Minggu, 23 Januari 2011
Untuk kesekian kalinya bersepeda itu menyenangkan. Apalagi bersepeda lintas alam. Kali ini aku bersama CSG (Club Sepeda Gunung, diplesetkan menjadi Cah Sanggir Gendeng.red) colomadu. Rute kali ini dari base camp kita di Sanggir Colomadu Karanganyar menuju Kinah rejo Cangkringan Sleman Jogjakarta, full gowes pulang pergi. Kita berangkat dari base camp pukul 05.00 WIB, sampe tujuan sekitar pukul 11.00 WIB. Perjalanan didominasi sama jalan menanjak pe tempat tujuan.
Saya sempet heran dari tadi kok banyak banget kendaraan yang menuju ke atas, emangnya disana tu tempatnya seperti apa kok banyak sekali kendaraan roda 4 dan roda 2 yang pe terjebak macet sampai mengekor panjangnya. Ternyata setelah terengah-engah akhirnya sampai juga ditempat tujuan. Dan, Subhanallah, innalillahi wa innaillaihi rojiun, benar-benar hancur lebur.
Kinah rejo merupakan salah satu desa terdekat dari puncak merapi yang Cuma berjarak kurang lebih 4 km dari puncak garuda (dulu disebutnya “puncak garuda” sebelum erupsi tahun 2008.red). Kini pemukiman itu hancur, rata dengan tanah, pohon-pohon semuanya tumbang. Dulu pemukiman ini hijau lebat, kini jarak pandang bisa mencapai ratusan meter karena semua tumbuhan dan rumah-rumah sudah rata dengan tanah yang gersang berpasir.
Baru kali ini saya berkesempatan melihat area ini. Dimana dulu ditempat ini sang pakuncen merapi Mbah Marijan (Alm) tinggal. Maaf jangan salah sangka dulu dengan wisata bencana, karena jika saat ini anda datang ketempat ini berarti anda juga membantu meringankan beban mereka dengan menyisihkan sebagian harta yang anda bawa. Jika kita melihat sendiri kondisi sekarang ditempat ini seperti apa, semoga bisa menambah keimanan kita untuk mengagungi kekuasaanNya yang tiada taranya, kita manusia tidak ada apa-apanya. Subhanallah.
Yang digalakkan ditempat ini sekarang adalah gerakan penghijauan “pro green” yang mana gerakan ini guna merestorasi hutan yang sudah gundul terkena lahar merapi.
Senin, 31 Januari 2011
Senin, 10 Januari 2011
Gunung Lawu
19, 20, 21 desember 2010
Gunung Lawu dengan ketinggian 3265 mdpl (meter diatas permukaan laut). Terkenal karena gunung ini merupakan tempat pertapaan Raja Brawijaya V Raja Majapahit. Singkat cerita kerajaan Demak menginginkan Majapahit menjadi kerajaan Islam, kemudian Raja Brawijaya V menantang Sunan Kalijogo untuk memotong rambutnya. Karena menurut cerita tidak ada yang bisa memotong rambut Brawijaya V dengan cara dan alat apapun. Sunan pun menerima tantangan itu. Alhasil hanya dengan dua jarinya Sunan bisa memotong rambut Brawijaya V. Entah bagaimana lagi ceritanya akhirnya Raja Brawijaya V beserta prajurit kerajaan Majapahit mengasingkan ke gunung Lawu dan “musna” di Lawu. (musna = menghilang tanpa jejak.red). ini bukan Legenda tapi sejarah, bagi pembaca boleh mencari sumber lain apabila kurang percaya dengan cerita ini, karena cerita ini saya dapatkan dari nara sumber langsung.
