Alhamdulillah hari minggu ini cuaca cerah, dan sangat mendukung sekali bagi para gowesser mania keluar dari sarangnya. Seperti biasa sehabis sahur mataku masih melek sampai waktu subuh tiba, tapi temen-temenku agus n agung sedari malam belum tidur alias begadang, so sehabis saur mereka pada tidur dulu barang sejam setengah, lumayang buat ngembaliin kondisi tubuh yg belum istirahat. Rencana seperti biasa kita berangkat pukul 05.30 WIB, karna aku juga kantuk ku letakkan kepalaku sebentar setelah sholat subuh sambil nonton tlevisi. Finally kita berangkat pukul 06.00 WIB.
Tujuan kita masih sama seperti hari minggu kemaren yaitu “car free day” jl slamet riyadi solo. Tapi untuk kali ini kita harus buat rute lain. Alhasil rute nantinya yg akan kita lalui adalah sepanjang jl slamet riyadi pentok gladak ke utara kantor pos ke barat lagi trus finis di “balekambang” (sama kayak sriwedari, merupakan taman raja-raja solo jadul).
Kita gowes sepeda kita menyusuri “car free day”, kita ber tiga dari tiga generasi sepeda yang berbeda pula, kebo (agus), federal (agung) n me MTB. Sepanjang jalan kita ditemani sam bapak Karjo yang secara tidak sengaja kita berkenalan di jalanan ini. Beliau menggowes sepeda kebo “Phoenic” tua entah itu keluaran tahun berapa. Usut punya usut ternyata Pak Karjo mang rutin tiap minggu pagi “kongkow-kongkow” di depan LP surakarta bersama kebo mania di kota bengawang ini.
Kita mampir sebentar di tempat mereka berkumpul. Rasa penasaranku dengan sepeda kebo akhirnya meluap juga. Aku standartkan sepedaku untuk sekedar melihat-lihat dan mengamati sepeda-sepeda tua ini. Banyak sekali sepeda tua disini, mulai dari gizzella, phoenic, symplek, phillip, humber, dll susah untuk menyebutnya karena semuanya keluaran dari luar negeri yang emang udah lama beredar di indonesia. Merupakan barang antik apa yg dimiliki bapak-bapak penggemar sepeda tua ini. “Semakin tua semakin mahal mas, apalagi yang masih orisinil” ungkap salah satu penggemar sepeda tua.
Tidak dengan alasan mereka tiap minggu pagi kumpul disini, selain untuk bersosialisasi mereka ternyata juga seperti menjajakan barang antiknya itu bagi yg berminat. Tentu saja dengan banderol harga yang mereka ikhlas untuk melepasnya. Langkah mereka ternyata sudah melanglang buana ke berbagai tempat di Jateng-DIY. Sore ini akan ada buka bersama komunitas onthel solo di depan kantor wali kota solo dengan dihadiri oleh berbagai komunitas sepeda onthel dari kota-kota sekitar solo.
Cukup puas dengan melihat dan ngobrol-ngobrol tentang onthel lawas, perjalanan kita lanjutkan seperti di rute yang telah tadi disebutkan. Hahaha biasa narsis, kita mampir di Pamedanan Mangkunegaran untuk sekedar berfoto.
Berlanjut lagi ke barat tepatnya didepan PT Perkebunan Nusantara IX ada lokomotif tua yang “mengawe-awe” ngajak berfoto. Hehe alhasil kita sampe nangkring-nangkring diatasnya padahal didepannya jalanan rame banget, “ah mbuyak cuek baelah” celoteh ku dalam hati.
Kita lanjutkan perjalanan ke Balekambang. Tapi ditengah perjalanan “si kibo” sebutan untuk sepedane agus ngambek ditengah perjalanan, “apa karena tadi ketemu temen-temen lamanya ya?kok sampe gak mau jalan” celoteh agung sekedar untuk menghibur agus yang kualahan dengan ulah si kibo. Ternyata gotri as roda belakang si kibo abis, entah menggelinding kemana. So perjalanan kita bakal terhambat abis disini. Sambil menuntun sepedanya aku dan agung berjalan duluan mencari bengkel sepeda yang buka. Sampai juga kita di bengkel tambal ban di sebelah utara rell kereta api manahan.
Sesampainya disitu, eh tu tukang bengkel gak punya serep gotri, disarankan kita ke bengkelnya “mbah gotri” di daerah Baron. Jadi kita balik arah lagi ke timur lurus menuju baron, sampai di baron bengkel mbah gotri tutup “yah mungkin hari minggu nih jadi tutup” pikir agung. Yasudahlah kita balik arah lagi ke utara dikit trus belok kanan melalui daerah “bumi”. Aku dan agung duluan mencari-cari bengkel sekitar yang sekiranya bisa. Akhirnya aku menemukan bengkel di daerah “pasar kabangan”. Nah sekarang bayangkan Agus jalan kaki nuntun si kibo dari perempatan lampu merah PKU, kota barat, palang sepur manahan, balik lagi palang sepur manahan ke selatan lurus melewati lapangan kota barat, perempatan SGM keselatan lagi sampe Baron, balik lagi lewat bumi ke barat trus belok kiri ke bengkel deket pasar kabangan. “Wahahahaha sekalian pemanasan sebelum kita backpacking ke bromo gus” celetukku becanda sama agus, karena dulu kita pernah jalan kaki dari puncak semeru ke kawasan wisata gunung bromo, hitung sendiri berapa jauhnya itu, lewat jalanan gunug n padang pasir bromo.
Nunggu penuh kebosanan dibengkel membuatku kantuk, lagian antrinya masih lama. Untuk mengusir rasa kantuk itu aku coba jalan mencari masjid, eh tak taunya aku nyasar ke kampung batik laweyan. Aku ajak agung tuk menemaniku berkeliling di kampung batik ini. Sekedar berfoto dan tujuan awalku mencari masjid untuk bersinggah sementara menunggu pekerjaan bengkel si kibo.
Kampung batik laweyan merupakan salah satu tujuan wisata bagi orang-orang dari luar negeri ataupun dari luar daerah, malah aku sendiri yang di solo agak asing juga dengan kampung ini. Ternyata dikampung ini tiap rumahnya menjajakan batik hasil home industri yang sebagian memang sudah terkenal di para pencinta batik. Bener-bener kampung wisata dengan jalanan dan bangunan tua yang memperlihatkan angkuhnya tembok-tembok tinggi pengusaha batik. Khas sekali kalau memang kampung ini dinamakan kampung batik sejak dari jaman dahulu.
Sekitar pukul 10.30 WIB kelar juga bengkel mberesi si kibo, jadi kita bisa lanjutkan cycling kampus yang merupakan tujuan akhir dari “bike 4 fun” kali ini. “nah Balekambang gimana?”...”ah tu next time ajalah”...”dah siangni” obrolan kita saling menanyakan tujuan Balekambang.
Sampe dikampus kita break sejenak trus mandi dan pas adzan dhuhur kita sampe di “Nuutopia” julukan rumah kontrakan kita.
NB :
Setelah mandi dan sampe Nuutopia aku tidur dari jam 12.30 pe 15.30 WIB, abis itu aku cycling lagi sama “CSG” Club Sepeda Gunung sanggir colomadu. Cycling rutin menjelang buka puasa.
