Kota SOLO._
Siapa yang tidak kenal dengan kota ini? Kota yang selalu jadi jujukan event bertaraf International dan menjadi kota untuk study banding system transportasi terbaik di Indonesia. Kota yang penuh budaya salah satunya, dengan slogan SOLO The Spirit of Java memang sangat menyatu dengan kota Solo sekarang ini. Seiring masuknya budaya asing yang masuk melalui event-event International ke kota ini apakah anda masih ingat dengan budaya leluhur yang satu ini? Wayang orang.
Yups, Wayang orang adalah salah satu seni budaya leluhur yang masih dilestarikan di kota Solo. Seiring masuknya pertunjukan modern dikota ini, wayang orang masih eksis tampil dengan segala atribut tradisionalnya. Bertempat di gedung Wayang orang Taman Sriwedari, gedung pertunjukan tua yang masih terawat dengan baik hingga kini. Anda akan merasakan nostalgia gedung pertunjukan jaman dulu dengan tatanan kursi seperti pesta pernikahan. Dan dilantai atas dibuat secara berundak dengan kursi kayu memanjang seperti menonton pertandingan sepakbola dulu. Pertunjukan ini dilaksanakan setiap hari kecuali hari minggu
Hanya dengan merogoh kocek Rp 3000,- anda sudah bisa menikmati alunan gendhing dan pertunjukan wayang orang. Dari jam 20.00 WIB - selesai. Dan yang pasti disini anda bisa membawa cemilan yang anda sukai seperti kacang godok, pohong godok, dan teh anget atau wedang ronde yang masih dijual diluar gedung untuk menemani menonton pertunjukan. Tak perlu kuatir untuk kenyamaan disini, karena didalam gedung ini sudah tersedia Air Conditoner (AC.red)
Memang animo penonton tidak seramai gedung bioskop, tapi coba deh, anda akan disuguhi bukan hanya penampilan yang apik dari pemain wayang orang tapi juga dari segi mayoritas penonton. Anda akan melihat nostalgia penonton yang menikmati pertunjukan ini, karena mayoritas pengunjung adalah orang tua, dari tukang becak, pedagang asongan sampai pejabat daerah, dan sebagian turis lokal dan manca, justru kawula muda yang nonton sangat sedikit sekali.
Kebetulan saya kedatangan tamu dari negeri seberang Malaysia yang masih ada keturunan jawa, untuk mengisi acara malam dikota solo, saya ajak saja ke pertunjukan ini. Alunan gendhing jawa serasa dinikmati sekali oleh nya, setelah masuk ke cerita pewayangan, adehhh kagak mudeng dia dengan bahasanya, alhasil transleter pun bertindak. Maklum karena yang digunakan kadang bahasa jawa alus, jadinya ya saya sedikit-dikit mengerti tapi susah mentranslatekan juga ke bahasa Indonesia apalagi melayu.
Cerita pewayangan kali ini adalah Dewandaru. Dewandaru berasal dari bahasa Jawa Kuno atau masuk dalam khasanah bahasa Sansekerta. Dari asal katanya, Dewandaru berarti "Dewa"=Malaikat (Islam) dan "Handaru"=Wahyu atau Meteor. Jadi Dewandaru artinya Malaikat Pembawa Wahyu atau Pembawa Kebenaran. Menurut Ahli Pewayangan Dewandaru tidak masuk dalam golongan Dewa, tetapi punya arti arti tersendiri. Kata Dewandaru muncul pertama kali dalam kisah/lakon pewayangan. Lakon pewayangan yang berkaitan dengan kata Dewandaru adalah Wahyu Dewandaru. Menurut orang-orang yang mengerti tentang lakon atau cerita wayang, Dewandaru sebenarnya adalah Gelar bagi siapapun yang dipilih Tuhan segai Pembawa Kebenaran/Wahyu. Gelar Dewandaru Terbesar yang pernah di sandang manusia dipegang oleh Nabi Muhammad SAW. (khenva.red)
Dalam cerita pewayangan, Wahyu Dewandaru atau Gelar Dewandaru pernah diperebutkan antara pihak Kurawa dan Pandawa Lima karena konon siapapun yang memakai Gelar Dewandaru maka dia akan menguasai dunia. Namun dalam cerita ini yang diperebutkan adalah orang yang bernama Dewandaru. Akhir cerita tak ada yang bisa merebutnya karena orang yang bernama Dewandaru berubah jadi pohon. Dari situlah asal muasal Pohon Dewandaru yang dikenal orang selama ini. Bagi masyarakat Jawa khususnya yang mengerti wayang atau pernah olah kebatinan, Gelar Dewandaru punya nilai tinggi karena siapapun yang memakai Gelar tersebut, maka dia dipercaya atau dipilih Tuhan untuk menjaga dunia dari Kehancuran. Gelar Dewandaru bagi masyarakat Jawa sebernarnya setara namun beda tugas dengan Gelar Sapujagad. (khenva.red)
Tercatat oleh sumber (khenva.red), yang pernah punya Gelar Dewandaru adalah, Raja Kanwa (Mataram Kuno), Mpu Sindok (Medang Kamulan), Airlangga atau Mpu Kanwa(Kahuripan), Raden Wijaya (Raja Majapahit 1), Hayam Wuruk atau Mpu Prapanca (Raja Majapahit Terbesar dan penyandang Gelar Dewandaru Terakhir di Tanah Jawa). Raja-raja ini menurut kepercayaan orang Jawa adalah Titisan dari Dewa Wisnu, Dewa yang bertugas menjaga dunia dan Alam Semesta.
Itulah sekelumit yang aku ambil dari arti Dewandaru. Oya biasanya tiap kali pertujukan pewayangan ada tokoh punokawan yaitu semar, petruk, gareng, dan bagong, yang selalu mencoba mengocok perut penonton dengan guyonan sarat makna kebaikan. So, setidaknya masukkan list "pertujukan wayang orang" ini dalam agenda Backpacker anda di kota Solo. Masih banyak kok judul pewayangan yang ditampilkan disini, karena pertujukan tiap hari maka judulnya pun tiap hari berbeda. So tunggu apa lagi? Segera ambil rangselmu, kemasi barang, meluncur kesolo menikmati wisata budaya di kota ini. Salam ransel.
by dofont