(ehm saya sarankan untuk mencari dari sumber lain juga ya...cos edit //17 juli 2011//ak mencari sumber lain yang intinya : memang dari kerajaan demak mengutus Sunan Kalijogo tuk mengIslamkan Brawijaya, tetapi Brawijaya tetap bersih kukuh tidak mau, dan Brawijaya juga tidak mau berperang dengan Demak yang nota bene adalah anaknya sendiri. Maka dari itu Brawijaya memilih meninggalkan Majapahit ke daerah timur sampai di Blambangan, disana Sunan berunding dengan Brawijaya untuk kembali ke Majapahit, ditengah perjalanan Sabdopalon dan Noyoginggong (kepercayaan atau pendamping Brawijaya.red) menemukan suatu kejanggalan dan terjadilah perdebatan yang alot diantaranya. Brawijaya tidak mau adanya peperangan antar saudara, akhirnya Brawijaya mengajukan permintaan jika beliau masuk Islam, beliau tidak mau makamnya ditulis "disini makam Brawijaya" tapi cukup diberi tanda "disinlah putra bulan (trowulan.red) beristirahat". Akhirnya Sabdopalon dan Noyoginggong pun pamitan tidak mau mengikuti perjalanan ini lagi dan "moksa" (menghilang.red) dan mereka meyakini 500 tahun 4 jaman mereka akan kembali...-end- Huft cerita ini memang sungguh ruwet bagi saya, ini adalah cerita sejarah besar yang tidak mungkin kalo ak catat dalam halaman blog ini. So boleh dibaca sebagai pengetahuan dan bacaan ringan, jangan diambil mentah-mentah ya...ntar bikin pusing kepala.... Udah deh lanjut aj kisah perjalananku di lawu ini.
Sehingga di puncak Lawu pun banyak sekali petilasan-petilasan diantaranya “Hargo Dalem” yang merupakan petilasan pertapaan Raja Brawijaya V. Juga ada sumber mata air “sendang drajat” yang dipercaya kalo mandi dan minum air dari sumber itu bisa mengabulkan permintaan tentunya dengan ritual khusus. Banyak sekali dari dulu pejabat-pejabat negara yang pernah datang kesana untuk melakukan tirakatan. Tidak dipungkiri nama-nama besar orang Indonesia pernah ke gunung Lawu, kalo kurang percaya bisa langsung ke sana dan menanyakan langsung ke orang-orang yang menetap disana. Banyak sekali realita yang belum pernah diungkap dikhayalak umum, dan waw.....mohon maaf sekali saya tidak bisa mengungkapkannya disini. (hati-hati musyrik, tergantung bagaimana kita menyikapinya.red).
Tiap satu Suro kerajaan Surakarta pasti menggelar acara ritualan disini. Karena masih kentalnya tradisi ini, dan bahkan jumlah pendaki pernah mencapai angka 9000 jiwa di tahun 2003 dan tahun ini Cuma mencapai sekitar seribu yang merupakan jumlah terkecil pendakian Lawu saat satu suro. Bisa dibayangkan seperti apa disana dengan sebegitu banyaknya orang yang mendaki......berrrrrrrr.
Ada lagi beberapa sumber mata air yang lain diantaranya :
•Sumur Jolotundo (sebelum pos IV)
Sumur ini berkedalaman kurang lebih 108 meter, sumur ini biasanya digunakan untuk ritual juga, airnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dan menurut berbagai cerita sumur ini tembus ke “segoro kidul”, iya tidaknya saya tidak bisa membuktikan.
• Sendang Inten
Sumber air yang berasal dari tetesan atau resapan bebatuan dari atas, letak sumur ini berada ditempat yang jarang sekali didatangi orang karena tempatnya yang susah dijangkau dan belum tentu orang awam tau tempat ini yang berbentuk seperti luweng besar. Padahal pemandangan disini keren banget dari segi alam tentunya dan gaib bagi yang bisa melihatnya.....hihihi serem tapi bagi yang tidak bisa melihat ke gaib nya tempat ini ya selamat menikmati aja keindahan alamnya. Dan bagi yang bisa melihat ya nikmati aja dan jangan lupa untuk melindungi bagi yang tidak punya mata gaib.....hehehehe secara seperti pengalaman ku kemaren, aku tidak punya mata gaib ya aku kagum aja dengan keindahannya dan begitu menikmati sekali, eh partner ku mas cepot diakan punya mata gaib so dia bisa merasakan keadaan disitu seperti apa. Makanya dia lumayan cerewet waktu itu untuk segera memintaku meninggalkan tempat itu, hah ternyata.......disitu pernah dipakai pelatihan militer yang menyebabkan sekitar ratusan peserta pelatihan meninggal, tapi bukan militer TNI loh. Maaf saya sekali lagi tidak bisa menyebutkan pelatihan militer seperti apa, dan itupun kejadian sudah lama saat pemerintahan orde baru dan tidak ter ekspos oleh media.