“Puasa tidak membuat kita untuk tidak berolah raga, selain fun tentu saja menyehatkan”
red.font by dofont
Minggu, 29 Agustus 2010
Selasa, 24 Agustus 2010
Hal konyol yang pernah gw lakuin
Saat itu sepulang dari TPA (TPQ) aku ma teman-temanku naek bus kota pulang kerumah, maklum jarak tempuh sekitar 3km dari rumah.
Nah kebiasaan klo naek bus kita umpet-umpetan ama kondektur bus.
"dek dek, heh! receh-receh!" sang kondektur memintaiku iuran.
aku diem aja membelakangi pura-pura tidak tahu, saat itu letakku di sebelah pak supir diatas mesin kendaraan yg sudah tua itu.
"heh le!!" bentaknya agak keras "receh-receh" sambil menunjukku...
"ndak punya duit ogh pak" ucapku dengan memelas sambil merogoh kantong celana.
'dasar culun pura-pura nangis lagi' cletukku dalam hati...
"lah piye, ra duwe duit kok yo ngebiski piye to le le! wu!" cletuk kondektur dengan logat jawa kental.
wahahahaha setelah turun dari bis "isin" tenan aku diejekin temen-temen.
wahahahaha padahal cuma Rp 100,-, dan sebenarnya aku punya saat itu.
wahahahaha waktu itu aku kelas 2-3 SD.
Setelah kejadian itu aku malu banget kalo ketemu bapak kondekturnya itu lagi...
xixixixixixixixixi.....maaf pak..
Senin, 23 Agustus 2010
nge gowes solo
Pagi berembun menyambut kedatangan cahaya matahari yg masih remang-remang menerangi rumah semut yang masih gelap di bawah rumput. Aku mengayuh sepeda sama Agus ke “car free day” jl slamet riyadi solo. Kita berangkat pagi dari rumah kontrakan tapi sebelumnya mampir dulu ke kampus tuk bersiwak dan cuci muka biar tambah sueger, maklum air di komplek perumahanku kualitasnya jelek buanget.
Ku kayuh sepedaku melalui jalan raya yg terlihat lenggang dari lalu lalang kendaraan bermotor. Ada yg unik dari kita bersepeda, agus mewakili generasi tua dengan sepeda “kebo” tua, sedangkan diriku memakai sepeda MTB jaman sekarang. Yang jelas kita berpenampilan kayak orang dari jauh alias “bikepacking” (lebay.red)
Sebenarnya acara ini tidak terencana sebelumnya, niat ini timbul saat temenku wendy ngajak untuk ber “bike 4 fun” pagi ni ke slamet riyadi, selain alasan itu juga aku kemaren gagal pulang karena hujan yg mengguyur kota solo dari sore pe malam (kebiasaan mudik by cycling tiap malem minggu). Setelah sholat subuh di masjid perumahan kita bergegas brangkat pukul 05.30 WIB.
“car free day” berlaku dari pukul 05.00 WIB pe pukul 09.00 WIB dimulai dari depan stasiun purwosari sampai perempatan gladak. Di sepanjang jalan yang biasanya diramaikan oleh kendaraan bermotor yang berlalu lalang dengan sombongnya, kini dalam kondisi yg lenggang, lapang, bersih dari asap kendaraan bermotor. Udaranya sejuk tak ayal banyak warga yang menyemuti jalanan ini tiap minggu pagi untuk berolah raga atapun jeng-jeng bersama teman atau keluarga.
Pemberhentian pertamaku di depan pintu masuk taman “sriwedari” tamannya para radja-radja Surakarta dulu (sekarang masihkah?). Disini pula biasanya aku menunggu temen-temenku yang lain (uplik ma wendy), kita tunggu sekiranya 10 menit ga dateng kita lanjutkan perjalanan. Tapi sebelumnya, hehehe biasa “narsis dulu”.
Saat kita melewati museum radya pustaka “eh misale kita berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di kota solo piye?” usul agus, yah sekali genjot dua tiga tempat terlampui. “weh keren tuh, ok kita mulai disitu aj dulu” sambil tanganku menunjuk museum radya pustaka, museum yang sempet jadi buah bibir di kota solo Karena hilangnya beberapa benda bernilai sejarah tinggi dan merupakan salah satu museum sejarah tertua di Indonesia. Museum ini bertempat disamping komplek taman sriwedari, saya yakin dari sekian yang sempet baca tulisan ini “sudah pernahkah mengunjungi museum ini, ato bahkan yang sudah bertahun-tahun tinggal dikota solo?” hehe jawab aja sendiri di hati masing-masing. Klo aku pernah sekali masuk kedalam museum ini.
Genjotan selanjutnya kita menelusuri jalan sampai ke perempatan gladak, diperempatan ini ujung timur “car free day” disini terdapat patung slamet riyadi yang berdiri gagah di tengah jalan. Disini ramai sekali karena merupakan lahan parkir bagi warga yg menggunakan kendaraan bermotor untuk menikmati solo minggu pagi.
Gowes selanjutya ke utara ke gedung BI (Bank Indonesia) yang merupakan salah satu bangunan bersejarah, disampingnya kantor wali kota Surakarta, tapi sayang pintu gerbangnya masih tertutup rapat so kita hanya bisa mengabadikan didepan pintu gerbang aja.
"depan gerbang wali kota surakarta"
Kita berlanjut berbalik arah ke selatan belok kiri mampir ke benteng “vastenberg” benteng peninggalan kolonial belanda ini terlihat tidak terawatt, padahal ini merupakan salah satu “heritage” dikota solo. Sangat disayangkan pula kenapa peninggalan bersejarah seperti ini bisa jatuh ke tangan perorangan alias swasta. “jangan sampai lagi donk milik kita (masyarakat, Negara) dikuasai oleh pihak swasta apalagi asing”.
Roda menggelinding ke tujuan berikutnya yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat melalui rute gerbang gladak, alun-alun utara, keraton dah. Menyusuri jalan “capit urang” yang merupakan cirri khas jalan keraton. Saat kita melalui jalan ini, kita akan merasakan kokohnya tembok-tembok pertahanan keraton dan kampong-kampung disekitar keraton. Etnik pokokelah.
"jalan kampung kraton"
Dibelakang kraton kita sampai di alun-alun kidul yang sekarang tertata rapi, sebelum memasuki alun-alun kita dihadapkan pada pemandangan anak-anak kecil di pinggir jalan yang member makan kebo “kyai slamet” yang dikandang di sekitar “siti hinggil”.
muter-muter alkid
Kita berkeliling alun-alun kidul sebelum kita bertolak ke pasar klewer dan mesjid agung Surakarta.
Tak biasanya kita menikmati lenggangnya area pasar klewer seperti pagi ini. Di masjid agung masih terdengar tauziah-tauziah dari penceramah pagi itu.
Kita balik lagi ke gladak dan mengayuh sepeda kearah barat sepanjang “car free day”. Wow pengalaman yang menyenangkan sekali di sela-sela kita berpuasa.
Ternyata ngegowes pagi tidak membuat kita kecapean atapun takut mbatal berpuasa. Tak ayal bahwa bersepeda tidak kalah menyenangkan dari berkendaraan bermotor, bahkan mendukung gerakan dunia mengurangi pemanasan global “go green”, “bike to work”, “bike for fun” and “societ generation Y”.
