Pagi ini cuaca agak mendung, tapi menjelang siang cuaca sangatlah cerah sekali di kota Jogja. Yup Djogja dengan semangat “Never Ending Asia” kota yang ak kunjungi kali ini. Ak berangkat dari Surabaya pukul 01.00 dini hari berharap cemas sampai dijogja pagi hari, kerna jalanan macet akhirnya sampe jogja pukul 10.00 pagi hari menjelang siang. Ups siannya melihat travelmate ku menunggu di emperan bandara Adi Sucipto Jogja. Ukey, maaf ak terlambat dari jadwal semula.
Setelah beristirahat “kita” pun segera calling jasa rental motor dikota jogja. Cukup dengan uang Rp50-60rb kita bisa sewa motor 24jam full, dengan syarat meninggalkan minimal 3 kartu identitas dan motor pun siap diantar ke posisi kita.
|
"museum kekayon" |
|
"joglo" |
Kunjungan pertama kita ke museum kekayon yang beralamat di Jalan raya Jogja-Wonosari km7 no 277, bantul, jogja. Gampang kok ini alamat, dari perempatan jalan ringroad timur yg kearah wonosari kurang lebih 1.5km kiri jalan dr arah jogja, tapi biasanya museum ini terlewatkan oleh pengguna jalan kerna tepat didepan museum ini jalanan agak menurun dan tentu saja orang lebih berkonsentrasi untuk melihat jalan dari pada tempat sekitar.
Kekayon atau kayon adalah gunungan yang menjadi pembuka pada pertunjukan wayang kulit. Kekayon tak sekadar gunungan atau pembuka pertunjukan saja tapi sarat dengan makna. Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga KAYON. kata kayon melambangkan semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya yang mengalami tiga tingkatan yakni :
- 1. Tanam tuwuh (pepohonan) yang terdapat di dalam gunungan, yang orang mengartikan pohon Kalpataru, yang mempunyai makna pohon hidup.
- 2. Lukisan hewan yang terdapat di dalam gunungan ini menggambarkan hewan- hewan yang terdapat di tanah Jawa.
- 3. Kehidupan manusia yang dulu digambarkan pada kaca pintu gapura pada kayon, sekarang hanya dalam prolog dalang saja.
|
"gunungan" |
Museum ini didirikan oleh Prof. Dr. dr. KRT.Soejono Parwirohusodo seorang dokter spesialis kesehatan jiwa ini tidak hanya berisi soal wayang. Sejarah bangsa Indonesa pun dipamerkan dalam bentuk replika. Wayang yang dipamerkan kebanyakan koleksi Soejono sendri. Dia percaya bahwa wayang bisa menjadi jembatan seseorang memahami ilmu pengetahuan sekaligus tata tarma.
|
"gapura yang penuh lambang" |
Tampak depan museum ini seperti taman ataupun rumah jogjlo dengan halaman yang luas dan sedikit kurang terawat. Disebelah timur terparkir jajaran mobil-mobil kuno yang kurang terawat. Sangat disayangkan memang, museum yang penuh dengan cerita sejarah pewayangan dari abad ke-6 hingga abad ke-20 kurang begitu terawat. “Replika sejarah Indonesia dari masa awal kedatangan manusia di Indonesia hingga proklamasi kemerdekaan ditampilkan dengan apik” informasi dari narasumber. Sangat disayangkan lagi saat kita berkunjung kesana bagian dalam museum ini lagi direnovasi “yah mungkin 2 minggu lagi sudah kembali dibuka mas” kata bapak penjaga museum. Alhasil kita hanya bisa menikmati museum dari luar saja.
|
"tiang-tiang penuh ukiran" |
|
"pintu klasik pula" |
|
"blur-blur itu lagi kenapa?" |
Terdapat bangunan joglo yg merupakan ciri khas bangunan adat jawa dengan ukiran-ukiran disetiap tiang penyangganya. Di bagian dalam teras rumah antara joglo terdapat patung Garuda Wisnu Kencana didalam lemari kaca yang besar disisi sebelah kiri, sedangkan disisi sebelah kanan terdapat Barongan khas Bali didalam lemari kaca juga. Dan beberapa arca-arca diantara tiang sebagai pintu masuknya. Yah kalo diamati ini semacam kolektor wayang, pokoknya wayang deh, bukan hanya wayang jawa, pokoknya wayang.
|
"barong khas bali" |
Mengitari rumah joglo ini sebelah timur terdapat tempat seperti wihara dan disebelah barat terdapat pura, nah loh? apa lagi nih maksutnya? Dan di belakang bangunan terdapat dua patung proklamator RI. Pokoknya campur-campur deh. Serta terdapat patung seperti malaikat entah apa namanya kitapun gak faham. Baru bangunan sebelah barat seperti ruang-ruang kelas adalah tempat museumnya. Tapi sayang beribu sayang seperti yg ak ceritakan di muka tadi “lagi direnovasi” hiks hiks…. L
|
"pure" |
|
"ini apa yah maksutnya?" |
|
"tokoh proklamator pun ada" |
|
"klentengpun jg ada" |
Tak banyak lagi yg bisa kita eksplore disana dan perutpun mulai membunyikan instrumennya “kruyuk-kruyuk” ini tandanya kita lapar. Sebelum beranjak dari tempat ini kita pun berharap dari sebuah museum yg pernah berjaya pada jamannya. Karena aset yg berharga dari seorang warga Negara dalam menjaga kelangsungan budayanya harus tetap terjaga. Semoga setelah renovasi ini museum bisa “terselamatkan” dan jika saatnya diadakan lagi Tahun Kunjungan Museum oleh pemerintah Djogja, wajah segar dan menarik museum ini kembali siap menyapa pengunjung untuk belajar sejarah dan menghargai budaya.
Salam traveler.
upsssss...udah aplot tohhh....next2...;)
BalasHapusselisih 5 menit dari artikel kamu num...hohohooo
BalasHapusukey next-next.... :)
dolan meneehh! *mupeng*
BalasHapushehehe kemaren el ama yg diatas tuh...
BalasHapusmasih ada 5 judul lg nih...heeee