Jalan yang berkelok dan rimbunan pepohonan di
sepanjang perjalanan menemani kami menuju ke kota Pacitan. Kota yang dimana
Presiden RI ke 6 ini lahir ke dunia 67 tahun yang lalu (2016). Pacitan juga
dikenal dengan sebutan kota seribu gua, dikarenakan daerah ini terletak
diantara perbukitan karts (pegunungan batu kapur) yang pada akhirnya banyak
terdapat gua di daerah ini. Diantara gua yang terkenal adalah gua Gong yang
kononnya merupakan gua yang mempunyai stalakmit dan stalaktit terindah di Asia
Tenggara. Gua Tabuhan mempunyai batu yang kalau dipukul akan berbunyi seperti
alat muzik gamelan. Gua vertikal Luweng Jaran yang sangat luas. Dan masih
banyak lagi gua-gua yang lain.
Selain terkenal dengan gua, Pacitan juga terkenal
dengan pantainya yang exsotis. Terletak di bagian selatan pulau jawa atau
tepatnya di perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Pacitan berhadapan
langsung dengan laut selatan atau samudera Hindia yang terkenal dengan ombak
yang ganas, sehingga tidak heran kalau pantai-pantai di pesisir selatan ini
mempunyai kontur yang beragam.
Explore pantai
Muara Sungai Marun Pantai Ngiroboyo |
Banyak terdapat pantai yang masuk dalam wilayah Pacitan, salah satunya adalah Pantai Ngiroboyo. Pantai ini terletak di desa Sambi sekitar 2-3 km dari Pantai Klayar. Kalau dari Pacitan kita akan melewati pantai klayar dulu baru kemudian pantai ngiroboyo. Tujuan pertama kita adalah pantai ngiroboyo yang juga mempunyai muara sungai yang tak boleh dipisahkan dari keindahan pantai ini yaitu sungai maron. Untuk menuju pantai ini kita akan melalui jalan yang berbatu dan beralaskan beton yang hanya boleh dilalui satu kreta saja, jadi harus bersabar seandainya berselisih dengan kenderaan lain. Sebelum sampai ke pantai kita akan disuguhkan pemandangan safana berupa padang rumput, bukit dan laut yang kemudian disusul dengan pasir pantai yang luas dan berakhir di muara sungai maron. Pantai ini cukup luas dengan pasir hitam yang mengandung pasir besi. Tapi perlu di ingat bagi kami laut selatan bukan untuk mandi manda berpesta air, tetapi cukup dinikmati keheningan deburan ombaknya. Itu selalu menyenangkan.
Pantai dengan butiran-butiran pasir hitam yang halus |
Pantai Ngiroboyo |
Pantai Ngiroboyo |
Tak jauh dari pantai ini sekitar 2 km menuju pantai
klayar ada lorong kecil menuju perkebunan warga. Kami lalui lorong itu dengan
hati-hati, takut ada kenderaan yang datang dari arah hadapan. Kami parking
kreta kami di kebun warga, dan Subhanallah pemandangan dihadapan membentang
samudera Hindia yang gagah dan safana dengan rumput yang bergoyang diterpa
angin laut.
Menuju ke Bukit Panorama |
Ternyata kami berada di lorong menuju bukit panorama. Sebuah bukit
yang dijadikan objek untuk melihat pantai klayar dari atas. Spot menarik di
pantai klayar adalah karang serulingnya, yaitu sebuah karang yang saat di terpa
ombak dari bawah karang air laut akan menyembur melalui celah ditengah karang
dan menimbulkan suara seperti seruling. Semburannya boleh mencecah 10 meter
jika kita beruntung menyaksikannya. Sekali lagi jangan harap boleh mandi manda
di pantai ini, kontur karang dan ombak yang besar sangat berbahaya untuk
bermain air. Telah banyak korban dipantai ini dikarenakan tidak mentaati aturan
safety prosedur yang ditetapkan. Tapi keindahan pantai ini memang sangat
mengagumkan.
Jalan setapak |
Menuju pantai Klayar |
Sruling Klayar |
Spink? |
Savana sebelum bukit panorama |
Kita tinggalkan pantai klayar dan bukit panorama,
sekarang kita munuju ke pantai Mbuyutan. Teletak di desa Widoro Donorojo
sekitar 8 km dari pantai klayar. Pantai ini diibaratkan seperti secuil surga
yang jatuh ke bumi. Memang sangat indah, seperti pantai sebelumnya saat
memasuki areal pantai kita akan disuguhi perkebunan atau bendang seperti savana
dan diakhiri dengan tebing yang tinggi di bawahnya terdapat pantai berpasir
putih yang dihiasi beberapa gugusan batu karang di tengah laut. Gugusan-gugusan
karang ini ada yang berbentuk seperti perahu dan yang terbesar berbentuk
seperti mahkota dewa.
Paradise Pantai Buyutan |
Di pantai ini juga ada fasilitas bilik mandi dan
kedai-kedai penjual ais kelapa muda. Maka kami memutuskan untuk bercamping di
pantai ini. Warga disini cukup bersahabat, menjelang petang kami meminta ijin
kepada pemilik kedai untuk menggunakan bilik mandi sampai esok harinya. Dengan senang
hati mereka menyerahkan kunci bilik mandi kepada kita. Sebelum malam datang
kami mengumpulkan ranting-ranting pohon yang kering dan sampah daun-daun serta
sabut kelapa yang sengaja kita bawa dari pekan untuk membuat api unggun malam
itu. Secangkir kopi hangat serta ayam bakar menjadi santapan nikmat. Malam itu
cukup beruntung bagi kita karena dapat menikmati angin pantai dan merdunya
deburan ombak yang berselimutkan gugusan bintang galaxy bima sakti di langit
malam. Malam yang sempurna, perfect.
Tapak ku |
Camping site kita |
Mandi pagi |
Keesokan pagi waktunya untuk bermain air. Dipantai ini
kita masih boleh bermesraan dengan air laut meskipun ombak terlihat ganas
menantang. Pemandangan didepan kami sangat mengagumkan, terpancang dengan gagah
karang mahkota dewa yang tak henti-hentinya di gempur olah ombak samudera
Hindia. Pacitan bukan hanya pantai ini sahaja yang ada, tapi masih banyak lagi
pantai yang mempunyai ke-exsotisan-nya tersendiri. Ambil ransel mu dan
mengembaralah!
Cost
Tak banyak pengeluaran untuk menuju pantai ini secara
backpacking.
Dari bandara naik bus Trans Solo menuju Terminal
Tirtonadi Solo Rp 5.000
Naik bus Aneka jaya tujuan Pacitan Rp 20.000 hingga Rp
25.000 (lebih kurang)
Lama perjalanan dalam 3-4 jam, jarak tempuh dalam
116km
Rental mpv dalam Rp 300.000 /24 jam. Jarak tempuh dari
kota Pacitan menuju pantai dalam 1,5 jam dalam 45km. (lebih kurang)
Persiapan perjalanan.
Backpack beserta perlengkapan camping, ataupun rental
perlengkapan camping di kota solo.
Baju pantai yang ringan, tak payah bawa alat snorkling
karena memang bukan spot untuk snorkling.
Camera n asesori.
Obat anti mabok kenderaan.
Badan yang sehat.