22/08/10. red.font by dofont
Ku kayuh sepedaku melalui jalan raya yg terlihat lenggang dari lalu lalang kendaraan bermotor. Ada yg unik dari kita bersepeda, agus mewakili generasi tua dengan sepeda “kebo” tua, sedangkan diriku memakai sepeda MTB jaman sekarang. Yang jelas kita berpenampilan kayak orang dari jauh alias “bikepacking” (lebay.red)
Sebenarnya acara ini tidak terencana sebelumnya, niat ini timbul saat temenku wendy ngajak untuk ber “bike 4 fun” pagi ni ke slamet riyadi, selain alasan itu juga aku kemaren gagal pulang karena hujan yg mengguyur kota solo dari sore pe malam (kebiasaan mudik by cycling tiap malem minggu). Setelah sholat subuh di masjid perumahan kita bergegas brangkat pukul 05.30 WIB.
“car free day” berlaku dari pukul 05.00 WIB pe pukul 09.00 WIB dimulai dari depan stasiun purwosari sampai perempatan gladak. Di sepanjang jalan yang biasanya diramaikan oleh kendaraan bermotor yang berlalu lalang dengan sombongnya, kini dalam kondisi yg lenggang, lapang, bersih dari asap kendaraan bermotor. Udaranya sejuk tak ayal banyak warga yang menyemuti jalanan ini tiap minggu pagi untuk berolah raga atapun jeng-jeng bersama teman atau keluarga.
Pemberhentian pertamaku di depan pintu masuk taman “sriwedari” tamannya para radja-radja Surakarta dulu (sekarang masihkah?). Disini pula biasanya aku menunggu temen-temenku yang lain (uplik ma wendy), kita tunggu sekiranya 10 menit ga dateng kita lanjutkan perjalanan. Tapi sebelumnya, hehehe biasa “narsis dulu”.
Saat kita melewati museum radya pustaka “eh misale kita berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di kota solo piye?” usul agus, yah sekali genjot dua tiga tempat terlampui. “weh keren tuh, ok kita mulai disitu aj dulu” sambil tanganku menunjuk museum radya pustaka, museum yang sempet jadi buah bibir di kota solo Karena hilangnya beberapa benda bernilai sejarah tinggi dan merupakan salah satu museum sejarah tertua di Indonesia. Museum ini bertempat disamping komplek taman sriwedari, saya yakin dari sekian yang sempet baca tulisan ini “sudah pernahkah mengunjungi museum ini, ato bahkan yang sudah bertahun-tahun tinggal dikota solo?” hehe jawab aja sendiri di hati masing-masing. Klo aku pernah sekali masuk kedalam museum ini.
Genjotan selanjutnya kita menelusuri jalan sampai ke perempatan gladak, diperempatan ini ujung timur “car free day” disini terdapat patung slamet riyadi yang berdiri gagah di tengah jalan. Disini ramai sekali karena merupakan lahan parkir bagi warga yg menggunakan kendaraan bermotor untuk menikmati solo minggu pagi.
Gowes selanjutya ke utara ke gedung BI (Bank Indonesia) yang merupakan salah satu bangunan bersejarah, disampingnya kantor wali kota Surakarta, tapi sayang pintu gerbangnya masih tertutup rapat so kita hanya bisa mengabadikan didepan pintu gerbang aja.
"depan gerbang wali kota surakarta"
Kita berlanjut berbalik arah ke selatan belok kiri mampir ke benteng “vastenberg” benteng peninggalan kolonial belanda ini terlihat tidak terawatt, padahal ini merupakan salah satu “heritage” dikota solo. Sangat disayangkan pula kenapa peninggalan bersejarah seperti ini bisa jatuh ke tangan perorangan alias swasta. “jangan sampai lagi donk milik kita (masyarakat, Negara) dikuasai oleh pihak swasta apalagi asing”.
Roda menggelinding ke tujuan berikutnya yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat melalui rute gerbang gladak, alun-alun utara, keraton dah. Menyusuri jalan “capit urang” yang merupakan cirri khas jalan keraton. Saat kita melalui jalan ini, kita akan merasakan kokohnya tembok-tembok pertahanan keraton dan kampong-kampung disekitar keraton. Etnik pokokelah.
"jalan kampung kraton"
Dibelakang kraton kita sampai di alun-alun kidul yang sekarang tertata rapi, sebelum memasuki alun-alun kita dihadapkan pada pemandangan anak-anak kecil di pinggir jalan yang member makan kebo “kyai slamet” yang dikandang di sekitar “siti hinggil”.
muter-muter alkid
Kita berkeliling alun-alun kidul sebelum kita bertolak ke pasar klewer dan mesjid agung Surakarta.
Tak biasanya kita menikmati lenggangnya area pasar klewer seperti pagi ini. Di masjid agung masih terdengar tauziah-tauziah dari penceramah pagi itu.
Kita balik lagi ke gladak dan mengayuh sepeda kearah barat sepanjang “car free day”. Wow pengalaman yang menyenangkan sekali di sela-sela kita berpuasa.
Ternyata ngegowes pagi tidak membuat kita kecapean atapun takut mbatal berpuasa. Tak ayal bahwa bersepeda tidak kalah menyenangkan dari berkendaraan bermotor, bahkan mendukung gerakan dunia mengurangi pemanasan global “go green”, “bike to work”, “bike for fun” and “societ generation Y”.
22/08/10. red.font by dofont
Sabtu, 21 Agustus 2010
Rafting elo rivers
Dof on raf n friends
Akhirnya hari yang di nanti dateng juga. Tgl 10-11 Juli 2010
Di tanggal ini aku dan teman-teman sudah merencanakan untuk pergi berakhir pekan bersama dengan Rafting di Sungai Elo.
Sebenarnya acara ini akan diikuti oleh beberapa teman-temanku diantaranya :
1. Uswa
2. Upiek
3. Eren
4. Dwix HVS
5. Cros
6. Itu aku tentu saja...hehehehe
Tapi karena masalah teknis Cros sama Dwix HVS (begitu kami memanggilnya) tidak bisa ikut dalam acara ini. Tapi gak papa masih ada kok temen-temen yang lain yang mau ikut.
So masih kurang 2 orang, siapakah dia?teng tong!!Mereka adalah Ayie n Wildan (begitu pula kami memanggilnya). Yup finally kita bisa ber enam lagi, cukup deh satu perahu buat mengarungi sungai elo sekitar 2jam lebih.
• Djogja,
Pukul 16.30 WIB Aku berangkat dari solo bersama upiek naek motor, sedangkan Wildan (adiknya Upiek) berangkat dari solo pukul 21.00 WIB naek bus. Ayie (cowoknya eren) dan eren berangkat dari Salatiga pukul 17.00 WIB. Kita masing-masing berangkat ke djogja dengan tujuan ke "penginapan.red" hehehe. Malem ini kita bermalam di rumah kostnya iis temannya uswa (uswapun juga tinggal disitu "numpang.red"). Me n upiek tiba di penginepan pukul 18.15 WIB sedangkan Ayie n eren tiba pukul 19.00 WIB. Wildan? hehem dia tiba di djogja pukul 23.00 WIB.
• Makan Malam di Angkringan (di solo HIK.red)
Ayie n eren ternyata sudah sambat perutnya keroncongan, ternyata mereka baru makan sekali seumur hidup dalam satu hari itu. Ukey deh kita berangkat ke "Hidangan" Istimewa daerah condong catur, tentulah kita yang seumur jagung sudah tinggal disolo ya pastilah kita milih Angkringan yang terbaek di negara itu. Kenapa pasti kita milih Angkringan untuk makan malem bersama? yak jawabannya ada di blog satunya "www.serbasolo.blogspot.com" bahwa angkringan ato biasa di solo disebut "HIK" mang tempat makan vaforit karena disini kita bisa bercengkrama dengan banyak orang dan berbicara ngalor ngidul gak ada yang nyalahin, upssss! pembicaraan kita keluar jalur nih. hehehe kita lanjutkan yak?
Nah di angkringan vaforitnya uswa n iis ini, seperti kebiasaan di solo aku langsung mengambil wadah tempat gorengan yang diinginkan untuk dibakar pake kecap (disolo jarang yang pake kecap) aku tuliskan yak kita pesen apa aj biar catatan ini bisa di baca dan mengingatkan akan suatu kejadian yang kita alami bersama.
• Aku pesen : gorengan satu, sate bakso satu, ceker dua, esteh, maem nasi telor dua.
• upik : nasi teri satu, sate bakso dua, ceker satu, jeruk anget satu
• eren : nasi teri dua, sate usus dua, tempe satu, ndas ayam satu mimiknya jeruk anget
• ayie : nasi teri dua, sate usus satu, tempe satu, ndas ayam satu, es jeruk satu
• uswa : nasi teri dua, tempe dua, ndas ayam satu minume es jeruk
• iis : nasi teri dua, tempe dua, mimikne teh tawar
itu baru permulaan setelah pesenan nasi teri dateng, hehe aku nambah nasi teri satu, esteh satu lagi n ceker satu juga, sedangkan upik nambah jeruk anget n ndas pitik satu dibagi sama fajar, hehehe trus ayie nambah nasi teri satu n es jeruk lagi. hehehehehehe saya kira mahal eh ternyata cuma habis 8ribu rupiah. Cukup murah c klo dilihat juga dari tempat dan vasilitas, tempatnya luas nyante n ada wifi nya lhoh.
Setelah kita selesai makan malam n bercakap-cakap marilah kita kembali ke penginapan.
Rasa kantukpun langsung melanda. Tapi kita masih menunggu satu anggota kita Wildan, pukul 11.00 dia baru nyampe djogja. Aku uplik n uswa berangkat untuk menjemput dia, nih cerita si empunya jogja, wildan turun di dekat HUGOS cafe, eh uswa jemputnya ke arah bandara, oke deh kita ngikut aj, hahaha pe sana ternyata gd yang namaya HUGOS cafe, ternyata tempat itu berada di sebelah barat pertigaan ringroad. Ukey deh kita ambil tu si Wildan dan kita bawa ke penginapan. Good night n bersiap-siap berangkat pukul 07.00 WIB.
• Perjalanan Jogja-Magelang.
Ah sang pagi sudah menyapa, suryapun mengintip kita dari celah jendela, dan ayampun sudah berlalulalang untuk pergi ke pesta. Terbangunlah kita, eit jangan dikira kita tidur sekamar yak! Hehe para cowok tidur terpisah dengan kamar cewek tentunya.
Kita menuggu giliran untuk mandi dan bersiap-siap berangkat, karena kita sudah janjian ketemu sama seseorang berangkat pukul 07.00 WIB. Uswa n upiek keluar dulu beli sarapan, coba tebak sarapannya apa? Yes, tentu saja bubur ayam, hahaha kebiasaan di solo pagi sarapan bubur. Setelah selesai mandi dan makan kita bersiap untuk berangkat.
Formasi untuk keberangkatan :
Uswa dengan Upiek, Ayie dengan Eren tentu saja, Aku dengan Wildan, kita berangkat pukul 07.30 WIB hehe telat dikit dari jadwal semula, tapi ndak enyak eh ndak papa. Kita langsung meluncur dijalan mampir dulu ke warnetnya uswa (salah satu tempat kerja uswa.red). Disana aku kira uswa mo nemuin cowoknya dulu mo pamitan pa liat bilingnya masih aktif apa enggak xixxiixixixixixx :-p . Disana kita bertemu dengan mas Fadly (navigator n guide kita) n mas Ari (tukang jeprat-jepret sendal, eh bukan, foto maksutnya). Ukey deh kita mulai perjalanan berangkat ke daerah Mungkid Magelang. Perjalanan kira-kira membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan darat.
Sedikit cerita menggambarkan kondisi jalan. Kondisi jalan wuih alus se puol tur uombo eh setelah habis keluar propinsi djogja masuk jateng weh kondisi berbanding terbalik dengan sebelumnya “nggronjal” tur sempit, weh kesenjangan kiy! Sampailah kita pada saat yang berbahagia lhoh maksutnya di tempat transit tepatnya di “elo rivers” yaitu tempatnya kita persiapan n mempersiapkan perlengkapan rafting. Tiiiiiiiiit eit sebelumnya kita makan dulu yuk! Sarapan tadi pagi ngganjel tenan antara wareg karo ora wareg. Ukey deh sebelum mulai beraktivitas kita makan besar dulu di warung depan, menu hari ini adalah sayur lodeh plus ada oseng tempe, pindang, ayam n others. Setelah selesai makan kita kenyang, ya iyalah! Kita kembali ke base, mulai ganti pakean n ambil perlengkapan seperti helm n pelampung. Nah sebenarnya besok-besok kalau kita rafting lagi ni yang harus kita bawa untuk keamanan pribadi yang tidak disediakan di base.
Selain kaos n celana kolor kita juga harus pake sepatu atau sendal gunung yang kancian guna melindungi kaki dari batu-batu kali, deker tangan untuk melindungi dari terik matahari n tentu saja sunblok jangan lupa, slayer atau topi untuk ngeganjel helm yang sudah lobo, n terakir wadah air atau botol yang ada kaitannya yak! Jangan gelas yang ada tutupnya yang dibawa cos nanti di perahu bisa loncat tuh gelas, mahal maneh regane, mang piknik bu? Wahahahahahaa.
• Nyebur di kali elo.
Setelah semua perlengkapan dipakae n perahu sudah dinaikkan ke atas truck (padahal angkot.red) mulailah kita meluncur ke start poin yang terdapat di daerah mungkid. Di start poin itu kita bersiap untuk meluncur n ambil posisi dulu untuk pemanasan. Eh saat kita pemanasan aku ketemu anak malimpa tapi gatau siapa namanya, tapi kita kenal wajah. Hehe ternyata mereka juga lagi mo berarung jeram sama seniornya yang membawa serta keluarganya. Setelah kita pemanasan untuk meregangkan semua otot sebelum kita berarung jeram kita juga dikasih beberapa pengarahan dari mas Fadly tentang beberapa teknik yang harus diterapkan dalam kita berarung jeram seperti tidak boleh panik saat terjadi flip (perahu terbalik), cara menempatkan kaki di perahu yaitu memasang posisi kuda-kuda pada saat mengarungi jeram dengan menyelipkan kaki di pot agar kaki terjepit dan kuat untuk tumpuan, serta jika kita terlempar dari perahu kita harus tetap memegang dayung karena dayung bisa digunakan untuk mempermudah kita berenang dan menggapai sesuatu demi keselamatan diri dan posisikan tubuh selalu membelakangi arus sungai dengan selalu menggerakkan kaki ke depan supaya tidak terbentur dengan bebatuan, yang terpenting adalah percayalah dengan pelampung yang anda kenakan.
