Adventure

Sabtu, 28 Januari 2012

Candi Jajaghu yang berarti Suci

Malang_mungkin boleh ya dikatakan dengan sebutan kota seribu candi (berlebihan gak ya?.red). Abisnya di kota ini dan sekitarnya tersebar beberapa candi peninggalan masa kejayaan Kerajaan-kerajaan tempo doeloe. Peninggalan berupa candi-candi masih ada dan tersebar tapi yang menjadi misteri selama ini adalah dimana letak sebenarnya kerajaan-kerajaan itu, sebut saja kerajaan Singosari dan kerajaan Majapahit yang sampai saat ini masih menjadi perbincangan para arkeolog.


"candi Jajaghu"

"pintu masuk komplek candi"


"tangga candi samping"

Siang ini selepas makan siang kami berencana mengunjungi Candi Kidal. Dengan senjata buku petunjuk pengembaraan candi-candi. Untuk menuju ke daerah-daerah dikota malang kita dimanjakan dengan angkutan kota ato biasa disebut dengan “Lyn” (baca :Len) dengan hanya membayar Rp 2.500 kita bisa memilih ke jurusan manapun. Kita pun langsung menaiki Lyn dengan rute Tumpang-gadang, karena menurut info dari buku pengembaraan kita kita harus menumpang Lyn rute Arjosari-Tumpang dilanjutkan dengan rute Tumpang-Gadang. Ntah kenapa aku berpikir ringkas saja kerna didepan stasiun kota Malang banyak bertebara angkot dengan rute Arjosari-Gadang yang ak pikirkan adalah bahwa candi itu terletak di daerah Gadang sesuai dengan petunjuk terakhir rute angkutan itu.

"snap-snap candi"

Tanpa pikir lagi dengan PeDe nya kita naik angkutan dengan tulisan ABG (Arjosari, B?, Gadang.red). “Pak turun di candi kidal ya pak!”….sambil mikir dan senyum ramah bapaknya bilang “emm oh iya mas nanti saya turunkan dicandi kidal, masih lama kok teunang ae”…dalam hatiku bilang “syukur deh kalo bapaknya sudah tau”. Kurang lebih 30 menit dari awal start kita di station kota Malang ke tempat tujuan kita. “Mas sudah nyampai mas di candi kidal, nanti mas jalan aja lagi masuk gang itu trus aja nanti sampe ke candi kidal”…”oh iya pak matur suwun nggih pak”…kita pun mengikuti saran bapaknya tadi dan tidak lupa sambil Tanya-tanya warga sekitar. “Pak candi kidal niku pundi nggih pak?” (“pak candi kidal itu di sebelah mana ya pak?”)…”oh lurus aja mas tinggal dekat kok dari sini, tuh ntar lurus aja mentok sampai di gedung Telkom belok kanan dikit ya disitu candi kidal mas!” … sebelum sampai kita buka lagi buku petunjuk kita dan membaca tentang Candi Kidal biar nanti kita sampai disana langsung tau apa aja yang akan kita perhatikan. Sampailah kita di TKP yang tadi kita tanyakan, hemmm sempat heran juga c kita dah sampai juga kok candi nya gak kelihatan yah? (gumamku dalam hati.red) oh mungkin ada dibalik tembok besar ini tapi jalan masuknya mana… “bu mo Tanya bu, candi kidal itu mana ya bu ya?kok kita katanya sudah sampai kok belum lihat juga”…”hem??(terheran.red) ya ini candi kidal”…kita pun Cuma bisa bengong “hemmmm???mana bu?”… “ya disini candi kidal, tuh rumah saya dijalan candi kidal”….kita pun sontak bertampang “blow on” …”hah?????jalan candi kidal?erkkkkk maksut kita tuh candi bu candi kidal, bukan jalan candi kidal” …. “oewh itu kalo candinya sendiri di sono mas di daerah Tumpang bukan disini, masih sekitar 2 jam perjalanan kalo dari sini”….$@%#@&*^$#^$#*(#&$#^&(&#^%#!@$$^%&*&()(_0 gubraks…..ini nih gara-gara kita gak baca lagi dengan teliti (saran : lain kali kita harus baca dulu alamat lengkapnya, baru Tanya alternativenya.) huhuhuuuuu alhasil kita berkeliling kota malang deh.

"komplek candi"
Kurang lebih 1jam 30 menit kita merubah arah perjalanan dan sampai di daerah Tumpang. Sampai disana jam sudah menunjukan pukul 16.30 WIB, dan kalo mau melanjutkan ke Candi Kidal yang masih 7km dari sini kayaknya mustahil udah malam. Ya kita rubah destiny kita ke Candi Jajaguh ato sering disebut dengan Candi Jago yang berada di belakang pasar Tumpang ini. Cukup mudah akses menuju tempat ini, dari malang kita naik angkutan yang jurusan Tumpang trus turun dan tinggal jalan kaki 100 m dari pasar Tumpang. Sampai deh…”fiuh”.

