindakan, alas kaki harap dilepas kecuali sepatu dan sandal bertali (sepatusendal.red), serta ada beberapa batasan yang tidak boleh dilanggar oleh pengunjung. Karena ak dah sering kesini maka jasa guide kurang ak butuhkan disini. Tapi kalo ingin penjelasan lebih dari tempat ini bisa minta ditemani sama abdi dalem dengan member imbalan seiklasnya.


"kyai Aorosebo"

"Kyai Santri"

"Kyai Rojomolo"

"keramik-keramik"

"dayung perahu rajamala"

Di area ini (lupa lagi apa namanya.red) halaman utama keraton ini semuanya berpasir pantai yang diambil dari Pantai Parangkusumo. Nah terbayangkan bagaimana cara membawanya kesini? Mana ada jaman dulu truck tronton buat bawa ini semua. Ada cerita menarik dari pasir ini, konon pasir ini didatangkan secara ghaib oleh raja, karena hubungan pantai selatan dengan kerajaan-kerajaan ditanah jawa sangatlah kuat (udah jangan terlalu dibahas ntar malah tambah pusing.red). Terdapat pula menara Sangga Buwana yaitu tempat semedi raja yang katanya bagi siapa saja yang pernah masuk kedalamnya setelah keluar dia akan lupa apa yang dilihatnya tadi didalam (kecuali orang yang berkepentingan.red) dan merupakan tempat yang disakralkan pula disini. Kadang kala tempat ini enak juga buat melepas penat, kerna bagaimana pun bisingnya suasana diluar istana sana tapi disini tetaplah tenang, sunyi dan syahdu (kalo ini kata uswa.red)

"suatu tempat"

"depan sesaji di halaman istana"

"bersemedi"

"bersama abdi dalem"

"menara Songgo Buwono"

"lepas alas kaki sebelum masuk halaman berpasir"

Nikmati suasana lingkungan sekitar keraton juga seperti Siti hinggil, alun -alun utara dan selatan keraton, mengunjungi kebo Kyai Slamet serta pasar Klewer dan masjid agung Surakarta. Lebih asyik lagi kalo mengunjungi solo sambil naik bus Wekudara, yaitu bus pariwisata bertingkat yang hanya ada satu ini di Indonesia. Jom! siapkan ranselmu dan corat-coret kalendermu kunjungi Solo The Spirit of Java.

Salam traveler

2 komentar:

  1. moga terus berkarya....ditunggu next artikelnya...;)

    BalasHapus
  2. thx u hamka kecil...ak jg menunggu next artikelmu tuh...;)

    BalasHapus