Are you ready? Lets gu rafting! Hehe sebelum rafting alangkah baiknya kalau kita nyebur dulu ke sungai supaya basah kuyup dan menyamakan suhu tubuh dan jangan lupa selalu membasahi perahu dengan air, n selain itu kita bisa pipis alias ngompol di air (hehehe kan gak keliatan kalo kita basah). Waktunya ambil posisi, aku ambil posisi di depan kiri, wildan depan kanan, eren tengah kiri, uswa tengah kanan, ayie belakang kiri, upiek belakang kanan dan fadly sang navigator belakang ujung (oya sedikit cerita katanya uswa ama upieknih tapi gatau katanya eren iya apa nggak cos ada ayie mungkin, nah si mas Fadly ini orangnya manis “dekiknya itu lho seng ora nguwati” wakakakakakkakaka).
Ada beberapa jeram yang nantinya akan kita lalui, (tapi aku lali jeram opo wae ntar search di google aja yak)
Jeram pertama bisa kita lalui dengan mudah dan mengasyikkan, karena ni lagi musim kemarau jadi ya airnya tidak terlalu banyak dan banyak sekali rintangan-rintangan yang harus kita lalui nantinya. Karena air sungai dangkal maka kita harus bisa menempatkan posisi perahu di jalur yang aman agar tidak banyak terdampar di bebatuan. Dengan navigator yang sudah berpengalaman kita menuruti aja apa kata Pak Nakoda, dayung kanan, dayung kiri, dayung maju, dayung mundur, stop gsah dayung, seperti itulah aba-aba dari sang Nakoda.
Jeram kedua kita bisa ber action ria karena ada sang juru jepret di pinggir sungai untuk mengambil gambar saat kita di jeram ke dua ini, bukan hanya “cheess” tapi “scream!!!!” “Cepret” foto dah.... narsis abislah kita disana, n lebay banget jeram kecil aja kita teriak-teriak. Wahahahahahahaaaa mang dasar kompak klo lebay.
Jeram ketiga lebih menegangkan lagi tapi sayang sang juru jepret gak lewat jadi ya kita gabisa ber action di facebook dunks. Kita sempet menunggu sang juru jepret untuk mengambil anggel terbaik saat kita di perahu, tapi gak nongol-nongol juga, ya sutralah kita tinggal aj maybe dia lagi tersesat di dalam hutan untuk mencari jalan ke spot selanjutnya. Di spot selanjutnya eh gak nongol juga itu, yoweslah kita arungi jeram berikutnya tanpa si juru jepret.
Nah di jeram inilah insiden flip (perahu terbalik) terjadi. Saat itu emang jalur yang kita lalui sedikt curam dan agak dangkal. Saat jeram perahu menurun menabrak batu dan kita berhenti beberapa detik disitu, karena arus cukup kuat maka bagian belakang perahu bergerak kesamping sehingga posisi perahu menahan arus dari samping dan perahupun miring terjadilah flip.
“Gubrak byur”....”heh tulungi aku!!”...”hihihi cihuy asyik oy njebur”...”heh! heh! Heh! Heh!”...”ki piye ki? Ki piye ki?”...”tenang tenang”...”percaya ama pelampung!”...”gusti Allah!! Tulung-tulung!!”...”wildan-wildan-wildan!!!!”...”wildan endi?!!”...”wahaaaaaaaaa (mewek .com)”....”aduh sirahku cah”...”heh up culko tanganmu ko perahu!!!”...”heh badala malah narik aku!!!”...”aku kelep ndul!!!”...”heh!!!asyemik yen ratok culke perahune ura isa dibalikne no!!!”....”wilda endi!!!!”....”wildan its OK!!!!”.....”jeduk!!!”...”aduooohh!!!”...”alhamdulillah ana watu”...”wes semampir nang kene wae disit!!”....@#$%^$^$@&#^%##R## :-( **(*^$%$@@$^%
Begitlah kiranya yg aku dengar saat perahu flip. Wahahaha aku mah enjoy aj waktu itu “yes akhirnya njebur juga” tapi setelah tak tengok kebelakang “badala ikh!!” pada panik semua, terutama uplik. Fiyuh...$%#%^
Setalah perahu berhasil di “flop”kan ama kang fadly. Perahupun duluan tanpa penumpang. Kita (aku, uplik, eren, ayie n wildan) terdampar di atas batu di tengah sungai. Lhoh?lha uswa ndi? Hehe ternyata uswa dah duluan, dah diselamatkan ama perahu yg didepan. Ntah apa yg ada dipikiran kita, “trus ni ntar kita gimana?” di belakang gada perahu lagi, di depan belokan dah gada kehidupan sama sekali tinggal kita berlima. Akhirnya kang fadly nongol jg di tepian sungai, ow berarti mereka di depan. Ok deh ayie n eren duluan menceburkan diri kesungai mengikuti arus sungai ketepian. Sedangkan uplik susah bgt dibujuk tuk ncebur lagi “moh jar, moh moh moh!!!”...”lha trus piye? Neng kene selawase?”...”wildan-wildan-moh wildan!!!” jiah ni anak nguatirke adike, jelas-jelas dia aman n enjoy aj nyebur di sungai kyk yg lain. Wildan nyusul eren n ayie. Otomatis tinggal aku ma uplik disini. Biyuh ngrayu bocah sijiki uangele ura umum. “yo wes yen gah nyebur, tak nyebur yo! Kwe nang kene dewekan?”...”emoh-emoh!!! Fajar jar!!”...”yo uwis ayo nyebur!! Tak goceki to wis...”/.... setelah tawar menawar akhirnya dia nurut juga.
Seperti instruksi sang guide sebelum kita berlayar tadi. Posisi badan menghadap ke depan saat kita mengikuti arus sungai. Uplik di depanku sambil aku pegang pelampung bagian atasnya sedangkan kakiku ku luruskan diantara uplik, tanganku satunya pegang pelampung satunya mengayuh ke tepi sungai. Ternyata semuanya dah berkumpul di tepi sungai dan semuanya aman gada yg ilang. Kita break bentar ditepian sungai sambil persiapan melanjutkan perjalanan kembali.
Lanjut!!!!... Setelah break n berbenah kita berarum jeram lagi. Jeram selanjutnya relatif mudah dilalui. Di tengah-tengah perjalanan kang fadly sedikit memberi cooking clinik pada kita tentang jeram, dan kita diajari cara naik ke perahu seandainya kita tercebur lagi. Emang baik ni kang fadly, pantes aj uswa seyum-seyum terus klo liat dia. .
Sebagian masyarakat disekitar sungai ini memanfaatkan sungai ini untuk MCK (mandi cuci kakus). So jangan heran kalo liat banyak “turis” berjemur di sepanjang sungai. Dan mancing jg salah satu pemandangan kita bisa jumpai saat berjeram di sungai ini. Kang fadly pun kadang kualahan jika harus menghindari senar-senar para pemancing.
Beberapa jeram ada beberapa titik yang harus kita hindari dan kita harus jeli untuk memilih jalur mana yg akan kita lalui. Ada jeram yg sempit dimana kita harus menghindari bongkahan batu besar dan berkawat serta akar-akar pohon yang tumbang serta dangkalnya sungai karena debit air yang kurang.
Dijeram terakhir perahu kita terdampar diatas jeram karena dangkal. Kang fadly menginstruksikan para ABK untuk segera berpindah ke badan perahu yang lain guna mengimbangi biar perahu tidak “ndampar”. “lha piye maneh cah?kita mo turun gak boleh, mo bantu ga boleh, yowes nurut sang nakoda bae lah” secara dia yang bertanggung jawab ma nyawa para ABK nya. Pada akhirnya juga kita semua turun dari perahu sambil menahan derasnya jeram saat itu. Yang cowok mbantu sang nakoda untuk mendorong perahu dari atas batu, kuatnya arus dan tempat pijakan yg kurang mumpuni bisa membuat kita kehilangan keseimbangan. “yoh!! Wadah air minumku lepas dari ikatannya” moga aja belum terlalu jauh hanyutnya. Rada ngeri juga sebenere klo terpeleset dan keseret arus. Yah secara dirasa cukup untuk dinaiki lagi, kita satu persatu naik ke atas perahu lagi. Diatas perahu konsentrasi kita langsung tertuju pada botol minumku yg hanyut di sungai. So misi kita selanjutnya adalah mengejar botol!! Untung aja botol itu tertahan di pusaran air di tepi sungai, tapi tidak mudah juga mengarahkan perahu ke tempat itu karena batu-batu yg harus dihindari. Kita sempet “kebablasen” dari target yang dituju. Kita kerahkan tenaga dayung kita untuk melawan arus, dibagian ini kita sangat membutuhkan kekompakan team, klo tidak perahu jalannya tidak bisa lurus. Dengan semangat dan kekompakan yang besar kita bisa mengambil alih botol air itu. “yes, alhamdulillah” huff akhirnya satu tikungan lagi kita sampai di finis point.
Rasanya masih kurang pengalaman jeran kali ini. “Next time kita ke sungai progo yak!!”... di finis point ini ternyata para kru darat (angkot.red) sudah menunggu sejak tadi, hehe maklum aj kita rada telat dari jadwal biasanya karena banyak insiden terjadi, tapi keren, klo gada insiden itu gak asyik tok nuh!! Di tempat ini juga lagi ada yang syuting film...entahlah buat film apa...kayak film-film jadul gitu dah. Maklum mang tempat ini biasa buat syuting film.
2,5 jam kita mengarungi sungai elo, sekarang kita perjalanan darat menuju star point...”lhoh kok balik maning?”...eh kliru ke basecame maksutnya...hhehe... Hujan menyambut kita selama dalam perjalanan darat. Untung aja tadi di sungai gak ujan, bisa-bisa kita kena banjir bandang deh.
Matur thx u semuanya.....
By dofont red.font
Akhirnya hari yang di nanti dateng juga. Tgl 10-11 Juli 2010
Di tanggal ini aku dan teman-teman sudah merencanakan untuk pergi berakhir pekan bersama dengan Rafting di Sungai Elo.
Sebenarnya acara ini akan diikuti oleh beberapa teman-temanku diantaranya :
1. Uswa
2. Upiek
3. Eren
4. Dwix HVS
5. Cros
6. Itu aku tentu saja...hehehehe
Tapi karena masalah teknis Cros sama Dwix HVS (begitu kami memanggilnya) tidak bisa ikut dalam acara ini. Tapi gak papa masih ada kok temen-temen yang lain yang mau ikut.
So masih kurang 2 orang, siapakah dia?teng tong!!Mereka adalah Ayie n Wildan (begitu pula kami memanggilnya). Yup finally kita bisa ber enam lagi, cukup deh satu perahu buat mengarungi sungai elo sekitar 2jam lebih.
• Djogja,
Pukul 16.30 WIB Aku berangkat dari solo bersama upiek naek motor, sedangkan Wildan (adiknya Upiek) berangkat dari solo pukul 21.00 WIB naek bus. Ayie (cowoknya eren) dan eren berangkat dari Salatiga pukul 17.00 WIB. Kita masing-masing berangkat ke djogja dengan tujuan ke "penginapan.red" hehehe. Malem ini kita bermalam di rumah kostnya iis temannya uswa (uswapun juga tinggal disitu "numpang.red"). Me n upiek tiba di penginepan pukul 18.15 WIB sedangkan Ayie n eren tiba pukul 19.00 WIB. Wildan? hehem dia tiba di djogja pukul 23.00 WIB.
• Makan Malam di Angkringan (di solo HIK.red)
Ayie n eren ternyata sudah sambat perutnya keroncongan, ternyata mereka baru makan sekali seumur hidup dalam satu hari itu. Ukey deh kita berangkat ke "Hidangan" Istimewa daerah condong catur, tentulah kita yang seumur jagung sudah tinggal disolo ya pastilah kita milih Angkringan yang terbaek di negara itu. Kenapa pasti kita milih Angkringan untuk makan malem bersama? yak jawabannya ada di blog satunya "www.serbasolo.blogspot.com" bahwa angkringan ato biasa di solo disebut "HIK" mang tempat makan vaforit karena disini kita bisa bercengkrama dengan banyak orang dan berbicara ngalor ngidul gak ada yang nyalahin, upssss! pembicaraan kita keluar jalur nih. hehehe kita lanjutkan yak?
Nah di angkringan vaforitnya uswa n iis ini, seperti kebiasaan di solo aku langsung mengambil wadah tempat gorengan yang diinginkan untuk dibakar pake kecap (disolo jarang yang pake kecap) aku tuliskan yak kita pesen apa aj biar catatan ini bisa di baca dan mengingatkan akan suatu kejadian yang kita alami bersama.
• Aku pesen : gorengan satu, sate bakso satu, ceker dua, esteh, maem nasi telor dua.
• upik : nasi teri satu, sate bakso dua, ceker satu, jeruk anget satu
• eren : nasi teri dua, sate usus dua, tempe satu, ndas ayam satu mimiknya jeruk anget
• ayie : nasi teri dua, sate usus satu, tempe satu, ndas ayam satu, es jeruk satu
• uswa : nasi teri dua, tempe dua, ndas ayam satu minume es jeruk
• iis : nasi teri dua, tempe dua, mimikne teh tawar
itu baru permulaan setelah pesenan nasi teri dateng, hehe aku nambah nasi teri satu, esteh satu lagi n ceker satu juga, sedangkan upik nambah jeruk anget n ndas pitik satu dibagi sama fajar, hehehe trus ayie nambah nasi teri satu n es jeruk lagi. hehehehehehe saya kira mahal eh ternyata cuma habis 8ribu rupiah. Cukup murah c klo dilihat juga dari tempat dan vasilitas, tempatnya luas nyante n ada wifi nya lhoh.
Setelah kita selesai makan malam n bercakap-cakap marilah kita kembali ke penginapan.
Rasa kantukpun langsung melanda. Tapi kita masih menunggu satu anggota kita Wildan, pukul 11.00 dia baru nyampe djogja. Aku uplik n uswa berangkat untuk menjemput dia, nih cerita si empunya jogja, wildan turun di dekat HUGOS cafe, eh uswa jemputnya ke arah bandara, oke deh kita ngikut aj, hahaha pe sana ternyata gd yang namaya HUGOS cafe, ternyata tempat itu berada di sebelah barat pertigaan ringroad. Ukey deh kita ambil tu si Wildan dan kita bawa ke penginapan. Good night n bersiap-siap berangkat pukul 07.00 WIB.
• Perjalanan Jogja-Magelang.
Ah sang pagi sudah menyapa, suryapun mengintip kita dari celah jendela, dan ayampun sudah berlalulalang untuk pergi ke pesta. Terbangunlah kita, eit jangan dikira kita tidur sekamar yak! Hehe para cowok tidur terpisah dengan kamar cewek tentunya.
Kita menuggu giliran untuk mandi dan bersiap-siap berangkat, karena kita sudah janjian ketemu sama seseorang berangkat pukul 07.00 WIB. Uswa n upiek keluar dulu beli sarapan, coba tebak sarapannya apa? Yes, tentu saja bubur ayam, hahaha kebiasaan di solo pagi sarapan bubur. Setelah selesai mandi dan makan kita bersiap untuk berangkat.
Formasi untuk keberangkatan :
Uswa dengan Upiek, Ayie dengan Eren tentu saja, Aku dengan Wildan, kita berangkat pukul 07.30 WIB hehe telat dikit dari jadwal semula, tapi ndak enyak eh ndak papa. Kita langsung meluncur dijalan mampir dulu ke warnetnya uswa (salah satu tempat kerja uswa.red). Disana aku kira uswa mo nemuin cowoknya dulu mo pamitan pa liat bilingnya masih aktif apa enggak xixxiixixixixixx :-p . Disana kita bertemu dengan mas Fadly (navigator n guide kita) n mas Ari (tukang jeprat-jepret sendal, eh bukan, foto maksutnya). Ukey deh kita mulai perjalanan berangkat ke daerah Mungkid Magelang. Perjalanan kira-kira membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan darat.
Sedikit cerita menggambarkan kondisi jalan. Kondisi jalan wuih alus se puol tur uombo eh setelah habis keluar propinsi djogja masuk jateng weh kondisi berbanding terbalik dengan sebelumnya “nggronjal” tur sempit, weh kesenjangan kiy! Sampailah kita pada saat yang berbahagia lhoh maksutnya di tempat transit tepatnya di “elo rivers” yaitu tempatnya kita persiapan n mempersiapkan perlengkapan rafting. Tiiiiiiiiit eit sebelumnya kita makan dulu yuk! Sarapan tadi pagi ngganjel tenan antara wareg karo ora wareg. Ukey deh sebelum mulai beraktivitas kita makan besar dulu di warung depan, menu hari ini adalah sayur lodeh plus ada oseng tempe, pindang, ayam n others. Setelah selesai makan kita kenyang, ya iyalah! Kita kembali ke base, mulai ganti pakean n ambil perlengkapan seperti helm n pelampung. Nah sebenarnya besok-besok kalau kita rafting lagi ni yang harus kita bawa untuk keamanan pribadi yang tidak disediakan di base.
Selain kaos n celana kolor kita juga harus pake sepatu atau sendal gunung yang kancian guna melindungi kaki dari batu-batu kali, deker tangan untuk melindungi dari terik matahari n tentu saja sunblok jangan lupa, slayer atau topi untuk ngeganjel helm yang sudah lobo, n terakir wadah air atau botol yang ada kaitannya yak! Jangan gelas yang ada tutupnya yang dibawa cos nanti di perahu bisa loncat tuh gelas, mahal maneh regane, mang piknik bu? Wahahahahahaa.
• Nyebur di kali elo.
Setelah semua perlengkapan dipakae n perahu sudah dinaikkan ke atas truck (padahal angkot.red) mulailah kita meluncur ke start poin yang terdapat di daerah mungkid. Di start poin itu kita bersiap untuk meluncur n ambil posisi dulu untuk pemanasan. Eh saat kita pemanasan aku ketemu anak malimpa tapi gatau siapa namanya, tapi kita kenal wajah. Hehe ternyata mereka juga lagi mo berarung jeram sama seniornya yang membawa serta keluarganya. Setelah kita pemanasan untuk meregangkan semua otot sebelum kita berarung jeram kita juga dikasih beberapa pengarahan dari mas Fadly tentang beberapa teknik yang harus diterapkan dalam kita berarung jeram seperti tidak boleh panik saat terjadi flip (perahu terbalik), cara menempatkan kaki di perahu yaitu memasang posisi kuda-kuda pada saat mengarungi jeram dengan menyelipkan kaki di pot agar kaki terjepit dan kuat untuk tumpuan, serta jika kita terlempar dari perahu kita harus tetap memegang dayung karena dayung bisa digunakan untuk mempermudah kita berenang dan menggapai sesuatu demi keselamatan diri dan posisikan tubuh selalu membelakangi arus sungai dengan selalu menggerakkan kaki ke depan supaya tidak terbentur dengan bebatuan, yang terpenting adalah percayalah dengan pelampung yang anda kenakan.
Are you ready? Lets gu rafting! Hehe sebelum rafting alangkah baiknya kalau kita nyebur dulu ke sungai supaya basah kuyup dan menyamakan suhu tubuh dan jangan lupa selalu membasahi perahu dengan air, n selain itu kita bisa pipis alias ngompol di air (hehehe kan gak keliatan kalo kita basah). Waktunya ambil posisi, aku ambil posisi di depan kiri, wildan depan kanan, eren tengah kiri, uswa tengah kanan, ayie belakang kiri, upiek belakang kanan dan fadly sang navigator belakang ujung (oya sedikit cerita katanya uswa ama upieknih tapi gatau katanya eren iya apa nggak cos ada ayie mungkin, nah si mas Fadly ini orangnya manis “dekiknya itu lho seng ora nguwati” wakakakakakkakaka).
Ada beberapa jeram yang nantinya akan kita lalui, (tapi aku lali jeram opo wae ntar search di google aja yak)
Jeram pertama bisa kita lalui dengan mudah dan mengasyikkan, karena ni lagi musim kemarau jadi ya airnya tidak terlalu banyak dan banyak sekali rintangan-rintangan yang harus kita lalui nantinya. Karena air sungai dangkal maka kita harus bisa menempatkan posisi perahu di jalur yang aman agar tidak banyak terdampar di bebatuan. Dengan navigator yang sudah berpengalaman kita menuruti aja apa kata Pak Nakoda, dayung kanan, dayung kiri, dayung maju, dayung mundur, stop gsah dayung, seperti itulah aba-aba dari sang Nakoda.
Jeram kedua kita bisa ber action ria karena ada sang juru jepret di pinggir sungai untuk mengambil gambar saat kita di jeram ke dua ini, bukan hanya “cheess” tapi “scream!!!!” “Cepret” foto dah.... narsis abislah kita disana, n lebay banget jeram kecil aja kita teriak-teriak. Wahahahahahahaaaa mang dasar kompak klo lebay.
Jeram ketiga lebih menegangkan lagi tapi sayang sang juru jepret gak lewat jadi ya kita gabisa ber action di facebook dunks. Kita sempet menunggu sang juru jepret untuk mengambil anggel terbaik saat kita di perahu, tapi gak nongol-nongol juga, ya sutralah kita tinggal aj maybe dia lagi tersesat di dalam hutan untuk mencari jalan ke spot selanjutnya. Di spot selanjutnya eh gak nongol juga itu, yoweslah kita arungi jeram berikutnya tanpa si juru jepret.
Nah di jeram inilah insiden flip (perahu terbalik) terjadi. Saat itu emang jalur yang kita lalui sedikt curam dan agak dangkal. Saat jeram perahu menurun menabrak batu dan kita berhenti beberapa detik disitu, karena arus cukup kuat maka bagian belakang perahu bergerak kesamping sehingga posisi perahu menahan arus dari samping dan perahupun miring terjadilah flip.
“Gubrak byur”....”heh tulungi aku!!”...”hihihi cihuy asyik oy njebur”...”heh! heh! Heh! Heh!”...”ki piye ki? Ki piye ki?”...”tenang tenang”...”percaya ama pelampung!”...”gusti Allah!! Tulung-tulung!!”...”wildan-wildan-wildan!!!!”...”wildan endi?!!”...”wahaaaaaaaaa (mewek .com)”....”aduh sirahku cah”...”heh up culko tanganmu ko perahu!!!”...”heh badala malah narik aku!!!”...”aku kelep ndul!!!”...”heh!!!asyemik yen ratok culke perahune ura isa dibalikne no!!!”....”wilda endi!!!!”....”wildan its OK!!!!”.....”jeduk!!!”...”aduooohh!!!”...”alhamdulillah ana watu”...”wes semampir nang kene wae disit!!”....@#$%^$^$@&#^%##R## :-( **(*^$%$@@$^%
Begitlah kiranya yg aku dengar saat perahu flip. Wahahaha aku mah enjoy aj waktu itu “yes akhirnya njebur juga” tapi setelah tak tengok kebelakang “badala ikh!!” pada panik semua, terutama uplik. Fiyuh...$%#%^
Setalah perahu berhasil di “flop”kan ama kang fadly. Perahupun duluan tanpa penumpang. Kita (aku, uplik, eren, ayie n wildan) terdampar di atas batu di tengah sungai. Lhoh?lha uswa ndi? Hehe ternyata uswa dah duluan, dah diselamatkan ama perahu yg didepan. Ntah apa yg ada dipikiran kita, “trus ni ntar kita gimana?” di belakang gada perahu lagi, di depan belokan dah gada kehidupan sama sekali tinggal kita berlima. Akhirnya kang fadly nongol jg di tepian sungai, ow berarti mereka di depan. Ok deh ayie n eren duluan menceburkan diri kesungai mengikuti arus sungai ketepian. Sedangkan uplik susah bgt dibujuk tuk ncebur lagi “moh jar, moh moh moh!!!”...”lha trus piye? Neng kene selawase?”...”wildan-wildan-moh wildan!!!” jiah ni anak nguatirke adike, jelas-jelas dia aman n enjoy aj nyebur di sungai kyk yg lain. Wildan nyusul eren n ayie. Otomatis tinggal aku ma uplik disini. Biyuh ngrayu bocah sijiki uangele ura umum. “yo wes yen gah nyebur, tak nyebur yo! Kwe nang kene dewekan?”...”emoh-emoh!!! Fajar jar!!”...”yo uwis ayo nyebur!! Tak goceki to wis...”/.... setelah tawar menawar akhirnya dia nurut juga.
Seperti instruksi sang guide sebelum kita berlayar tadi. Posisi badan menghadap ke depan saat kita mengikuti arus sungai. Uplik di depanku sambil aku pegang pelampung bagian atasnya sedangkan kakiku ku luruskan diantara uplik, tanganku satunya pegang pelampung satunya mengayuh ke tepi sungai. Ternyata semuanya dah berkumpul di tepi sungai dan semuanya aman gada yg ilang. Kita break bentar ditepian sungai sambil persiapan melanjutkan perjalanan kembali.
Lanjut!!!!... Setelah break n berbenah kita berarum jeram lagi. Jeram selanjutnya relatif mudah dilalui. Di tengah-tengah perjalanan kang fadly sedikit memberi cooking clinik pada kita tentang jeram, dan kita diajari cara naik ke perahu seandainya kita tercebur lagi. Emang baik ni kang fadly, pantes aj uswa seyum-seyum terus klo liat dia. .
Sebagian masyarakat disekitar sungai ini memanfaatkan sungai ini untuk MCK (mandi cuci kakus). So jangan heran kalo liat banyak “turis” berjemur di sepanjang sungai. Dan mancing jg salah satu pemandangan kita bisa jumpai saat berjeram di sungai ini. Kang fadly pun kadang kualahan jika harus menghindari senar-senar para pemancing.
Beberapa jeram ada beberapa titik yang harus kita hindari dan kita harus jeli untuk memilih jalur mana yg akan kita lalui. Ada jeram yg sempit dimana kita harus menghindari bongkahan batu besar dan berkawat serta akar-akar pohon yang tumbang serta dangkalnya sungai karena debit air yang kurang.
Dijeram terakhir perahu kita terdampar diatas jeram karena dangkal. Kang fadly menginstruksikan para ABK untuk segera berpindah ke badan perahu yang lain guna mengimbangi biar perahu tidak “ndampar”. “lha piye maneh cah?kita mo turun gak boleh, mo bantu ga boleh, yowes nurut sang nakoda bae lah” secara dia yang bertanggung jawab ma nyawa para ABK nya. Pada akhirnya juga kita semua turun dari perahu sambil menahan derasnya jeram saat itu. Yang cowok mbantu sang nakoda untuk mendorong perahu dari atas batu, kuatnya arus dan tempat pijakan yg kurang mumpuni bisa membuat kita kehilangan keseimbangan. “yoh!! Wadah air minumku lepas dari ikatannya” moga aja belum terlalu jauh hanyutnya. Rada ngeri juga sebenere klo terpeleset dan keseret arus. Yah secara dirasa cukup untuk dinaiki lagi, kita satu persatu naik ke atas perahu lagi. Diatas perahu konsentrasi kita langsung tertuju pada botol minumku yg hanyut di sungai. So misi kita selanjutnya adalah mengejar botol!! Untung aja botol itu tertahan di pusaran air di tepi sungai, tapi tidak mudah juga mengarahkan perahu ke tempat itu karena batu-batu yg harus dihindari. Kita sempet “kebablasen” dari target yang dituju. Kita kerahkan tenaga dayung kita untuk melawan arus, dibagian ini kita sangat membutuhkan kekompakan team, klo tidak perahu jalannya tidak bisa lurus. Dengan semangat dan kekompakan yang besar kita bisa mengambil alih botol air itu. “yes, alhamdulillah” huff akhirnya satu tikungan lagi kita sampai di finis point.
Rasanya masih kurang pengalaman jeran kali ini. “Next time kita ke sungai progo yak!!”... di finis point ini ternyata para kru darat (angkot.red) sudah menunggu sejak tadi, hehe maklum aj kita rada telat dari jadwal biasanya karena banyak insiden terjadi, tapi keren, klo gada insiden itu gak asyik tok nuh!! Di tempat ini juga lagi ada yang syuting film...entahlah buat film apa...kayak film-film jadul gitu dah. Maklum mang tempat ini biasa buat syuting film.
2,5 jam kita mengarungi sungai elo, sekarang kita perjalanan darat menuju star point...”lhoh kok balik maning?”...eh kliru ke basecame maksutnya...hhehe... Hujan menyambut kita selama dalam perjalanan darat. Untung aja tadi di sungai gak ujan, bisa-bisa kita kena banjir bandang deh.
Matur thx u semuanya.....
By dofont red.font
Langganan:
Postingan (Atom)