Candi Jago secara administrasi terletak di Desa Tumpang, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang, jawa Timur. Candi ini diperkirakan sama dengan JAJAGHU (suci.red) di dalam kitab Negarakertagama sebagai tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana dari kerajaan Singosari yang wafat pada tahun 1268 M. Ketika kita memasuki areal candi tidak ada penjaga yang berjaga disana, dan candi itu sepi tapi berada di pinggir jalan dan sekitarnya perkampungan.

"dilihat dari atas candi"
Bangunan ini berdiri diatas batur berteras tiga semakin kecil keatas, sehingga dimasing-masing teras terdapat terdapat selasar untuk mengeliingi candi. Teras ketiga afak bergeser kebelakang merupakan teras tersuci. Susunan bangunannya yang berteras-teras dan bertitik sakral  dibelakang mengingatkan pada bangunan “punden berundak” zaman Megalithikum sebagai tempat pemujaan arwah leluhur. Kalo kita melihat candi ini dulu lumayan besar dan tinggi, karena yang tersisa sekarang hanyalah terlihat pintu masuk kedalam bagian utama candi yang berada di bagian paling atas candi ini. Sedangkan bagian atasnya sudah hancur dan gak bisa dilihat lagi, (menurut ak c gak jauh beda seperti candi-candi lainnya yang berbentuk meruncing keatas.ups tapi jangan percaya kerna aku bukan arkeolog.red)

"arca Amoghapaca"
"ornamen pintu candi"

"relief candi"

Sesuai dengan Agama Winuwardhana yaitu Siwa Budha, di Candi Jago dipahatkan relief cerita Siwaistis dan Budhustis. Relief Budhistis yang dipahatkan adalah relief cerita Tantric/Pancatantra dan Kunjarakarna. Sedangkan relief Hiduistis yaitu relief cerita Partayajna dan Arjunawiwaha serta relief tentang Krisna.



"teras paling atas"

"hanya terlihat pintu candi"

Relief cerita Tantric dipahatkan pada bingkai atas teras pertama berisi cerita-cerita binatang, dilanjutkan relief Kunjarakarna bersambung ke bingkai bawah teras kedua, menceritakan perjalanan Kunjarakarna murid Budha Wairocana ke neraka tempat penyiksanaan sahabatnya Purnawijaya. Setelah kembali kedunia mengajak Purnawijaya belajar agama budha sehingga dosa-dosanya diampuni. Mulai sudut tengah sampai utara terdapat relief yang belum diketahui jalan ceritanya.

"tampak depan"

"seperti reruntuhan"

Sedangkan relief Partayajna dipahatkan pada tubuh teras II berisi adegan pandawa kalah bermain dadu dan diusir ke hutan selama 15 tahun. Lalu Arjuna memisahkan diri sampai gunung Indrakila relief Arjunawiwaha dipahatkan cerita Partayajna mulai dari adegan Arjuna bertapa digoda bidadari sampai Arjuna memanah babi hutan bersama-sama Dewa Siwa yang menyamar sebagai pemburu. Akhirnya Arjuna diminta untuk membunuh Niwatakawaca yang mengganggu kayangan sampai arjuna kawin dengan Batari Supraba.

"tangga sisi kiri candi"

"samping candi"

"relief-relief candi jajaghu"

Dibilik candi tampaknya dulu pernah ada arca Budha Amoghapasa dan empat pengawalnya yaitu Sudhanakuma, Cyamatara, Hayagriwa dan Bhrekuti. Nama-nama itu dipahatkan dalam huruf Nagari pada masing-masing stellannya. Arca lain yg ditemukan direlung dan atap candi yaitu arca Dyani Budha Aksobnya dan Ratnasambhawa, serta arca Cacti/istri Dyani budha yaitu Locana dan Pandurawasini. Dihalaman candi pernah ditemukan arca Bhairawa, slah satu aspek Dewa Siwa. Maka berdasarkan relief cerita dan arca yang ditemukan, candi ini berlatar belakang agama Hindu-Budha. (sumber ak dapatkan dari keterangan yang berada di papan Informasi candi.red)



"tampak belakang candi"

"teduh"

Waktu sudah semakin petang dan kita pun mengakhiri perburuan candi ini dengan berharap bahwa candi ini tetap dijaga kelestariannya. Kerna dengan beberapa peninggalan candi-candi ini saja misteri tentang dimana letak kerajaan-kerajaan yang pernah Berjaya di Nusantara ini belum terpecahkan sampai sekarang dan masih menjadi penelitian para arkeolog. Mungkin sebagian orang akan berpendapat kenapa harus susah susah mencari masa yang sudah berlalu dan hilang itu kenapa kok gak mikir saja gimana kedepannya Negara ini. Satu hal yang ak salut sama mereka “arkeolog” mereka mencari jati diri bangsa sebenarnya melalui nenek moyang dan peninggalan-peninggalannya. Wisata sejarah? Why not? Jom! Ambil rangselmu dan segeralah melihat “Nusantara”.

Salam traveler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar