Adventure

Minggu, 08 Januari 2012

Kota Lama Kotagede Kota Mataram

Selepas dari Museum Kekayon kita melanjutkan perjalanan ke Kotagede. Yaitu tempat central perajin perak di kota Gudeg ini. Dengan jalanan sempit khas kota lama, kita menikmati jajaran toko penjaja kerajinan perak di daerah ini. Jalanan yang lurus serta bercabang dan bertemu di sebuah titik tengah adalah ciri dari sebuah kota lama. Dengan gaya arsitektur bangunan yang klasik rumah-rumah disini disulap menjadi seperti museum perak. Gaya khas bangunan belanda dan jawa berpadu jadi satu di kota Tua ini.

"selamat datang di kawasan KOTAGEDE"

"langgar yang unik"
"gapura kerajaan Mataram"

“Pusat pengrajin perak” hanya itu yg ak tau dari Kotagede, salah satu daerah tujuan wisata di kota Djogja. Hemm ternyata disini lebih dari itu. Disinilah ibukota Kerajaan Mataram Islam pertama (1577) sebagai penerus Kerajaan Demak dan Pajang. Sedikit menyinggung sejarah masa lampau, kita akan kembali ke masa lampau yaitu masa kerajaan Mataram.

Pada awalnya, menurut Babad Tanah Jawi, Kotagede didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan didaerah hutan Menthaok, sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya (Raja Pajang), karena keberhasilannya bersama Ki Penjawi dan dibantu oleh Sutawijaya (anak Ki Ageng Pemanahan) mengalahkan musuh Pajang yaitu Arya Penangsang sebagai Aipati Jipang. Daerah ini kemudian tumbuh menjadi pusat kekuasaan Keraton Mataram. Pada waktu pemerintahan Panembahan Senopati (gelar Sutawijaya setelah menjadi raja Mataram), Kotagede dijadikan ibukota kerajaan namun pada masa Sultan Agung ibukota kerajaan dipindahkan ke Kerta. Sebagai bekas ibukota kerajaan Kotagede mempunyai cirri-ciri khusus, antara lain masih adanya status abdi dalem peninggalan-peninggalan yang keramat dan bersejarah.

Hem pusingkan kalo kembali mengubek-ubek sejarah. Pelajari aja disini deh tentang Kotagede. Yang bikin kita penasaran waktu itu adalah adanya petunjuk makam panembahan senopati (raja Mataram.red) disini. Dan ternyata disini pula terdapat mesjid agung Kotagede itu. Sungguh trip yang gokil, kerna tujuan kita pengen menikmati suasana kota lama Kotagede, eh taunya banyak yang perlu digali lagi di daerah ini.


"cah ayu nang pintu gerbang"

"erkkkkk mikir apa c num?"

Perjalanan sampailah di pusatnya yaitu pasar Gede dan bertanya pada warga sekitar “mbah makam Panembahan Senopati itu teng pundhi nggih mbah?”…”owh niku mas, lurus mawon mengke enten wit ringin gedhe lha nggih niku teng mriku pasareane”….”lha mesjid agung kota gede niku mbah?”….”yo nggih mriku, mengke njenengan mlebet mawon lak mengke weruh mesjid e lan makame, monggo!”…”owh mekaten nggih mbah, suwun mbah, pareng”…”monggo-monggo” djogja masih ramah warganya gak deh kalo disasar jalannya.


"ini jalan masuknya"
Kurang lebih 500m dari pasar gedhe sampailah kita di “Makam Raja Mataram”. Saat memasuki kompleks ini seperti masuk dalam sebuah desa ato kampung. Motor kita parkir di halaman parkir lantas kita jalan kaki menuju sebuah pintu gerbang yang berbentuk seperti candhi ato gapuro pada jaman kerajaan. Di kanan kiri menuju pintu gerbang adalah rumah warga sekitar dengan kesederhanaan tata bangunan yang khas jawa. Senyum sapa selalu mengukir di warga sekitar terhadap pengunjung.

Memasuki kawasan mesjid agung disambut dengan jam taman besar tepat dihalaman masjid. Halaman masjid yg luas digunakan untuk bermain anak-anak warga sekitar. Serta terdapat teras pendopo disebelah kanan dan kiri masjid yang berguna buat tempat rest pengunjung.

"ukiran kayu yang indah"

"arsitektur Mataram"

"jam"

"masjid Ageng Kotagede"

"anak-anak kecilpun bermain disini"

Disebelah selatan masjid terdapat pintu masuk ke kompleks makam yang sekali lagi menyerupai gapuro kerajaan Mataram masa lampau, serta tembok bata khas lingkungan keraton memperkuat kesan benteng. Masuk ke dalam lagi terdapat beberapa rumah joglo dan salah satunya tempat juru kunci makam. Ada beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh pengunjung makam. Tidak setiap jam makam ini dibuka untuk umum, hanya waktu-waktu tertentu saja. Ada peraturan yang tidak boleh dilanggar yaitu tidak boleh mengambil gambar (foto-foto.red) cungkup-cungkup, sesaji-sesaji dan sejenisnya di dalam lingkungan makam. Dan apabila ada yang membawa kamera bisa ditinggal di bagian luar dari lingkungan makam (dititipkan pada pengurus makam.red), serta ada pakaian sendiri buat pengunjung bila ingin memasuki area makam, khususnya untuk cewek harus memakai kemben dan berjarik khas pakaian jawa. Tidak diperkenankan membawa jeans, pakaian modern dan jilbab.

"Gapuro menuju kompleks makam"

"snap-snap"

"benteng Mataram"

"Java"

"papan peringatan"

"rumah jawa djogja Mataram"

"bersih dan rapi"

"pagar-pagar tinggi"

Itu kalo ingin masuk ke area makam, tapi setidaknya diluar pun masih bisa dinikmati kok. Disebelah utara sebelum pintu masuk area makam terdapat “bangsal pengapit ler” untuk peziarah perempuan, sedangkan “bangsal pengapit kidul” untuk peziarah laki-laki. Ke sebelah selatan area makam terdapat sendang seliran yang biasa juga dipakai buat upacara-upacara. Terdapat “sendang kakung” untuk kaum pria dan “sendang putri” untuk kaum perempuan. Kalo dilihat dari susunan bangunan memang seakan kita dibawa ke masa lampau jaman kerajaan. Tembok-tembok bata merah mengelilingi setiap jalan berundak dan gapuro-gapuro megah terpancang kokoh sebagai pintu masuk tiap-tiap area.

"bangsal pengapit kidul"

"bangsal pengapit ler"

"menuju sendang seliran"

"sendang kakung"

"sendang putri"

"dikelilingi benteng"

Sebagai sebuah kawasan pening­galan purbakala, Kotagede pernah mengalami berada di bawah dua pemerintahan tradisional yang se­cara tradisi memiliki sistem peme­rintahan sendiri, yaitu: Kotage­de Yogyakarta dan Kotagede Surakarta. Oleh karena itu, kawas­an ini sempat disebut sebagai ta­nah mencil atau enclave yaitu su­atu kawasan atau wilayah yang terletak di wilayah pemerintahan lain atau berbeda. Hal ini dapat dipahami mengingat Kotagede merupakan pusaka bagi Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta. Status ini merupakan kesepakatan yang di­ambil oleh kedua belah pihak de­ngan berlandaskan kepada pemi­kiran bahwa Kotagede merupakan pusaka leluhur bagi keduanya, dan di sana terdapat makam pendiri Mataram yang nantinya menurun­kan kedua belah pihak, yaitu Ki Gede Mataram dan Panembahan Senapati.

"pintu warga ini sudah berumur"

Ada beberapa lagi yang bisa dinikmati suasana jawa di Kotagede ini, yaitu dari kerajinan perak, sepuh emas dan pande besi serta kuliner khas Kotagede seperti kipo, ukel, kembang waru dan legamara. Dan juga tidak mau ketingalan dari seni dan budaya yang bisa dinikmati disini diantaranya Purba budhaya, Srandhul, Wayang Thingklung dan keroncong.


Kalo teman-teman ke Kotagede semoga bisa menikmati suasana masa lampau di kota lama Kotagede. Simak juga liputan dari Travelmate fatan-hk


Salam traveler.

3 komentar:

  1. ak yg orang jogja aja blm pernah keliling2 kotagede. plg banter ke pasar kota gede dan showrom kerajinan perak... :p

    BalasHapus
  2. Ini kraton lama kan? bagus mas foto2nya... jadi tertarik utk keliling sana lagi :D

    BalasHapus
  3. mas anonim@hehhe maari mas kunjungi tempat-tempat yg deket dng kita dulu..hehehe
    mas jantan@iya mas tepatnya di belakang pasar gede ato di makam-makam raja mataram panembahan senopati....ayo mas sini tempatnya klasik ogh..

    BalasHapus