Setelah berdesak-desakkan di pasar souvenir kompleks
pemakaman Bung Karno, aku melanjutkan perjalanan ke Candi Penataran. Denger-denger
dari nara sumber setelah keluar dari kompleks pemakaman ini tinggal naik
angkutan umum untuk menuju ke kompleks Candi Penataran yang terletak sekitar 12km
dari kota Blitar. Aku menunggu lebih dari 20 menit, tapi dasar kaki ini udah
gatal aja pengen ngajak jalan ya sudahlah ak turutin aja kemauan ini kaki. Alhasil
berjalan kaki kurang lebih 300 meter tapi blm juga ada angkutan umum yang
nongol. Dengan masih semangat ak langkahkan kakiku lagi entah nanti gimana. Akhirnya
ada orang yang baik hati menolong gembel seperti aku ini. “ayo mas sekalian nebeng aku”…”oh?iya mas” tanpa pikir panjang
menanyakan anda siapa dari mana mo kemana, aku langsung nebeng aja, baru deh
diatas motor Tanya-tanya. “mas mo kemana?”
tanyaku … “mo kondangan ke desa sana (lupa
nama desanya apa.red) lha masnya mo
kemana?”…”ehehe anu mas mo ke candi penataran”…”owh ya masih jauh mas, biasanya
emang ada angkutan tapi ni tadi emang rada sepi angkutannya, ya sudah nanti
saya anter sekalian kesananya”…”ha?ya makasih banyak mas”… Setelah akhirnya
sampai juga di gapura wisata candi Penataran aku turun dan tak lupa untuk
kenalan, namanya mas Taufan (semoga namanya benar.red).Setelah masuk area candi
pun ak masih sempat mikir, “ntar aku
pulangnya gimana yah?” hemmm ntahlah pokoknya jalan aja dulu.
|
"kok ak gak diajak foto toh!" |
|
"Candi Angka Tahun" |
Komplek Candi Penataran berada dilereng barat
daya Gunung Kelud. Komplek candi ini mempunyai luas area sekitar 12.946 m persegi
merupakan komplek candi terluas di Jawa Timur. Sore ini sekitar jam 3 masih
terlihat ramai oleh kunjungan wisatawan local maupun manca. Di Candi ini kalau
malam bulan purnama ada acara budaya dan seni namanya kalo gak silap “Purnama Seruling Penataran” yaitu acara
yang menampilkan tari kolosal dan music etnik yang menggambarkan cerita
kejayaan masa lalu leluhur Nusantara. Sungguh dalam hati aku pengen sekali
menonton acara ini, tapi apa mau dikata kok gak ada yang weekend ya, tergantung
bulan nya juga c...
|
"alone" |
|
"relief-relief" |
Dari pintu masuk kita akan disambut oleh dua patung
Dwarapala setinggi 2 meter, yaitu patung penunggu pintu gerbang. Sebelum masuk
alangkah baiknya kalo kita mengisi buku tamu dulu yuk, gratis gak perlu bayar,
ato menyisihkan untuk di masukkan dalam kotak suka rela. Komplek ini terbagi
atas tiga halaman, depan, tengah dan belakang, dan dihubungkan oleh tiap pintu
gerbang yang dijaga oleh arca Dwarapala. Tapi sayang sekarang tinggal
puing-puing pondasinya saja. Terdapat tiga bangunan candi yang masih terlihat
bentuknya, diantaranya Candi Angka Tahun, Candi Naga, dan Candi induk.
|
"Dwarapala" |
|
"(dari atas) Candi Angka Tahun, Candi Naga, Candi Induk" |
|
"diatas Candi Induk" |
Candi Angka Tahun dapat kita lihat dihalaman depan. Candi ini seperti layaknya sebuah ikon Candi Penataran, diatas ambang pintu candi ini terdapat pahatan angka tahun 1291 saka (1369M), didalamnya terdapat arca Ganesha dan relief Matahari pada langit-langitnya.
|
"bersama teman baru" |
|
"Candi Angka Tahun diteropong" |
Candi Naga dapat kita lihat dihalaman tengah, bentuk candi seperti persegi dengan relief ular naga di sekelilingnya. Dan candi Induk ada dibelakang candi Naga ini. Bagian candi Induk memiliki tiga tingkat. Pada tingkat pertama kita bisa menyaksikan relief yang menggambarkan sedikit cerita Ramayana, tapi kita membacanya secara kebalik alias berlawanan dengan putaran jarum jam atau biasa disebut “Prasawiya”. Dan dilantai dua kita disuguhi cerita Kresnayana yang dibuat secara “pradaksina” yaitu searah jarum jam untuk mengikuti ceritanya (jujur ak gak mudeng gimana ini ceritanya, tambah penasaran lagi liat aja reliefnya.red). Dan dilantai ketiga kita disuguhi patung naga dan singa bersayap di sekeliling dindingnya. Diperkirakan dahulu kala candi ini memiliki lima tingkat. Waktu itu mbah “Rafles” menemukannya pada tahun 1815 dengan kondisi puncaknya yang sudah runtuh, dan runtuhannya itu disusun ulang tapi gak bisa sempurna juga dan diletakkan di sebelah kanan Candi Induk (saat kita melihat kea rah barat.red).
|
"mungkin ini bagian puncak yang belum utuh" |
|
"relief atas Candi induk" |
|
"Candi induk" |
|
"berupa gundukan tanah" |
Candi ini seperti candi-candi besar lainnya masih menyimpan beribu-ribu misteri tentang nenek moyang kita. Selain masa candi ini menurut sejarah kerajaan dibangun pada masa kerajaan Kediri oleh Raja Syrenggra yang bergelar “Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Crengalancana Digwijayottunggadewa” (puanjang bener namanya yak.red), beliau memerintah kerajaan Kediri pada tahun 1190-1200. Dan menurut beberapa sumber lagi candi ini menggambarkan peradaban bangsa kita yang sudah maju, seperti terlihat di beberapa reliefnya yang mengukirkan beberapa kelompok manusia dari peradaban barat. Bayangkan saja dulu nenek moyang kita telah mengarungi samudra sejauh itu kah? Ingat! “nenek moyangku seorang pelaut” sepenggal syair yang ternyata itu bukan syair dolanan, its real, ternyata itu sejak masa kerajaan dahulu. Bayangpun kejayaan kerajaan Majapahit yang terkenal dengan kekuatan maritimnya. Sebelum kerajaan Majapahit adalah kerajaan Singosari, Kediri, dan Mataram kuno. Pusing gak? Makanya ayo belajar sejarah untuk menghargai bagaimana dulu itu bermula dan menjadi seperti sekarang. Setidaknya menghargai itu aja dulu.
|
"teras ke dua" |
|
"airnya bening" |
|
"ini apa ya seperti lingga" |
|
"tiap pintu masuk seharusnya ada seperti ini 'Dwarapala'" |
Hari semakin sore, tapi belum puas juga di komplek Candi
ini. “mas mas boleh minta foto?”…”heh?aku?
(rada GR juga c maksutnya apa, hehehe) … “iya
mase”….”trus ntar gimana ak kirim fotonya ke mbak?”…”yah nanti kita tukeran
facebook”…”owh iya deh, ok”….”siap?? action!!cekreeeek”. Jadi deh kita
tukeran FB. Hehehe itulah dalam perjalanan pasti ada hal yang gokil. “mereka” adalah rombongan pengunjung
dari Nusa Tenggara Timur (NTT.red) hehehe maksutnya asalnya dari sana tapi lagi
ada tugas di Blitar. Ehem ehem biasa dari tadi mikir gimana pulangnya, ya ini
lah jawabannya. “loh mbaknya tadi kesini
naik apa dr Blitar?”…”kita sewa angkot mas”…”wah pantes angkut yg aku tunggu
gak dateng-dateng ternyata dah disewa ama mbak to? Emmmm ntar boleh nebeng mbak
ke kotanya?”….”owh yah boleh mas dengan senang hati”… Taraaaaa
terselesaikan juga toh masalahnya…hehehe
|
"cheeeesss" |
|
"ini oleh-oleh khas Blitar, 'kripik' " |
Itulah serunya perjalanan, ayo kawan ambil ranselmu taruh
kamera didalamnya dan sediakan uang receh. Mari nikmati wisata sejarah yang
apik…
Salam Traveler
Tidak ada komentar:
Posting Komentar