Adventure

Rabu, 04 Mei 2011

Dear Education Indonesia

Bawang, sebuah kota kecil dari kabupaten Batang, Pekalongan. Menikmati keasrian alam dikaki gunung perahu. Menikmati kehidupan warga dipasar bawang. Bener-bener kota sayur...ehe komoditi utama disini adalah sayuran pastinya karena suhu udara yang sangat mendukung sekali. Dan pastinya banyak orang terpandang dari kota kecil ini, tak heran beberapa diantaranya menduduki kursi sebagai anggota DPR.

Kebiasaan dirumah bangun pagi setelah sholat subuh gak bisa tidur lg, yah dari pada ngapain mending jalan-jalan kepasar atas dan seterusnya pe kaki ini kecapean. Kebetulan waktu itu bertepatan dengan ujian akhir sekolah buat pelajar SD. Dan tentunya disepanjang jln yg ak lalui dengan jalan kaki ini tidak terlalu ramai. Semua anak memakai pakaian seragam rapi berjalan beriringan menuju tempat mereka sekolah, dan seperti biasa tulisan "Harap Tenang Ada Ujian" selalu terpasang rapi dipintu gerbang sekolah...apa itu juga merupakan aturan dari kementrian?ehee nggak lah...

Kulanjutkan perjalananku keatas, sepanjang perjalanan banyak ak bertemu warga yg berjemur didepan rumahnya yg berdekatan dengan jalan..."mari pak, sugeng enjang"...sambil menundukkan kepala dan senyum manis...weeeks :p. Keramahan penduduk masih sangat terasa disini. Satu lagi nih...setelah berjalan kurang lebih 2km dr tempatku singgah, ada yg menghampiriku dengan motor cowok, berjaket kulit hitam, bersepatu boots, "mo kemana mas?"..."emmm, mo jalan keatas pak, maaf bapak mo kemana yak?"..."saya jg keatas bareng aj sekalian"...*weeeh mau banget*...tapi siapa gerangan bapak ini?...hebatkan keramaah orang sini, kenal aj belum....

Ternyata usut punya kusut eh ralat urut ups usut...beliau adalah seorang pengajar di salah satu SD yg terletak didesa cigemplong di lereng gunung perahu. Perjalanan dari pasar Bawang ke tempat beliau mengajar kurang lebih 1jam dengan medan yang menanjak dan jalanan licin beraspal semen, tapi pemandangan sepanjang perjalanan jangan heran, keren booo....Subhanallah.

Mesin motorpun dimatikan dan diparkir rapi dengan motor guru-guru yang lain. "hemmm jauh ya pak, ni udah nyampe pak?"..."hem?belum, tu masih jalan kaki lagi ke desa atas tu!" sambil menunjukkan arah keatas bukit..."hah?" yang bener aj pak, masih jalan kaki mendaki lereng gunung. Dan gak nyangka jg para murid jg terlihat bintik putih merah dilereng gunung dari tempat ak berpijak. Hem bener-bener perjuangan tuk mendapatkan bekal ilmu disana.

Ternyata disini ada 2 Sekolah Dasar, yang satu di desa cigemplong dan yang satu lagi didesa rejosari. Kebetulan ak dipertemukan ama Pak Abu, beliau mengajar di SD Pranten 01 desa Rejosari. Karena Pak Abu sendirian ya ak coba bareng dengan beliau, dengan harapan tau jalan menuju dataran tinggi Dieng. Oya ak lupa dari sini kita bs lanjut ke Dieng lho, tp ya dengan perjlanan ekstra...tapi bukan Dieng yg kita bicarakan, key!lanjut...

"bersama Pak Abu di depan ruang kelas SD Pranten 01"

Perjalanan ke SD pranten ini lumayan berat, tapi tidak bagi orang yang berhati besar seperti Pak Abu ini. Perjalanan "ngetrack" ini di dominasi oleh jalur bebatuan, tanah, sungai kecil berbau belerang yang menyengat, dan lereng bukit dan ladang milik petani. Pejalanan kurang lebih 1jam 15menit (pastinya ak lupa.red). Disepanjang perjalanan Pak Abu bercerita tentang pengalaman hidup yang tak selamanya indah ini. Perjalanan mengajar beliau dimulai dari bapaknya yang seorang kepala sekolah di sebuah Sekolah Dasar pada waktu itu. Berbekal tamatan PGA beliau mengajarkan tetang Agama. Sempet berhenti dari kegiatan mengajar dan merantau ke surabaya berdalih mencari penghidupan yang layak. Tapi toh akhirnya jiwa mengabdi kepada negara memanggilnya tuk kembali mengajar. Dengan bujukan dari beberapa temannya seprofesi akhirnya beliau mengambil langkah tuk menjadi guru lagi. Disepanjang perjalanan Pak Abu tidak henti-hentinya bercerita tentang suka duka mengajar di SD Pranten 01 itu.

Dengan bersepatu boots dan sebotol air minum bekal perjalanan menuju tempat kerjanya. Nafas terengah terasa sekali bagi beliau yang sudah berumur. Sepatu boots adalah sepatu dinas wajib baginya, belum lagi mantol yang harus selalu tersedia di tas kerjanya guna teman berteduh dari hujan lokal yang tidak tau kapan terjadinya, apalagi dialam pegunungan seperti ini. Apa yang akan terjadi dlm perjalanan ini tidak bisa diprediksi, yang paling bahaya kalo saja terjadi tanah longsor, karena jalur yang dilalui relatif naek turun tebing. Praktis jam kerjapun berkurang dari jam kerja guru pada umumnya, beliau hanya masuk 5 hari kerja, bahkan tidak jarang jg karena medan yang dilaluinya cukup berat hanya mengajar 3 hari saja, dan secara otomatis guru yang lain menggantikan peran beliau, begitu bergantian. Resiko yang diambil, imbalan yang diterima dari pemerintah pun tidak seimbang dengan perjuangan beliau secara materi. Tapi bagi beliau adalah keikhlasannya membagi ilmu yang dia dapat untuk orang-orang disekitarlah yang menjadi motivasinya selama ini.


"Bu Nia dan Bu Muha, inilah salah satu track yg harus dilalui"

Salut buat "mereka" yang mengajar dipedalaman. Seharusnya bagi dinas memberi harga yang setimpal dengan perjuangannya dan memfasilitasi dengan membuat jalur yang aman bagi mereka.

Bukan hanya Pak Abu saja yang melewati jalur ini, ada Bu Nia dan Bu Muha serta Pak Ridwan. Mereka adalah orang-orang yang tegar demi pendidikan. Semoga perjuangannya selama ini memberi hasil dunia akhirat pada nantinya, amin.

kata kunci : Pendidikan, anggota DPR, Guru, Tebing, Imbalan, Ikhlaas.

NB : menurut beberapa sumber yang ak dapatkan didaerah ini banyak yang duduk sebagai anggota DPR kab Batang, tapi toh?so look up

thx Nia buat fotonya...

solo, may 04/10. by dofont

Tidak ada komentar:

Posting Komentar