• Sendang macan
Menurut orang-orang sini di gunung ini masih terdapat macan dan hewan-hewan dilindungi lainnya yang kadang-kadang menampakkan diri disekitar sendang ini untuk mencari minum.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita sejarah yang bisa digali dan dikaji mengenai gunung ini dan kaitannya dengan keRajaan-keRajaan sekarang , dulu dan politik di negeri ini.
Ini pendakian pertamaku di Lawu. Jarak gunung Lawu dari tempat tinggal ku tidak terlampau jauh Cuma sekitar 70 km. Dan mungkin terlalu sering berkunjung ke daerah wisata di sekitar gunung Lawu ini tapi belum sekalipun sebelumnya mendaki sampe puncaknya. Sempet merasa ngiri juga karena sebelumnya gunung yang pernah ku daki bersetatus berapi semua, diantaranya Merapi, Semeru dan Bromo.
Alhamdulillah keinginan tuk mendaki Lawu tercapai juga. Sebelumnya rencanaku ke Lawu bertepatan dengan tanggal 1 Muharram (1 suro.red) tapi ternyata baru kesampaian kemaren tanggal 12, 13, 14 Muharram. Itupun dengan ajakan mendadak dari Mas Cepot, sama sekali gada persiapan yang matang sebelumnya. Karena sudah terbiasa dengan Backpacker, ya semua peralatan yang dibutuhkan disiapkan malam itu juga.
Untuk pendakian Lawu tidaklah seribet gunung-gunung yang pernah ku daki sebelumnya. Disini kita hanya perlu menyiapkan pakaian hangat dan uang saku. Karena untuk tempat menginap dan logistik sudah disediakan di warung “puncak Lawu mbok yem”. Jadi sekedar saran untuk pendakian Lawu cukup sediakan pakaian hangat untuk fashion alias buat foto-foto nantinya disana. Dan yang paling penting safety. Untuk logistik cukup membawa cemilan secukupnya seperti agar-agar naco, biskuit coklat, coklat, dan obat herbal cair. Serta hanya membutuhkan tas Day Pack aja.
Pendakian ini hanya dilakukan berdua saja, ak bersama mas Cepot. Maunya sih ngajak temen cewek, hahaha tapi sapa yang mau...lagian ni juga keperluan mendadak dari mas cepot, biasa ritual Muharram.
Ada beberapa tempat untuk memulai pendakian. Cemoro kandang, tracknya berkontur tanah dan tidak terlalu menanjak tapi rada jauh. Cemoro sewu, tracknya berkontur batu-batuan yang sudah ditata, track ini yang paling banyak dilalui pendaki karena lebih dekat tapi relatif menanjak. Candi sukuh, candi cetho yang merupakan kaputren (taman) dan jalur jogorogo dari arah ngawi jatim, jalur track jogorogo ini biasa dibilang track yang bener-bener liar, karena jalurnya yang sulit dilalui dan paling sering memakan korban jiwa.
Karena kita datang dari arah solo dan memang track paling mudah kita memakai pintu masuk Cemoro Sewu, yang letaknya di daerah Magetan Jatim. Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu letaknya berdekatan tapi di dua Provinsi yang berbeda. C Kandang di Jateng sedangkan C Sewu di Jatim (perbatasan.red). Melalui jalur C Sewu kita akan menemui 4 pos peristirahatan sebelum kita sampai di puncak Hargo Dalem. Perjalanan ke puncak membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam (catatan waktu tiap-tiap pendaki berbeda.red). Menurut saya perjalanan yang lumayan berat setelah pos 3 ke pos 4, karena tanjakannya yang cukup terjal. Dari awal sampai pos 3 udara belum terasa dingin jadi memakai kaos singlet sudah cukup, baru setelah pertengahan pos 3 ke 4 lebih enak pake kaos panjang atau jaket. Setelah kita melalui pos 4 kita akan disuguhkan pelataran kawasan puncak Lawu. Catatan: puncak masih diatas lagi tapi dari sini pemandangan yang elok sudah bisa kita lihat leluasa.
Setelah melalui pos 4 kita akan disuguhi pemandangan “negeri diatas awan” pandangan yang sangat luas dari daerah ini. Akhirnya sampailah kita di “warung puncak Lawu mbok yem”. Merupakan salah satu dari sekian selter yang berada dikawasan puncak ini. .....dalam hatiku ku “mungkin lama-lama daerah ini bisa menjadi perkampungan”....hahahaha.... saking banyaknya selter-selter yang menyediakan tempat singgah bagi pendaki dan logistik. So kita hanya perlu menyiapkan pakaean hangat
Gunung ini kalo kita lihat secara geografis di peta merupakan gunung mati ato tidak aktif, tapi kalo diteliti ato dilihat sendiri disini masih terasa bau belerang yang menyengat saat kita melakukan pendakian. Dan daerah disekita gunung ini banyak terdapat sumber-sumber air panas didaerah sragen bayanan, karangpandan karanganyar, magetan jatim, dan beberapa daerah lagi disekitarnya.
Semoga bisa menjadi pandangan menikmati alam CiptaanNya, Subhanallah gak ada duanya.
By dofont red.font
Gunung Lawu dengan ketinggian 3265 mdpl (meter diatas permukaan laut). Terkenal karena gunung ini merupakan tempat pertapaan Raja Brawijaya V Raja Majapahit. Singkat cerita kerajaan Demak menginginkan Majapahit menjadi kerajaan Islam, kemudian Raja Brawijaya V menantang Sunan Kalijogo untuk memotong rambutnya. Karena menurut cerita tidak ada yang bisa memotong rambut Brawijaya V dengan cara dan alat apapun. Sunan pun menerima tantangan itu. Alhasil hanya dengan dua jarinya Sunan bisa memotong rambut Brawijaya V. Entah bagaimana lagi ceritanya akhirnya Raja Brawijaya V beserta prajurit kerajaan Majapahit mengasingkan ke gunung Lawu dan “musna” di Lawu. (musna = menghilang tanpa jejak.red). ini bukan Legenda tapi sejarah, bagi pembaca boleh mencari sumber lain apabila kurang percaya dengan cerita ini, karena cerita ini saya dapatkan dari nara sumber langsung.
(ehm saya sarankan untuk mencari dari sumber lain juga ya...cos edit //17 juli 2011//ak mencari sumber lain yang intinya : memang dari kerajaan demak mengutus Sunan Kalijogo tuk mengIslamkan Brawijaya, tetapi Brawijaya tetap bersih kukuh tidak mau, dan Brawijaya juga tidak mau berperang dengan Demak yang nota bene adalah anaknya sendiri. Maka dari itu Brawijaya memilih meninggalkan Majapahit ke daerah timur sampai di Blambangan, disana Sunan berunding dengan Brawijaya untuk kembali ke Majapahit, ditengah perjalanan Sabdopalon dan Noyoginggong (kepercayaan atau pendamping Brawijaya.red) menemukan suatu kejanggalan dan terjadilah perdebatan yang alot diantaranya. Brawijaya tidak mau adanya peperangan antar saudara, akhirnya Brawijaya mengajukan permintaan jika beliau masuk Islam, beliau tidak mau makamnya ditulis "disini makam Brawijaya" tapi cukup diberi tanda "disinlah putra bulan (trowulan.red) beristirahat". Akhirnya Sabdopalon dan Noyoginggong pun pamitan tidak mau mengikuti perjalanan ini lagi dan "moksa" (menghilang.red) dan mereka meyakini 500 tahun 4 jaman mereka akan kembali...-end- Huft cerita ini memang sungguh ruwet bagi saya, ini adalah cerita sejarah besar yang tidak mungkin kalo ak catat dalam halaman blog ini. So boleh dibaca sebagai pengetahuan dan bacaan ringan, jangan diambil mentah-mentah ya...ntar bikin pusing kepala.... Udah deh lanjut aj kisah perjalananku di lawu ini.
Sehingga di puncak Lawu pun banyak sekali petilasan-petilasan diantaranya “Hargo Dalem” yang merupakan petilasan pertapaan Raja Brawijaya V. Juga ada sumber mata air “sendang drajat” yang dipercaya kalo mandi dan minum air dari sumber itu bisa mengabulkan permintaan tentunya dengan ritual khusus. Banyak sekali dari dulu pejabat-pejabat negara yang pernah datang kesana untuk melakukan tirakatan. Tidak dipungkiri nama-nama besar orang Indonesia pernah ke gunung Lawu, kalo kurang percaya bisa langsung ke sana dan menanyakan langsung ke orang-orang yang menetap disana. Banyak sekali realita yang belum pernah diungkap dikhayalak umum, dan waw.....mohon maaf sekali saya tidak bisa mengungkapkannya disini. (hati-hati musyrik, tergantung bagaimana kita menyikapinya.red).
Tiap satu Suro kerajaan Surakarta pasti menggelar acara ritualan disini. Karena masih kentalnya tradisi ini, dan bahkan jumlah pendaki pernah mencapai angka 9000 jiwa di tahun 2003 dan tahun ini Cuma mencapai sekitar seribu yang merupakan jumlah terkecil pendakian Lawu saat satu suro. Bisa dibayangkan seperti apa disana dengan sebegitu banyaknya orang yang mendaki......berrrrrrrr.
Ada lagi beberapa sumber mata air yang lain diantaranya :
•Sumur Jolotundo (sebelum pos IV)
Sumur ini berkedalaman kurang lebih 108 meter, sumur ini biasanya digunakan untuk ritual juga, airnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dan menurut berbagai cerita sumur ini tembus ke “segoro kidul”, iya tidaknya saya tidak bisa membuktikan.
• Sendang Inten
Sumber air yang berasal dari tetesan atau resapan bebatuan dari atas, letak sumur ini berada ditempat yang jarang sekali didatangi orang karena tempatnya yang susah dijangkau dan belum tentu orang awam tau tempat ini yang berbentuk seperti luweng besar. Padahal pemandangan disini keren banget dari segi alam tentunya dan gaib bagi yang bisa melihatnya.....hihihi serem tapi bagi yang tidak bisa melihat ke gaib nya tempat ini ya selamat menikmati aja keindahan alamnya. Dan bagi yang bisa melihat ya nikmati aja dan jangan lupa untuk melindungi bagi yang tidak punya mata gaib.....hehehehe secara seperti pengalaman ku kemaren, aku tidak punya mata gaib ya aku kagum aja dengan keindahannya dan begitu menikmati sekali, eh partner ku mas cepot diakan punya mata gaib so dia bisa merasakan keadaan disitu seperti apa. Makanya dia lumayan cerewet waktu itu untuk segera memintaku meninggalkan tempat itu, hah ternyata.......disitu pernah dipakai pelatihan militer yang menyebabkan sekitar ratusan peserta pelatihan meninggal, tapi bukan militer TNI loh. Maaf saya sekali lagi tidak bisa menyebutkan pelatihan militer seperti apa, dan itupun kejadian sudah lama saat pemerintahan orde baru dan tidak ter ekspos oleh media.
• Sendang macan
Menurut orang-orang sini di gunung ini masih terdapat macan dan hewan-hewan dilindungi lainnya yang kadang-kadang menampakkan diri disekitar sendang ini untuk mencari minum.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita sejarah yang bisa digali dan dikaji mengenai gunung ini dan kaitannya dengan keRajaan-keRajaan sekarang , dulu dan politik di negeri ini.
Ini pendakian pertamaku di Lawu. Jarak gunung Lawu dari tempat tinggal ku tidak terlampau jauh Cuma sekitar 70 km. Dan mungkin terlalu sering berkunjung ke daerah wisata di sekitar gunung Lawu ini tapi belum sekalipun sebelumnya mendaki sampe puncaknya. Sempet merasa ngiri juga karena sebelumnya gunung yang pernah ku daki bersetatus berapi semua, diantaranya Merapi, Semeru dan Bromo.
Alhamdulillah keinginan tuk mendaki Lawu tercapai juga. Sebelumnya rencanaku ke Lawu bertepatan dengan tanggal 1 Muharram (1 suro.red) tapi ternyata baru kesampaian kemaren tanggal 12, 13, 14 Muharram. Itupun dengan ajakan mendadak dari Mas Cepot, sama sekali gada persiapan yang matang sebelumnya. Karena sudah terbiasa dengan Backpacker, ya semua peralatan yang dibutuhkan disiapkan malam itu juga.
Untuk pendakian Lawu tidaklah seribet gunung-gunung yang pernah ku daki sebelumnya. Disini kita hanya perlu menyiapkan pakaian hangat dan uang saku. Karena untuk tempat menginap dan logistik sudah disediakan di warung “puncak Lawu mbok yem”. Jadi sekedar saran untuk pendakian Lawu cukup sediakan pakaian hangat untuk fashion alias buat foto-foto nantinya disana. Dan yang paling penting safety. Untuk logistik cukup membawa cemilan secukupnya seperti agar-agar naco, biskuit coklat, coklat, dan obat herbal cair. Serta hanya membutuhkan tas Day Pack aja.
Pendakian ini hanya dilakukan berdua saja, ak bersama mas Cepot. Maunya sih ngajak temen cewek, hahaha tapi sapa yang mau...lagian ni juga keperluan mendadak dari mas cepot, biasa ritual Muharram.
Ada beberapa tempat untuk memulai pendakian. Cemoro kandang, tracknya berkontur tanah dan tidak terlalu menanjak tapi rada jauh. Cemoro sewu, tracknya berkontur batu-batuan yang sudah ditata, track ini yang paling banyak dilalui pendaki karena lebih dekat tapi relatif menanjak. Candi sukuh, candi cetho yang merupakan kaputren (taman) dan jalur jogorogo dari arah ngawi jatim, jalur track jogorogo ini biasa dibilang track yang bener-bener liar, karena jalurnya yang sulit dilalui dan paling sering memakan korban jiwa.
Karena kita datang dari arah solo dan memang track paling mudah kita memakai pintu masuk Cemoro Sewu, yang letaknya di daerah Magetan Jatim. Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu letaknya berdekatan tapi di dua Provinsi yang berbeda. C Kandang di Jateng sedangkan C Sewu di Jatim (perbatasan.red). Melalui jalur C Sewu kita akan menemui 4 pos peristirahatan sebelum kita sampai di puncak Hargo Dalem. Perjalanan ke puncak membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam (catatan waktu tiap-tiap pendaki berbeda.red). Menurut saya perjalanan yang lumayan berat setelah pos 3 ke pos 4, karena tanjakannya yang cukup terjal. Dari awal sampai pos 3 udara belum terasa dingin jadi memakai kaos singlet sudah cukup, baru setelah pertengahan pos 3 ke 4 lebih enak pake kaos panjang atau jaket. Setelah kita melalui pos 4 kita akan disuguhkan pelataran kawasan puncak Lawu. Catatan: puncak masih diatas lagi tapi dari sini pemandangan yang elok sudah bisa kita lihat leluasa.
Setelah melalui pos 4 kita akan disuguhi pemandangan “negeri diatas awan” pandangan yang sangat luas dari daerah ini. Akhirnya sampailah kita di “warung puncak Lawu mbok yem”. Merupakan salah satu dari sekian selter yang berada dikawasan puncak ini. .....dalam hatiku ku “mungkin lama-lama daerah ini bisa menjadi perkampungan”....hahahaha.... saking banyaknya selter-selter yang menyediakan tempat singgah bagi pendaki dan logistik. So kita hanya perlu menyiapkan pakaean hangat
Gunung ini kalo kita lihat secara geografis di peta merupakan gunung mati ato tidak aktif, tapi kalo diteliti ato dilihat sendiri disini masih terasa bau belerang yang menyengat saat kita melakukan pendakian. Dan daerah disekita gunung ini banyak terdapat sumber-sumber air panas didaerah sragen bayanan, karangpandan karanganyar, magetan jatim, dan beberapa daerah lagi disekitarnya.
Semoga bisa menjadi pandangan menikmati alam CiptaanNya, Subhanallah gak ada duanya.
By dofont red.font
Langganan:
Postingan (Atom)