Adventure

Senin, 23 Agustus 2010

nge gowes solo

Pagi berembun menyambut kedatangan cahaya matahari yg masih remang-remang menerangi rumah semut yang masih gelap di bawah rumput. Aku mengayuh sepeda sama Agus ke “car free day” jl slamet riyadi solo. Kita berangkat pagi dari rumah kontrakan tapi sebelumnya mampir dulu ke kampus tuk bersiwak dan cuci muka biar tambah sueger, maklum air di komplek perumahanku kualitasnya jelek buanget.

Ku kayuh sepedaku melalui jalan raya yg terlihat lenggang dari lalu lalang kendaraan bermotor. Ada yg unik dari kita bersepeda, agus mewakili generasi tua dengan sepeda “kebo” tua, sedangkan diriku memakai sepeda MTB jaman sekarang. Yang jelas kita berpenampilan kayak orang dari jauh alias “bikepacking” (lebay.red)



Sebenarnya acara ini tidak terencana sebelumnya, niat ini timbul saat temenku wendy ngajak untuk ber “bike 4 fun” pagi ni ke slamet riyadi, selain alasan itu juga aku kemaren gagal pulang karena hujan yg mengguyur kota solo dari sore pe malam (kebiasaan mudik by cycling tiap malem minggu). Setelah sholat subuh di masjid perumahan kita bergegas brangkat pukul 05.30 WIB.

“car free day” berlaku dari pukul 05.00 WIB pe pukul 09.00 WIB dimulai dari depan stasiun purwosari sampai perempatan gladak. Di sepanjang jalan yang biasanya diramaikan oleh kendaraan bermotor yang berlalu lalang dengan sombongnya, kini dalam kondisi yg lenggang, lapang, bersih dari asap kendaraan bermotor. Udaranya sejuk tak ayal banyak warga yang menyemuti jalanan ini tiap minggu pagi untuk berolah raga atapun jeng-jeng bersama teman atau keluarga.



Pemberhentian pertamaku di depan pintu masuk taman “sriwedari” tamannya para radja-radja Surakarta dulu (sekarang masihkah?). Disini pula biasanya aku menunggu temen-temenku yang lain (uplik ma wendy), kita tunggu sekiranya 10 menit ga dateng kita lanjutkan perjalanan. Tapi sebelumnya, hehehe biasa “narsis dulu”.



Saat kita melewati museum radya pustaka “eh misale kita berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di kota solo piye?” usul agus, yah sekali genjot dua tiga tempat terlampui. “weh keren tuh, ok kita mulai disitu aj dulu” sambil tanganku menunjuk museum radya pustaka, museum yang sempet jadi buah bibir di kota solo Karena hilangnya beberapa benda bernilai sejarah tinggi dan merupakan salah satu museum sejarah tertua di Indonesia. Museum ini bertempat disamping komplek taman sriwedari, saya yakin dari sekian yang sempet baca tulisan ini “sudah pernahkah mengunjungi museum ini, ato bahkan yang sudah bertahun-tahun tinggal dikota solo?” hehe jawab aja sendiri di hati masing-masing. Klo aku pernah sekali masuk kedalam museum ini.



Genjotan selanjutnya kita menelusuri jalan sampai ke perempatan gladak, diperempatan ini ujung timur “car free day” disini terdapat patung slamet riyadi yang berdiri gagah di tengah jalan. Disini ramai sekali karena merupakan lahan parkir bagi warga yg menggunakan kendaraan bermotor untuk menikmati solo minggu pagi.





Gowes selanjutya ke utara ke gedung BI (Bank Indonesia) yang merupakan salah satu bangunan bersejarah, disampingnya kantor wali kota Surakarta, tapi sayang pintu gerbangnya masih tertutup rapat so kita hanya bisa mengabadikan didepan pintu gerbang aja.



"depan gerbang wali kota surakarta"



Kita berlanjut berbalik arah ke selatan belok kiri mampir ke benteng “vastenberg” benteng peninggalan kolonial belanda ini terlihat tidak terawatt, padahal ini merupakan salah satu “heritage” dikota solo. Sangat disayangkan pula kenapa peninggalan bersejarah seperti ini bisa jatuh ke tangan perorangan alias swasta. “jangan sampai lagi donk milik kita (masyarakat, Negara) dikuasai oleh pihak swasta apalagi asing”.



Roda menggelinding ke tujuan berikutnya yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat melalui rute gerbang gladak, alun-alun utara, keraton dah. Menyusuri jalan “capit urang” yang merupakan cirri khas jalan keraton. Saat kita melalui jalan ini, kita akan merasakan kokohnya tembok-tembok pertahanan keraton dan kampong-kampung disekitar keraton. Etnik pokokelah.


"jalan kampung kraton"

Dibelakang kraton kita sampai di alun-alun kidul yang sekarang tertata rapi, sebelum memasuki alun-alun kita dihadapkan pada pemandangan anak-anak kecil di pinggir jalan yang member makan kebo “kyai slamet” yang dikandang di sekitar “siti hinggil”.


muter-muter alkid




Kita berkeliling alun-alun kidul sebelum kita bertolak ke pasar klewer dan mesjid agung Surakarta.






Tak biasanya kita menikmati lenggangnya area pasar klewer seperti pagi ini. Di masjid agung masih terdengar tauziah-tauziah dari penceramah pagi itu.
Kita balik lagi ke gladak dan mengayuh sepeda kearah barat sepanjang “car free day”. Wow pengalaman yang menyenangkan sekali di sela-sela kita berpuasa.
Ternyata ngegowes pagi tidak membuat kita kecapean atapun takut mbatal berpuasa. Tak ayal bahwa bersepeda tidak kalah menyenangkan dari berkendaraan bermotor, bahkan mendukung gerakan dunia mengurangi pemanasan global “go green”, “bike to work”, “bike for fun” and “societ generation Y”.

22/08/10. red.font by dofont

Tidak ada komentar:

Posting Komentar