Adventure

Minggu, 04 Maret 2012

Candi Penataran dan keramahan orang Blitar

Setelah berdesak-desakkan di pasar souvenir kompleks pemakaman Bung Karno, aku melanjutkan perjalanan ke Candi Penataran. Denger-denger dari nara sumber setelah keluar dari kompleks pemakaman ini tinggal naik angkutan umum untuk menuju ke kompleks Candi Penataran yang terletak sekitar 12km dari kota Blitar. Aku menunggu lebih dari 20 menit, tapi dasar kaki ini udah gatal aja pengen ngajak jalan ya sudahlah ak turutin aja kemauan ini kaki. Alhasil berjalan kaki kurang lebih 300 meter tapi blm juga ada angkutan umum yang nongol. Dengan masih semangat ak langkahkan kakiku lagi entah nanti gimana. Akhirnya ada orang yang baik hati menolong gembel seperti aku ini. “ayo mas sekalian nebeng aku”…”oh?iya mas” tanpa pikir panjang menanyakan anda siapa dari mana mo kemana, aku langsung nebeng aja, baru deh diatas motor Tanya-tanya. “mas mo kemana?” tanyaku … “mo kondangan ke desa sana (lupa nama desanya apa.red) lha masnya mo kemana?”…”ehehe anu mas mo ke candi penataran”…”owh ya masih jauh mas, biasanya emang ada angkutan tapi ni tadi emang rada sepi angkutannya, ya sudah nanti saya anter sekalian kesananya”…”ha?ya makasih banyak mas”… Setelah akhirnya sampai juga di gapura wisata candi Penataran aku turun dan tak lupa untuk kenalan, namanya mas Taufan (semoga namanya benar.red).Setelah masuk area candi pun ak masih sempat mikir, “ntar aku pulangnya gimana yah?” hemmm ntahlah pokoknya jalan aja dulu.


"kok ak gak diajak foto toh!"
"Candi Angka Tahun"

Komplek Candi Penataran berada dilereng barat daya Gunung Kelud. Komplek candi ini mempunyai luas area sekitar 12.946 m persegi merupakan komplek candi terluas di Jawa Timur. Sore ini sekitar jam 3 masih terlihat ramai oleh kunjungan wisatawan local maupun manca. Di Candi ini kalau malam bulan purnama ada acara budaya dan seni namanya kalo gak silap “Purnama Seruling Penataran” yaitu acara yang menampilkan tari kolosal dan music etnik yang menggambarkan cerita kejayaan masa lalu leluhur Nusantara. Sungguh dalam hati aku pengen sekali menonton acara ini, tapi apa mau dikata kok gak ada yang weekend ya, tergantung bulan nya juga c...


"alone"
"relief-relief"

Dari pintu masuk kita akan disambut oleh dua patung Dwarapala setinggi 2 meter, yaitu patung penunggu pintu gerbang. Sebelum masuk alangkah baiknya kalo kita mengisi buku tamu dulu yuk, gratis gak perlu bayar, ato menyisihkan untuk di masukkan dalam kotak suka rela. Komplek ini terbagi atas tiga halaman, depan, tengah dan belakang, dan dihubungkan oleh tiap pintu gerbang yang dijaga oleh arca Dwarapala. Tapi sayang sekarang tinggal puing-puing pondasinya saja. Terdapat tiga bangunan candi yang masih terlihat bentuknya, diantaranya Candi Angka Tahun, Candi Naga, dan Candi induk. 

"Dwarapala"
"(dari atas) Candi Angka Tahun, Candi Naga, Candi Induk"
"diatas Candi Induk"
Candi Angka Tahun dapat kita lihat dihalaman depan. Candi ini seperti layaknya sebuah ikon Candi Penataran, diatas ambang pintu candi ini terdapat pahatan angka tahun 1291 saka (1369M), didalamnya terdapat arca Ganesha dan relief Matahari pada langit-langitnya.

"bersama teman baru"
"Candi Angka Tahun diteropong"

Candi Naga dapat kita lihat dihalaman tengah, bentuk candi seperti persegi dengan relief ular naga di sekelilingnya. Dan candi Induk ada dibelakang candi Naga ini. Bagian candi Induk memiliki tiga tingkat. Pada tingkat pertama kita bisa menyaksikan relief yang menggambarkan sedikit cerita Ramayana, tapi kita membacanya secara kebalik alias berlawanan dengan putaran jarum jam atau biasa disebut “Prasawiya”. Dan dilantai dua kita disuguhi cerita Kresnayana yang dibuat secara “pradaksina” yaitu searah jarum jam untuk mengikuti ceritanya (jujur ak gak mudeng gimana ini ceritanya, tambah penasaran lagi liat aja reliefnya.red). Dan dilantai ketiga kita disuguhi patung naga dan singa bersayap di sekeliling dindingnya. Diperkirakan dahulu kala candi ini memiliki lima tingkat. Waktu itu mbah “Rafles” menemukannya pada tahun 1815 dengan kondisi puncaknya yang sudah runtuh, dan runtuhannya itu disusun ulang tapi gak bisa sempurna juga dan diletakkan di sebelah kanan Candi Induk (saat kita melihat kea rah barat.red). 

"mungkin ini bagian puncak yang belum utuh"

"relief atas Candi induk"
"Candi induk"

"berupa gundukan tanah"

Candi ini seperti candi-candi besar lainnya masih menyimpan beribu-ribu misteri tentang nenek moyang kita. Selain masa candi ini menurut sejarah kerajaan dibangun pada masa kerajaan Kediri oleh Raja Syrenggra yang bergelar “Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Crengalancana Digwijayottunggadewa” (puanjang bener namanya yak.red), beliau memerintah kerajaan Kediri pada tahun 1190-1200. Dan menurut beberapa sumber lagi candi ini menggambarkan peradaban bangsa kita yang sudah maju, seperti terlihat di beberapa reliefnya yang mengukirkan beberapa kelompok manusia dari peradaban barat. Bayangkan saja dulu nenek moyang kita telah mengarungi samudra sejauh itu kah? Ingat! “nenek moyangku seorang pelaut” sepenggal syair yang ternyata itu bukan syair dolanan, its real, ternyata itu sejak masa kerajaan dahulu. Bayangpun kejayaan kerajaan Majapahit yang terkenal dengan kekuatan maritimnya. Sebelum kerajaan Majapahit adalah kerajaan Singosari, Kediri, dan Mataram kuno. Pusing gak? Makanya ayo belajar sejarah untuk menghargai bagaimana dulu itu bermula dan menjadi seperti sekarang. Setidaknya menghargai itu aja dulu.


"teras ke dua"
"airnya bening"
"ini apa ya seperti lingga"

"tiap pintu masuk seharusnya ada seperti ini 'Dwarapala'"

Hari semakin sore, tapi belum puas juga di komplek Candi ini. “mas mas boleh minta foto?”…”heh?aku? (rada GR juga c maksutnya apa, hehehe) … “iya mase”….”trus ntar gimana ak kirim fotonya ke mbak?”…”yah nanti kita tukeran facebook”…”owh iya deh, ok”….”siap?? action!!cekreeeek”. Jadi deh kita tukeran FB. Hehehe itulah dalam perjalanan pasti ada hal yang gokil. “mereka” adalah rombongan pengunjung dari Nusa Tenggara Timur (NTT.red) hehehe maksutnya asalnya dari sana tapi lagi ada tugas di Blitar. Ehem ehem biasa dari tadi mikir gimana pulangnya, ya ini lah jawabannya. “loh mbaknya tadi kesini naik apa dr Blitar?”…”kita sewa angkot mas”…”wah pantes angkut yg aku tunggu gak dateng-dateng ternyata dah disewa ama mbak to? Emmmm ntar boleh nebeng mbak ke kotanya?”….”owh yah boleh mas dengan senang hati”… Taraaaaa terselesaikan juga toh masalahnya…hehehe 


"cheeeesss"
"ini oleh-oleh khas Blitar, 'kripik' "

Itulah serunya perjalanan, ayo kawan ambil ranselmu taruh kamera didalamnya dan sediakan uang receh. Mari nikmati wisata sejarah yang apik…

Salam Traveler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar